Siddhartha Gautama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 72:
Di dalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa [[Bhagava]] dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa [[Alara Kalama]] dan pertapa [[Udraka Ramputra]]. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai ''Pencerahan Sempurna''. Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke [[Magadha]] untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela, di tepi Sungai [[Nairanjana|Nairanjana(Naranjara)]] yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di Hutan [[Uruwela|Uruvela]], tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
 
Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seoranggandharva tua-roh sedangpemain menasihatimusik anaknyamenyanyikan disebuah atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakansyair:
{{cquote|Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.}}
 
Nasihat tersebut sangatmembuka berarti bagimata pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah [[pohon bodhi]] ([[Asetta|Asattha]]) di Hutan Gaya, sambil ber-''prasetya'', "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."
 
Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Dia putus asaia menghadapi godaan Mara, dewaroh penggodajahat/dan segala godaan yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan keyakinan yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur, Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan [[Waisak]] ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut [[kalender lunar]]. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, tubuh Siddharta berubah menjadi seorang Buddha dan memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna [[biru]] (nila) yang berarti bhakti; [[kuning]] (pita) mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; [[merah]] (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih; [[putih]] (Avadata) mengandung arti suci; [[jingga]] (mangasta) berarti semangat ; dan campuran sinar tersebut (prabhasvara) dengan 36 tanda seorang Buddha
 
Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan [[Waisak]] ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut [[kalender lunar]]. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna [[biru]] (nila) yang berarti bhakti; [[kuning]] (pita) mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; [[merah]] (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih; [[putih]] (Avadata) mengandung arti suci; [[jingga]] (mangasta) berarti semangat ; dan campuran sinar tersebut (prabhasvara)
 
=== Penyebaran ajaran Buddha ===