Nasakom: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
update
Angayubagia (bicara | kontrib)
k merapikan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 3:
Pada tahun 1956, Soekarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang menyatakan bahwa itu "didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari sistem yang didasarkan pada sistem desa tradisional dengan mengedepankan diskusi dan konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga unsur yakni; [[nasionalisme]], [[agama]], dan [[komunisme]] menjadi pemerintahan kooperatif yang disingkat 'Nas-A-Kom'. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia ketika itu, yakni - tentara, kelompok-kelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan Februari 1956, ia menyatakan 'Demokrasi Terpimpin', dan mengusulkan kabinet yang akan mewakili semua partai politik penting (termasuk [[PKI]]).
 
Dalam ''Suluh Indonesia Muda'', tahun 1926, Sukarno sudah mengemukakan gagasan Nasakom. Sejak awal perjuangan kemerdekaan Indonesia, sudah dikenal tiga aliran politik yang mewarnai berbagai organisasi pergerakan zaman itu. Sebagai contoh ''[[National Indische Partij|Indsche partij]]'' dan Sarekat Hindia yang “Nasionalis”, [[Sarekat Islam]] yang berideologi islam, dan kemudian [[Partai Komunis Indonesia|ISDV/PKI]] yang berideologi marxisme.

<blockquote>''“Nasionalisme, Islam, dan Marxisme, inilah azas-azas yang dipegang teguh oleh pergerakan-pergerakan rakyat diseluruh Asia. Inilah faham-faham yang menjadi rohnya  pergerakan-pergerakan di Asia itu. Rohnya pula pergerakan-pergerakan di Indonesia-kita ini,”'' kata Sukarno.<ref>{{Cite web|url=http://www.berdikarionline.com/sukarno-dan-konsep-persatuan-nasakom/|title=Sukarno dan Konsep Persatuan Nasakom|website=www.berdikarionline.com|language=id-ID|access-date=2018-08-15}}</ref></blockquote>

Saat memberi amanat di Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia, di Istana Negara, 23 Oktober 1965, Sukarno menyebut dirinya sebagai perasan dari Nasakom. “''Ik ben nasionalist, ik ben islamiet, socialist. Tiga in one. Three in one, Sukarno. Lain kali disini, dimuka Istana merdeka saya pernah berkata, aku adalah perasan dari pada Nasakom''”. Pada tahun 1960, Soekarno memperkenalkan konsep Pancasila kepada dunia dalam pidatonya yang terkenal di hadapan [[Sidang Umum PBB]] di [[New York]], Amerika Serikat. Judulnya: ''To Build The World a New''. Dia menawarkan prinsip toleransi [[Pancasila]] diterapkan bagi perdamaian dunia, yang ketika itu sedang terpecah antara blok Barat dan blok Timur. Soekarno menawarkan sebuah konsep tata dunia yang baru. Soekarno ketika itu merangkum konsepsi politiknya sebagai NASAKOM: Nasionalisme, Agama, Komunisme. Pemahaman Komunisme disini adalah sebagai [[Sosialisme]], karena dasar pemikirannya adalah prinsip keadilan sosial, yang juga menjadi dasar pemikiran politik [[Karl Marx]].<ref>{{Cite web|url=https://www.dw.com/id/soekarno-yakin-pancasila-dan-nasakom-adalah-masa-depan-indonesia/a-19345349|title="Soekarno Yakin Pancasila dan NASAKOM Adalah Masa Depan Indonesia" {{!}} DW {{!}} 21.06.2016|last=(www.dw.com)|first=Deutsche Welle|website=DW.COM|language=id|access-date=2018-08-15}}</ref>
 
== Referensi ==