Abdoel Moeis Hassan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan kategori tokoh
Baris 21:
 
== Awal Kehidupan ==
[[Abdoel Moeis Hassan]] adalah seorang [[suku Banjar|Banjar]], putra kelima dari Mohammad Hassan, seorang tokoh [[Syarikat Islam]] Samarinda pada masa pergerakan kebangsaan. Kakeknya dari pihak ayah bernama H. Mohammad Saleh yang berasal dari [[Amuntai]], Kalimantan Selatan. Sementara itu, kakek dan nenek dari pihak ibunya berasal dari [[Banjarmasin]].<ref>Hassan, A. Moeis. 1994. p. 191</ref>
 
Karena hidup sezaman dengan [[Inche Abdoel Moeis|I.A. Moeis]] dan untuk membedakan keduanya, orang-orang memanggil [[Abdoel Moeis Hassan]] dengan julukan "Moeis Kecil" sedangkan [[Inche Abdoel Moeis|I.A. Moeis]] dengan "Moeis Tinggi". Hal ini berdasarkan perbedaan postur antara keduanya.<ref name="Sarip">{{cite book|last=Sarip|first=Muhammad|date=2017|title=Samarinda Tempo Doeloe Sejarah Lokal 1200–1999|publisher=Samarinda: RV Pustaka Horizon|pages=146}}</ref>
 
== Pendidikan ==
Pada usia 5 tahun [[Abdoel Moeis Hassan]] bersekolah di Meisje School yang didirikan oleh [[Aminah Sjoekoer]] (Atje Voorstad) bersama suaminya, Mohammad Jacob. Ia memperoleh ijazah MULO dari Instituut Het Zonnig Land. Di samping itu, ia juga memiliki ijazah Boekhouding A dan B. Ia menamatkan Hollandsch Inlandshe School (HIS) di [[Sungai Pinang, Samarinda]]. Pendidikan politiknya diperoleh dari [[A.M. Sangadji]], seorang tokoh [[Gerakan Penyadar]] bersama H. [[Agus Salim]] pada masa penjajahan Belanda.<ref>Hassan, A. Moeis. 1994. p. 192</ref>
 
== Perjuangan ==
Pada Mei 1940, [[Abdoel Moeis Hassan]] menggagas pembentukan organisasi kepemudaan yang berhaluan kebangsaan bernama Roepindo (Roekoen Pemuda Indonesia).<ref>Hassan, A. Moeis. 1994. p. 14</ref> Ketika berusia 18 tahun, ia bersama [[A.M. Sangadji]] mengaktifkan Neutrale School menjadi Balai Pengajaran dan Pendidikan Rakyat (BPPR) pada 1942.<ref>Hassan, A. Moeis. 1994. p. 51</ref>
 
Setelah Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945—sementara [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan [[Kalimantan Timur]] belum bergabung dengan Republik Indonesia—[[Abdoel Moeis Hassan]] bergabung dalam Gerakan Dr. Soewadji yang merencanakan proklamasi kemerdekaan di Samarinda.