Kapal Borobudur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Kapal Borobudur''' adalah kapal layar ber[[cadik]] ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-8 di [[Nusantara]] yang digambarkan dalam beberapa relief [[Borobudur]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Kegunaan cadik adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu. Perahu kano bercadik tunggal atau kembar adalah perahu khas bangsa bahari [[Austronesia]] yang digunakan dalam penjelajahan dan penyebaran mereka di [[Asia Tenggara]] [[Oseania]], dan [[Samudra Hindia]]. Jenis perahu besar bercadik kembar yang ditampilkan di Borobudur kemungkinan besar adalah jenis kapal yang sama yang digunakan oleh dinasti [[Sailendra]] dan [[Kemaharajaan]] bahari [[Sriwijaya]] yang menguasai perairan Nusantara pada kurun abad ke-7 hingga ke-13.
 
==Desain==
Panjang [[Lunas kapal|lunas]]nya adalah 17,29 m dan lambungnya[[lambung kapal|lambung]]nya sekitar 19 m (secara keseluruhan) dengan lebar 4,25 m dan tingitinggi lambung 2,25 m. Dalam sarat air saat berlayar adalah sekitar 1,5 m. Kapal ituini didorong oleh dua layar tanjatanjag ('"layar persegi panjang yang miring'"). Papan lambung dibuat dari bungor[[bungur]] (kadang-kadang disebut '"benteak'") dan deknya[[geladak|dek]]nya terbuat dari [[kayu jati]].<ref>Beale, Philip (April 2006). "From Indonesia to Africa: Borobudur Ship Expedition". ''Ziff Journal'': 22.</ref>
== Ekspedisi Kapal Borobudur ==
Bas relief Borobudur diketahui banyak menampilkan adegan kehidupan sehari-hari Jawa Kuno abad ke-8, mulai dari adegan kehidupan bangsawan di [[keraton]] hingga rakyat kebanyakan di pedesaan. Menampilkan candi, pasar, arsitektur, satwa dan tumbuhan, perhiasan, pakaian, termasuk kendaraan seperti joli (tandu), kereta kuda, gajah tunggang, dan perahu. Pada tahun 1982, Philip Beale seorang mantan anggota Angkatan Laut [[Britania Raya]] berkebangsaan [[Britania]], mengunjungi Borobudur untuk mempelajari perahu tradisional dan tradisi bahari Nusantara. Ia terpikat dengan sepuluh relief di dinding Borobudur yang menggambarkan perahu kuno. Sejak saat itu ia berencana untuk membangun kembali kapal kuno ini dan melakukan napak tilas perjalanan perdagangan bahari purba. Dengan hanya membawa data terbatas — lima gambar relief — Philip Beale berencana untuk menggelar ekspedisi napak tilas pelayaran purba dari [[Jakarta]], Indonesia menuju [[Madagaskar]], dan kalau memungkinkan akan diteruskan hingga melampaui [[Tanjung Harapan]] di ujung selatan Afrika hingga menyusuri pantai barat Afrika.
Baris 9 ⟶ 11:
 
Penelitian cermat dan perancangan gambar kapal dilakukan oleh kelompok pengrajin galangan kapal tradisional Indonesia yang berpengalaman. Tim ini dibentuk dan dilatih untuk membangun kapal dengan menggunakan teknologi dan teknik perkapalan tradisional. Galangan kapal tradisional ini terletak di [[Kepulauan Kangean]], yang terletak sekitar 60 mil sebelah utara [[Bali]]. Nick Burningham, seorang pakar perahu tradisional Indonesia dan arkeologi kelautan mengawasi dan menjadi konsultan pembuatan kapal ini. Kapal ini dibuat oleh Assad Abdullah al-Madani dan rekan-rekannya, ia adalah seorang pembuat perahu tradisional Indonesia yang berpengalaman, dengan hanya berbekal beberapa gambar dan model skala kecil kapal Borobudur dari kayu balsa yang dibuat Nick Burningham, ia berhasil menciptakan kembali kapal kuno ini. Kapal ini dinamai '''Samudra Raksa''' (pembela samudra) dan diresmikan di Pelabuhan Benoa, Bali pada 15 Juli 2003 oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia I Gede Ardika bersama dengan Philippe Delanghe, Spesialis budaya kantor [[UNESCO]] perwakilan Jakarta.
 
Panjang lunas adalah 17,29 m dan lambungnya sekitar 19 m secara keseluruhan dengan lebar 4,25 m dan tingi lambung 2,25 m. Dalam sarat air saat berlayar adalah sekitar 1,5 m. Kapal itu didorong oleh dua layar tanja ('layar persegi panjang yang miring'). Papan lambung dibuat dari bungor (kadang-kadang disebut 'benteak') dan deknya terbuat dari kayu jati.<ref>Beale, Philip (April 2006). "From Indonesia to Africa: Borobudur Ship Expedition". ''Ziff Journal'': 22.</ref>
 
Ekspedisi ini memakan waktu selama 6 bulan sejak Agustus 2003 sampai Februari 2004. Perjalanan dimulai di pelabuhan [[Tanjung Priok]], Jakarta pada 30 Agustus 2003, diresmikan oleh Presiden [[Megawati Sukarnoputri]], dan tiba di pelabuhan Tema, [[Accra]], [[Ghana]] pada 23 Februari 2004. Pelayaran epik ini membuktikan hubungan perdagangan bahari purba antara Indonesia dan Afrika (khususnya pesisir Afrika Timur dan Madagaskar). Jalur perdagangan komoditas [[kayu manis]] ini mengambil jalur melintasi Samudra Hindia dan singgah di [[Seychelles]], [[Madagaskar]], [[Afrika Selatan]], hingga Ghana.