Pulau Satonda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
peta
Pierrewee (bicara | kontrib)
+
Baris 48:
}}
'''Satonda''' adalah sebuah pulau di Provinsi [[Nusa Tenggara Barat]], [[Indonesia]]. Pulau ini terletak di lepas pantai utara Pulau Sumbawa, dan memiliki luas 335 hektare. Pulau ini masuk dalam wilayah [[Kabupaten Dompu]], 3 km dari Selat Sanggar di [[Laut Flores]] dan secara administratif berada di wilayah Desa Nangamiro di Kecamatan Pekat.<ref>{{cite news|url=https://bksdantb.org/34/04/taman-wisata-alam-pulau-satonda-pekat-kabupaten-dompu/|title=Taman Wisata Alam Pulau Satonda, Pekat – Kabupaten Dompu|publisher=[[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia]]|date=4 Nov 2015|accessdate=14 July 2018}}</ref> Pulau Satonda terbentuk dari letusan Gunung Satonda ribuan tahun yang lalu. Gunung berapi Satonda konon berusia lebih tua daripada [[Gunung Tambora]], yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pulau ini.<ref>{{cite news|url=https://travel.kompas.com/read/2015/05/16/095200627/Danau.Air.Asin.di.Pulau.Satonda.Luar.Biasa.Indahnya|title=Danau Air Asin di Pulau Satonda, Luar Biasa Indahnya...|newspaper=Kompas|accessdate=11 July 2018}}</ref> Pulau Satonda memiliki terumbu karang alami yang luas di perairan sekitarnya dan ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999 oleh Kementerian Kehutanan Indonesia. Pulau ini diusulkan untuk menjadi bagian dari Taman Nasional Moyo Satonda bersama dengan [[Pulau Moyo]] di dekatnya.<ref>{{cite news|url=http://www.thejakartapost.com/travel/2018/07/11/moyo-satonda-islands-proposed-as-national-park.html|title=Moyo, Satonda Islands proposed as national park|newspaper=The Jakarta Post|accessdate=11 July 2018}}</ref>
 
[[Berkas:Danau Satonda.jpg|thumb|left|Danau Satonda]]
Pulau ini menarik perhatian para ilmuwan dan peneliti baik dari dalam maupun luar negeri, karena pulau ini terkait dengan [[Letusan Gunung Tambora 1815|letusan Gunung Tambora]] yang fenomenal yang mengguncang dunia pada 15 April 1815. Letusan Gunung Tambora mengguncang beberapa bagian dunia, memuntahkan debu dan mencemari atmosfer Bumi selama bertahun-tahun, bahkan merobek lapisan ozon yang tipis. Meskipun perkiraan bervariasi, jumlah korban tewas sedikitnya 71.000 orang, di mana 11.000-12.000 tewas langsung oleh letusan.<ref name="Degens1989">{{cite journal|last=Degens|first=E.T.|last2=Buch|first2=B.|title=Sedimentological events in Saleh Bay, off Mount Tambora|journal=Netherlands Journal of Sea Research|volume=24|issue=4|doi=10.1016/0077-7579(89)90117-8|pages=399–404|date=1989}}</ref> Its effects also resulted in climate change which led to eight weeks of nonstop rain in the UK, and has been cited as a reason for the severity of the 1816–19 [[typhus]] epidemic in southeast Europe and the eastern Mediterranean that killed about 65,000 people.<ref name="Oppenheimer2003">{{cite journal|last=Oppenheimer|first=Clive|title=Climatic, environmental and human consequences of the largest known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815|journal=Progress in Physical Geography|volume=27|issue=2|date=2003|pages=230–259|url=https://dx.doi.org/10.1191/0309133303pp379ra|doi=10.1191/0309133303pp379ra}}</ref>
 
==Referensi==