Toboali, Bangka Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hendrihioe (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 78:
 
 
Benteng Toboali merupakan peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1825 di sebuah bukit dipinggir pantai sebelah utara kelurahan Tanjung Ketapang, Toboali di Bangka Selatan.
Jarak benteng dari pusat kota Toboali hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Jarak benteng ini sekitar 130 Km dari Kota Pangkalpinang. Dari bukit yang berketinggian sekitar 18 meter itu, dapat dilihat pemandangan Pantai Bhayangkara atau yang lebih akrab di sebut warga setempat dengan Pantai Nek Aji.
 
Ketika memasuki area benteng, pengunjung akan disambut oleh deretan anak tangga yang landai dan sebuah artifak berbentuk rudal tua yang dipasang mengarah ke langit di sisi kanan anak tangga. Pada dinding benteng terdapat pohon-pohon yang tumbuh dengan akar-akar besarnya yang menempel, yang menjadi spot menarik bagi pengunjung untuk berfoto.
 
Benteng dengan ukuran luas 54X32 meter ini memang sudah tidak utuh lagi. Atap serta sebagian dinding sudah rubuh. Benteng ini dibangun dengan tinggi bervariasi antara 2 meter – 3 meter, dengan ketebalan dinding benteng bagian utama sekitar 90-120 cm.
Di dalam benteng dapat dilihat ada 7 ruangan yang dulunya digunakan sebagai barak prajurit, dapur, ruang administrasi, gudang makanan dan tempat menyimpan senjata. Di tengah benteng terdapat kursi-kursi batu yang katanya menjadi tempat para prajurit bertemu ataupun makan.
 
Benteng Toboali memang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk melindungi Kota Toboali yang mempunyai posisi sangat strategis dalam penguasaan pertambangan timah oleh pemerintah kolonial Belanda sejak abad ke-16. Lokasi benteng juga dipilih karena alasan stratejik, yaitu berada di atas bukit yang dapat memantau perairan di Laut Jawa di sebelah selatan Bangka serta Pelabuhan Bom Pendek di Toboali.
 
Seperti kota Muntok di ujung barat Pulau Bangka, Pemerintah kolonial Belanda juga membagi Toboali dalam beberapa klaster, yaitu klaster Eropa, klaster Cina dan klaster Melayu untuk pribumi agar dapat mengendalikan penduduk Bangka dan stabilititas di Toboali.