Reinkarnasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Reinkarnasi dalam agama Buddha: penambahan kata "jika" untuk mempertegas pengertian di akhir tulisan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Guspan Tanadi (bicara | kontrib)
Ejaan dan spasi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
[[Berkas:Reincarnation_AS.jpg|jmpl|200px|Sebuah seni yang menjelaskan reinkarnasi pada manusia.]]
'''Reinkarnasi''' (dari [[bahasa Latin]] untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula"<ref>Istilah terakhir ini lazim digunakan di Malaysia.</ref>) atau '''t(um)itis''', merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannyaperbuatannya terdahulu.
 
Terdapat dua aliran utama yaitu pertama, mereka yang mempercayai bahwa manusia akan terus menerus lahir kembali. Kedua, mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung ([[Nirvana]]) atau menyatu dengan [[Tuhan]] ([[moksha]]). Agama Hindu menganut aliran yang kedua.
 
Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan sebelumnya. Dalam [[agama Hindu]] dan [[agama Buddha|Buddha]], filsafat reinkarnasi mengajarkan manusia untuk sadar terhadap kebahagiaan yang sebenarnya dan bertanggung jawab terhadap nasib yang sedang diterimanya. Selama manusia terikat pada siklus reinkarnasi, maka hidupnya tidak luput dari duka. Selama jiwa terikat pada hasil perbuatan yang buruk, maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu duka. Dalam [[filsafat Hindu]] dan [[Buddhisme|Buddha]], proses reinkarnasi memberi manusia kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Hal tersebut terjadi apabila manusia tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan duniawi sehingga tidak pernah merasakan duka, dan apabila mereka mengerti arti hidup yang sebenarnya.