Kabupaten Berau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 28:
| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15}}</ref>
}}
'''Kabupaten Berau''' adalah salah satu [[kabupaten]] di Provinsi [[Kalimantan TimurUtara]], [[Indonesia]]. Ibu kota kabupaten ini terletak di [[Tanjung Redeb, Berau|Tanjung Redeb]]. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 34.127,47&nbsp;km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih 179.079 jiwa (hasil [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]]).
 
== Sejarah ==
Kabupaten Berau berasal dari [[Kesultanan Berau]] yang didirikan sekitar abad ke-14. Menurut sejarah Berau, Raja pertama yang memerintah bernama [[Baddit Dipattung]] dengan gelar ''Aji Raden Surya NataSuryanata Kesuma'' dan Isterinya bernama ''Baddit Kurindan'' dengan gelar ''Aji Permaisuri''. Pusat pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di [[Sungai Lati, Gunung Tabur, Berau|Sungai Lati]] (sekarang menjadi lokasi pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).
 
[[Aji Raden Suryanata Kesuma]] menjalankan masa pemerintahannya tahun [[1400]]–[[1432]] dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat. Pada masa itu dia berhasil menyatukan wilayah pemukiman masyarakat Berau yang disebut [[Banua]], yaitu ''Banua Merancang'', ''Banua Pantai'', ''Banua Kuran'', ''Banua Rantau Buyut'' dan ''Banua Rantau Sewakung''.
 
Di samping kewibawaannya, kedudukan [[Aji Raden Suryanata Kesuma]] juga sangat berpengaruh, menjadikan dia disegani lawan maupun kawan. Untuk mengenang jasa Raja Berau yang pertama ini, Pemerintah telah mengabdikannya sebagai nama Korem 091 Aji Raden Surya NataSuryanata Kesuma yang Rayon Militer Kodam VI/TPR.
 
Setelah dia wafat, Pemerintahan [[Kesultanan Berau]] dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17. Kemudian awal sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaanKesultanan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC). Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik ''De Vide Et Impera'' (politik adu domba). Kelicikan Belanda berhasil memecah belah KerajaanKesultanan Berau, sehingga kerajaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu [[Kesultanan Sambaliung]] dan [[Kesultanan Gunung Tabur]].
 
Pada saat bersamaan masuk pula ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh [[Imam Sambuayan]] dengan pusat penyebarannya di sekitar [[Sukan Tengah, Sambaliung, Berau|Sukan]]. Sultan pertama di Kesultanan Sambaliung adalah [[Raja Alam]] yang bergelar Alimuddin ([[1800]]–[[1852]]). Raja Alam terkenal pimpinan yang gigih menentang penjajah belanda. Raja Alam pernah ditawan dan diasingkan ke [[Makassar]] (dahulu Ujung Pandang). Untuk mengenang jiwa Patriot Raja Alam namanya diabadikan menjadi Batalyon Infanteri Raider 613 Raja Alam yang berkedudukan di [[Kota Tarakan]].
 
Sedangkan [[Kesultanan Gunung Tabur]] sebagai Sultan pertamanya adalah [[Sultan Muhammad Zainal Abidin]] ([[1800]]–[[1833]]), keturunannya meneruskan pemerintahan hingga kepada [[Sultan Achmad Maulana Chalifatullah Djalaluddin]] (wafat [[15 April]] [[1951]]) dan Sultan terakhir adalah [[Aji Raden Muhammad Ayub]] ([[1951]]–[[1960]]). Kemudian wilayah kesultanan tersebut menjadi bagian dari Kabupaten Berau.