Abdurrahman Mohammad Fachir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
|party= Non partisipan
|}}
'''[[Doktor|Dr]]. [[Haji|H]]. Abdurrahman Mohammad Fachir''' (disingkat '''A.M. Fachir'''); ditulis dalam [[bahasa Arab]]: '''عبد الرحمن محمد فاخر''' ({{lahirmati|[[Banjarmasin]]|26|11|1957}}) adalah seorang diplomat. Pada tanggal 27 Oktober 2014, ia dilantik oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]] sebagai [[Daftar Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia|Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia]].
 
Sebelumnya, Fachir pernah bertugas sebagai [[duta besar di Mesir|Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Mesir]] (2007-20112007–2011), Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik [[Departemen Luar Negeri|Kementerian Luar Negeri]] [[Indonesia|Republik Indonesia]] (2011-20142011–2014) dan [[duta besar|Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia]] di [[Arab Saudi|Kerajaan Arab Saudi]] (Maret-Oktober) 2014.
 
Nama Abdurrahman Mohammad Fachir berasal dari [[bahasa Arab]]. Abdurrahman '''عبد الرحمن''' berarti hamba [[Allah]] Yang Maha Rahman (Pengasih), Mohammad '''محمد''' berarti yang terpuji atau mendapat pujian, dan Fachir '''فاخر''' berarti yang hebat (''excellent'' dan ''superior'').
 
Dengan demikian, nama Abdurrahman Mohammad Fachir artinya hamba [[Allah]] yang terpuji dan hebat.
 
== Pendidikan ==
Fachir menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Banjarmasin]], lalu pada tahun 1972 ia berangkat ke [[Pulau Jawa]] untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah di [[Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo|Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar]] dan [[Pondok Modern Darussalam Gontor]]. Tahun 1978, ia bertolak menuju ibu kota negara guna melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra dan Bahasa Arab [[IAIN Syarif Hidayatullah]], Jakarta (sekarang [[UIN Syarif Hidayatullah]]). Selama kuliah di "Kampus Pembaharu" yang beralamat di [[Ciputat]] tersebut, ia pernah mengikuti pertukaran pemuda ASEAN-Jepang (Nippon Maru) 1978.
 
Fachir termasuk salah satu pemain band kampus. Ia dikenal sebagai seniman. Ia juga aktif berorganisasi di [[Himpunan Mahasiswa Islam]] (HMI). Ia pernah menjabat Ketua LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam) ketika [[Azyumardi Azra]] menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat periode 1981-19821981–1982.
 
Fachir diwisuda sebagai sarjana bergelar [[doctorandus]] (Drs) pada bulan Agustus 1983, setelah dinyatakan lulus dalam ujian skripsi. Judul skripsinya adalah ''“Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra”'' (Terpengaruhnya Prosa Modern oleh Gerakan Nasionalisme di Mesir), yang disusun dalam [[bahasa Arab]].<ref>Abdurrahman Mohammad Fachir, ''“Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra”'' (Cairo: Maktabat al-Adab, 2011)</ref>
 
Pada awal Mei 2010, Fachir mendaftar kuliah S3 Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Minat Kajian Timur Tengah di Sekolah Pascasarjana [[Universitas Gajah Mada]] (UGM) Yogyakarta. Setelah melewati masa studi selama 5 tahun 5 hari, ia berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Ketimpangan Hubungan Indonesia-Mesir 1950-20101950–2010: Kajian Resiprositas”, pada 5 Mei 2015.<ref>[http://krjogja.com/read/259066/wamenlu-ujian-doktor-di-ktt-pps-ugm.kr krjogja.com, 5 Mei 2015], diakses pada 1 Juni 2015</ref>. Fachir dinyatakan lulus dengan predikat "sangat memuaskan" dan berhak menyandang gelar doktor.<ref>[http://www.antarayogya.com/berita/331413/wamenlu-diplomasi-indonesia-mesir-perlu-dioptimalkan antarayogya.com, 5 Mei 2015], diakses pada 1 Juni 2015</ref>
 
== Pernikahan ==
[[Berkas:Keluarga_fachirKeluarga fachir.jpg|jmpl|ka|250px|Fachir bersama keluarga pada Idul FitriIdulfitri 2008.]]
Fachir menikah pada tanggal [[7 Januari]] [[1983]] dengan Yasmin Sukmawira (lahir di [[Samarinda]], [[13 November]] [[1958]]) dan telah dikaruniai tiga anak, yaitu:
# Rif'at Syauqi Rahman Fachir ([[Ifa Fachir]]), lahir 21 Oktober 1983, mantan pemain keyboard Band [[Maliq & D'Essentials]]
Baris 51 ⟶ 47:
Tahun 1988 Fachir ditugaskan di [[KBRI]] [[Baghdad]] sampai tahun 1992, saat-saat terjadinya invasi [[Irak]] terhadap [[Kuwait]] yang kemudian menyulut [[Perang Teluk I]]. Dalam peperangan yang berkecamuk, Fachir bersama para staf [[KBRI]] [[Baghdad]] harus mengungsikan ratusan WNI, sebagian besar TKW, keluar dari [[Baghdad]] menuju [[Yordania]]. "Itulah kali pertama saya sebagai diplomat harus menyelamatkan para WNI ke Tanah Air. Tidak saja di [[Baghdad]], namun juga mereka yang berada di [[Kuwait City]]. Perjalanan harus lewat darat sejauh ratusan kilometer untuk setiap kali misi dan ini berlangsung dalam beberapa kali misi. Bahkan, mobil kami pernah kena tembak. Tapi Alhamdulillah selamat," kenang Fachir.<ref>[http://analisis.news.viva.co.id/news/read/492803-soal-satinah--upaya-pemerintah-sudah-luar-biasa viva.co.id, 31 Maret 2014], diakses pada 2 April 2014</ref>
 
Sepulang dari negeri [[Saddam Hussein]], Fachir lalu diperbantukan pada Badan Pelaksana Ketua [[Gerakan Non Blok]] (GNB) saat Indonesia memimpin GNB (1992-19951992–1995) dan kemudian menempati pos di Perutusan Tetap RI untuk [[PBB]] di [[New York]] sebagai Penanggung jawab Satuan Tugas GNB pada tahun 1995-19991995–1999. Fachir kemudian ditunjuk sebagai Kepala Subdit Politik dan Keamanan, Direktorat Organisasi Internasional [[Departemen Luar Negeri|Kementerian Luar Negeri]], sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia Kerja Tetap Antar Departemen pada tahun 1999-20021999–2002 . Setelah itu, ia dipercaya sebagai Kepala Biro Naskah dan Penerjemahan Sekretariat Negara sekaligus sebagai Penerjemah Resmi [[Presiden]] [[Megawati Soekarnoputri]] tahun 2002-20042002–2004.<ref>[[Banjarmasin Post]], 21 Oktober 2007</ref>
 
Tahun 2004 Fachir diangkat menjadi Wakil Kepala Perwakilan di [[Malaysia]], dan menjadi Kuasa Usaha Ad Interim semenjak berakhirnya masa jabatan [[Duta Besar]] [[Rusdiharjo]], pada Februari 2007. Meskipun hanya kurang satu tahun menjabat Kuasa Usaha Ad Interim di [[Malaysia]], ia telah banyak melakukan perubahan. Antara lain, pengurusan paspor tidak bisa lagi melalui agen. Yang bersangkutan harus mengurus langsung. Peran Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI di [[KBRI]] [[Kuala Lumpur]] juga sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu banyak kasus yang berhasil ditangani, walaupun masih ada yang sedikit tercecer.<ref>[http://www.merdeka.com/politik/nasional/kuasa-usaha-kbri-kuala-lumpur-diganti-kusm2j5.html merdeka.com, 26 Oktober 2007], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
 
== Duta Besar di Mesir ==
[[Berkas:Dubes saudi fachir.jpg|jmpl|ka|250px|Presiden SBY menyampaikan selamat kepada Fachir usai dilantik menjadi duta besar RI untuk Mesir.]]
Fachir dilantik oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono|Presiden Susilo Bambang Yudhoyono]] sebagai [[duta besar di Mesir|Duta Besar di Mesir]] pada tanggal [[5 September]] [[2007]] bersama dengan [[Marty Natalegawa]] untuk posisi [[duta besar]] di [[PBB]].<ref>[http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2007/09/05/2207.html presidensby.info], diakses pada 17 Januari 2012</ref> Ia tiba di negeri [[Piramida Mesir|Piramida]] tanggal [[30 Oktober]] [[2007]] dan tercatat sebagai [[duta besar]] ke-18 menggantikan [[Bachtiar Aly|Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA]] yang habis masa tugasnya [[30 November]] [[2005]].
 
=== Bidang pendidikan ===
Baris 68 ⟶ 64:
Syeikh [[Al-Azhar]] Ahmed Tayeb saat menerima kunjungan pamitan Fachir, sempat berkelakar bahwa jika 75 % kelulusan mahasiswa [[Indonesia]] dapat dicapai selama kepemimpinan Fachir yang hanya 3,5 tahun, maka jika Fachir bertugas selama 5 tahun Insyaallah kelulusan bisa mencapai 100 %.<ref name="indonesiacairo.org, 9 Juni 2011">[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=987:syeikh-azhar-sampai-berjumpa-lagi-di-jakarta-dubes-fachir&catid=1:latest-news&Itemid=54 indonesiacairo.org, 9 Juni 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
 
Masih di bidang pendidikan, Fachir meninggalkan kenang-kenangan kepada [[Al-Azhar]] berupa sistem pendataan mahasiswa [[Indonesia]] yang diberi nama SIMADU “Sistem Informasi Terpadu” dan sudah diterjemahkan ke dalam [[bahasa arab]]. Sistem ini bisa digunakan oleh [[Al-Azhar]] untuk mengecek data mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]].<ref name="indonesiacairo.org, 9 Juni 2011" />
 
Selain itu, Fachir telah menggagas berdirinya asrama untuk mahasiswa. Tentu ini merupakan peninggalan yang baik yang akan selalu dikenang oleh mahasiswa generasi selanjutnya. Ia telah menghimpun dana sebesar 14 miliar yang berasal dari Pemerintah [[Indonesia]] baik pusat maupun provinsi, dan telah diserahkan ke pihak [[Al-Azhar]]. Diharapkan keberadaan asrama itu mampu mendukung kesuksesan studi mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]].
Baris 77 ⟶ 73:
 
=== Bidang politik ===
[[Berkas:Dubes.JPG|jmpl|ka|250px|Duta Besar Fachir menyerahkan ''Credentials'' kepada Presiden Hosni Mubarak.]]
Hubungan [[Indonesia]] dan [[Mesir]] di bidang politik selama Fachir menjadi [[duta besar]], tampak mesra dan harmonis. Di berbagai kesempatan, Fachir yang fasih ber[[bahasa Arab]] dan [[Inggris]] selalu mengatakan bahwa [[Mesir]] adalah saudara dan sahabat [[Indonesia]], karena [[Mesir]] adalah negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan [[Indonesia]].
 
Di samping karena pengakuan Mesir itu, faktor lain yang memicu keakraban [[Indonesia]] dan [[Mesir]] adalah [[Gerakan Non Blok]] yang didirikan oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan [[Gamal Abdel Nasser|Presiden Gamal Abdel Nasser]] bersama [[Jawaharlal Nehru|Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru]] dan [[Josip Broz Tito|Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito]]. Oleh karena itu, ketika terjadi krisis politik di [[Mesir]] Januari-Februari 2011, [[Indonesia]] tidak berada dalam posisi melakukan intervensi, kecuali mendorong agar ada solusi yang tepat dan bijak sesuai dengan kepentingan atau manfaat bangsa [[Mesir]] sendiri.<ref>[http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2011/01/30/6422.html presidensby.info, 30 Januari 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
 
Begitu [[Hosni Mubarak|Presiden Mubarak]] mengundurkan diri, [[Indonesia]] berada di samping [[Mesir]] untuk membangun negara demokasi. [[Indonesia]] pernah diminta [[Mesir]] untuk berbagi pengalaman dalam melewati masa transisi demokrasi, karena [[Indonesia]] dipandang memiliki pengalaman sukses. Pada tanggal 5-6 Juni 2011, [[Habibie|Prof Dr. Ing. B.J. Habibie]], ([[Presiden Indonesia]] 1998-19991998–1999) dan [[Amien Rais|Prof. Dr. Amien Rais]] (Ketua MPR 1999-20041999–2004) diundang ke [[Kairo]] untuk berbicara pada Forum Internasional bertajuk "Pathways on Democratic Transitions - International Experiences and Lessons Learned”, yang disponsori United Nations National Development.<ref>[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=983:indonesia-bagi-pengalaman-transisi-demokrasi-&catid=1:latest-news&Itemid=54 indonesiacairo.org, 7 Juni 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
 
=== Bidang perdagangan ===
Baris 92 ⟶ 88:
Di bidang sosial budaya, Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia (PUSKIN) berhasil meningkatkan jumlah peserta kursus [[bahasa Indonesia]] bagi warga [[Mesir]], dari tahun ke tahun. Fachir melihat peran penting warga [[Mesir]] yang bisa ber[[bahasa Indonesia]] dalam merevitaliasai hubungan [[Indonesia]] dan [[Mesir]], khususnya dari kalangan pemuda yang akan menjadi penentu masa depan [[Mesir]]. Semakin luasnya penguasaan [[bahasa Indonesia]] di kalangan pemuda [[Mesir]] akan sangat menunjang aktualisasi potensi kerja sama [[Indonesia]] dan [[Mesir]] yang bersifat komplementer.<ref name="indonesiacairo.org">[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=924:indonesia-membangun-solidaritas-pasca-revolusi-di-mesir-melalui-pameran-budaya&catid=3:embassy-activities&Itemid=58 indonesiacairo.org, 25 Februari 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
 
Siswa-siswi PUSKIN yang berlatar belakang beragam profesi, seperti pengacara, usahawan, agen perjalanan, mahasiswa dan lain-lain dengan kemampuan [[bahasa Indonesia]]nya dapat didayagunakan oleh pemangku kepentingan di [[Mesir]] dan di [[Indonesia]] untuk menopang upaya revitalisasi hubungan bilateral kedua negara, di bidang ekonomi dan perdagangan, sosial-bidaya serta berbagai bidang lainnya.<ref name="indonesiacairo.org" />
 
Selain bidang-bidang tersebut di atas, Fachir berhasil menerbitkan buku Potret Hubungan Indonesia-Mesir yang sangat fenomenal dalam [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Arab|Arab]]. Buku itu memotret hubungan Indonesia-Mesir sejak dahulu kala sebelum kemerdekaan sampai tahun 2009. Buku versi [[bahasa Indonesia]] diberi kata pengantar [[Menteri Luar Negeri]] (saat itu) Hassan Wirajuda, dan versi [[bahasa Arab]] diberi kata pengantar Menteri Luar Negeri [[Mesir]] Ahmed Aboul Gheit. Secara simbolis, buku versi [[bahasa Arab]] tersebut diluncurkan pada peringatan 63 hubungan diplomatik yang dikemas dalam perayaan “Malam Indonesia-Mesir” di tempat pertunjukan termegah di [[Mesir]], Cairo Opera House, tanggal 11 Juni 2010, yang dihadiri lebih dari 1.000 friends of Indonesia yang terdiri dari unsur pemerintahan, akademisi, budayawan dan berbagai kalangan lainnya. Hadir juga, Menteri Kebudayaan [[Mesir]] Farouk Hosny dan Menteri Pendidikan Tinggi [[Mesir]] Hany Hilal mewakili Pemerintah [[Mesir]], Ketua Lembaga Persahabatan Mesir-Indonesia Said Imarah, Ketua Egyptian-Indonesian Business Council, Mohamed Baraka serta wakil keluarga mantan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Azzam Pasha yang berperan dalam upaya perolehan pengakuan kemerdekaan [[Indonesia]] oleh [[Mesir]] dan negara-negara [[Timur Tengah]].<ref>[http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=3621&l=id deplu.go.id, 14 Juni 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Baris 110 ⟶ 106:
Dalam kesempatan itu, Fachir menyampaikan bahwa ia telah menerima penugasan untuk mewakili [[Indonesia]] dengan misi mempererat hubungan dan mempromosikan kerja sama bilateral. Karena itu, ia sangat mengharapkan dukungan Pemerintah [[Arab Saudi]] bagi pelaksanaan misi tersebut. Fachir juga menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara, semakin hari semakin meningkat ditandai adanya saling kunjung antarpejabat kedua negara. Di bidang ekonomi dan perdagangan, kerja sama kedua negara juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama di bidang perdagangan yang pada tahun 2013 lalu mencapai sekitar US$ 8 miliar.<ref name="kemlu.go.id, 6 April 2014">[http://www.kemlu.go.id/riyadh/Pages/Embassies.aspx?IDP=197&l=id kemlu.go.id, 6 April 2014], diakses pada 15 April 2014</ref>
 
Selain itu, Fachir menyinggung hubungan ''people to people contact'' yang terjalin dengan baik dan terefleksikan dari kunjungan lebih dari 700.000 [[Warga Negara Indonesia]] (WNI) untuk melaksanakan haji dan umroh pada tahun 2013. Terkait dengan keberadaan WNI di [[Arab Saudi]] yang berjumlah kurang lebih 1,3 juta jiwa, Fachir menyampaikan keyakinannya bahwa keberadaan mereka turut memberikan kontribusi bagi pembangunan di [[Arab Saudi]], dan karena itu ia mengharapkan bantuan pemerintah [[Arab Saudi]] untuk bekerja sama dalam rangka mengelola keberadaan WNI tersebut agar bermanfaat bagi kedua belah pihak.<ref name="kemlu.go.id, 6 April 2014" />
 
Dalam tanggapannya, Wakil Menteri Luar Negeri [[Arab Saudi]] menyampaikan selamat datang dan sepenuhnya akan membantu tugas Fachir dalam melaksanakan misinya. Putra Raja [[Arab Saudi]] itu menekankan sifat hubungan persaudaraan yang sudah terbina dengan baik antar-kedua negara kiranya dapat benar-benar diterjemahkan dalam kerja sama konkrit di segala bidang. Menurutnya, potensi kedua negara dalam bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan perlu benar-benar dijajaki dengan mendorong para pelaku bisnis untuk mengkonkritkan kerja sama ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan.<ref name="kemlu.go.id, 6 April 2014" />
 
Pada tanggal 29 Agustus 2014, Fachir menyerahkan ''Credentials'' kepada Raja [[Arab Saudi]], [[Abdullah dari Arab Saudi|Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud]]. Penyerahan itu dilakukan di Istana Kerajaan di Kota [[Jeddah]]. Fachir pada kesempatan itu menyampaikan salam dari [[Susilo Bambang Yudhoyono|Presiden Susilo Bambang Yudhoyono]] dan harapan kiranya Raja atau Putra Mahkota atau Wakil Putra Mahkota berkenan berkunjung ke [[Indonesia]]. Menanggapi hal itu, Raja menjawab, “Insyaallah”.<ref name="detik.com, 1 September 2014">[http://news.detik.com/read/2014/09/01/044822/2677325/10/dubes-am-fachir-sampaikan-salam-sby-untuk-raja-saudi detik.com, 1 September 2014], diakses pada 8 September 2014</ref>
 
Bersama Fachir, terdapat 35 [[duta besar]] lain yang juga menyerahkan ''Credentials''. Seusai prosesi penyerahan ''Credentials'', [[Abdullah dari Arab Saudi|Raja Abdullah]] secara khusus meminta agar para [[duta besar]] menyampaikan pesan kepada para pemimpin negara masing-masing terkait semakin gentingnya bahaya terorisme dan harapan agar lebih meningkatkan kerja sama sehingga benar-benar efektif dalam memeranginya.<ref name="detik.com, 1 September 2014" />
 
== Wakil Menteri Luar Negeri ==
Baris 126 ⟶ 122:
== Referensi ==
 
{{reflist|30em2}}
 
== Pranala luar ==
Baris 135 ⟶ 131:
{{s-dip}}
{{Incumbent succession box|title=[[Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi]]|start=26 Maret 2014|before=[[Gatot Abdullah Mansyur]]|after=-}}
{{succession box|title=[[Duta Besar Indonesia untuk Mesir]]|years=30 Oktober 2007–102007 – 10 Juni 2011|before=[[Bachtiar Aly]]|after=[[Nurfaizi Suwandi]]}}
{{s-end}}
 
{{lifetime|1957||Fachir, Abdurrahman}}
 
[[KategoriCategory:Duta Besar Indonesia]]
[[KategoriCategory:Diplomat Indonesia]]
[[KategoriCategory:Wakil menteri Indonesia]]
[[KategoriCategory:Tokoh dari Banjarmasin]]
[[KategoriCategory:Tokoh Banjar]]
[[KategoriCategory:Arab-Indonesia]]
[[KategoriCategory:Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]