Kampung Tugu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diluar +di luar)
Wie146 (bicara | kontrib)
+info, refs+lnk
Baris 1:
'''Kampung Tugu''' adalah wilayah di pinggir [[Batavia]] yang diperuntukandiperuntukkan oleh pemerintah Hindia Belanda bagi para [[Mardijkers]] yang telah dibebaskan dari tawanan perang. Saat ini daerah Kampung Tugu termasuk dalam wilayah [[Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara|Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara]], Kecamatan [[KojaCilincing, Jakarta Utara|Cilincing]], [[Jakarta Utara]].
 
Nama Kampung Tugu kemungkinan berasal dari adanya batu prasasti (=tugu) yang dikenal sebagai [[Prasasti Tugu]].<ref name=heuk>{{aut|[[Adolf Heuken|Heuken, A.]]}} (2016) ''Tempat-tempat bersejarah di Jakarta''. Ed. 8. Jakarta: Yay. Cipta Loka Caraka.</ref>{{rp|161-4}} Lokasi batu prasasti ini semula adalah di sebuah dusun kecil yang bernama Batu Tumbuh, lk. setengah ''paal'' (± 750 [[meter|m]]) di sebelah barat [[Gereja Tugu]].<ref>{{aut|J. Noorduyn & H.Th. Verstappen}}. (1972) “Purnavarman Riverworks Near Tugu” [http://booksandjournals.brillonline.com/content/journals/22134379/128/2 ''BKI'' '''128'''(2/3)]:298-307</ref> Namun kini tugu batu itu telah diambil dan disimpan di [[Museum Nasional Indonesia]].
Keberadaan kampung Tugu tidak dapat dipisahkan oleh peran [[Melchior Leydekker]], doktor dalam ilmu kedokteran dan teologia yang datang ke Hindia Belanda pada tahun [[1675]] untuk ditempatkan di Batavia, sebagai menantu dari [[Gubernur Jenderal]] [[Abraham van Riebeeck]], yang berkuasa di [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1709]]–[[1713]], ia memperoleh sebidang tanah di wilayah Tugu. Kampung Tugu di mulai dari kaum [[Mardijkers]] yang di bawa sebagai tawanan perang oleh Belanda atas kemenangan mereka dari Melaka dan India selatan yang masa itu di bawah pemerintahan Portugis. Belanda menerima kaum Portugis ini di Batavia dan melepaskan mereka dari perbudakan dengan persyaratan menganut agama Protestan, dan di kenal sebagai "Mardijikers" oleh Belanda. Belanda kemudian memberikan mereka lahan di mana kampung Tugu tumbuh.
 
Kampung Tugu mulai berkembang dengan kedatangan orang-orang [[Mardijkers]] untuk bertani. Kaum mardiker ini adalah para budak belian dan rakyat biasa asal anak-benua [[India]]: Bengali, Tamil, Malabar, Gujarat, Srilangka; yang dibawa sebagai tawanan perang oleh [[VOC]] atas kemenangan mereka di [[Melaka]] dan India selatan, yang masa itu dijajah oleh [[Portugis]].<ref name=hendrik>{{aut|Niemejer, H.}} (2012). ''Batavia: masyarakat kolonial Abad XVII''. Jakarta: Masup Jakarta. xiv+449 hlm. ISBN 978-602-96256-7-7.</ref>{{rp|32-7}} Tentara VOC membawa orang-orang 'Portugis hitam' ini ke [[Batavia]] untuk dipekerjakan dan memerdekakannya (karenanya dijuluki ''mardiker'') dengan persyaratan menganut agama Protestan. Pada 1661 Pemerintah Kota Batavia kemudian memberikan sebagian lahan di Kampung Tugu kepada 23 keluarga mardiker untuk mengembangkan pertanian.<ref name=heuk/>{{rp|166}}
Kampung Tugu dapat dikatakan sebagai kampung [[Kristen]] tertua di seluruh Indonesia bagian Barat, hal ini jelas karena keberadaan mereka di wilayah tersebut, adalah suatu upaya pihak Belanda untuk memerdekakan Mardijkers dengan syarat harus berpindah agama dari [[Katolik]] menjadi [[Protestan]], dan pada saat itu memang belum ada komunitas Kristen selain mereka, masyarakat lain khususnya komunitas Islam yang sudah ada di wilayah sekitar itu, menyebut mereka dengan istilah Serani atau berasal dari kata Nasrani, dan oleh orang-orang Belanda mereka dijuluki Inheemsche Christenen atau yang berarti umat kristen pribumi, karena pada saat itu dalam perspektif orang-orang Belanda, masyarakat Tugu di golongkan dalam kelompok masyarakat pribumi yang tinggal jauh di luar kota Batavia. Di sini kemudian dibagngun [[Gereja Tugu]].
 
Keberadaan kampung Tugu tidak dapat dipisahkan oleh peran [[Melchior Leydekker]], doktor dalam ilmu kedokteran dan teologia yang datang ke Hindia Belanda pada tahun [[1675]] untuk ditempatkan di Batavia,. sebagaiSebagai menantu dari [[Gubernur Jenderal]] [[Abraham van Riebeeck]], yang berkuasa di [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1709]]–[[1713]], ia memperoleh sebidang tanah di wilayah Tugu. Kampung Tugu di mulai dari kaum [[Mardijkers]] yang di bawa sebagai tawanan perang oleh Belanda atas kemenangan mereka dari Melaka dan India selatan yang masa itu di bawah pemerintahan Portugis. Belanda menerima kaum Portugis ini di Batavia dan melepaskan mereka dari perbudakan dengan persyaratan menganut agama Protestan, dan di kenal sebagai "Mardijikers" oleh Belanda. Belanda kemudian memberikan mereka lahan di mana kampung Tugu tumbuh.
 
Leydekker menetap di Kampung Tugu semenjak 1678, yakni tahun dibangunnya Gereja Tugu yang pertama.<ref name=heuk/>{{rp|166}} Di situ ia bekerja sebagai pendeta dan penerjemah Alkitab [[Perjanjian Baru]],<ref name=heuk/>{{rp|167,}}<ref name=hendrik/>{{rp|289}} serta mengelola lahan pertanian dan menyewakannya untuk perkebunan [[tebu]].<ref name=hendrik/>{{rp|115}}
 
Kampung Tugu dapat dikatakan sebagai kampung [[Kristen]] tertua di seluruh Indonesia bagian Barat, hal ini jelas karena keberadaan mereka di wilayah tersebut, adalah suatu upaya pihak Belanda untuk memerdekakan Mardijkers dengan syarat harus berpindah agama dari [[Katolik]] menjadi [[Protestan]], dan pada saat itu memang belum ada komunitas Kristen selain mereka,. masyarakatMasyarakat lain khususnya komunitas Islam yang sudah ada di wilayah sekitar itu, menyebut mereka dengan istilah Serani atau berasal dari kata Nasrani, dan oleh orang-orang Belanda mereka dijuluki ''Inheemsche Christenen'' atau yang berarti umat kristen pribumi, karena pada saat itu dalam perspektif orang-orang Belanda, masyarakat Tugu di golongkandigolongkan dalam kelompok masyarakat pribumi yang tinggal jauh di luar kota Batavia. Di sini kemudian dibagngun [[Gereja Tugu]].
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==