Samsam, Kerambitan, Tabanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k perbaikan posisi templat stub
Angayubagia (bicara | kontrib)
update infobox dan menambahkan referensi
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1:
{{desaDesa
| nama = Samsam
| peta =
| foto =
|provinsi = Bali
| provinsi = Bali
|dati2 = Kabupaten
|nama dati2 = TabananKabupaten
| nama dati2 = Tabanan
|kecamatan = Kerambitan
| dati3 = Kecamatan
|luas = 3,73 km²
| kecamatan = Kerambitan
|penduduk = 3.120 jiwa
| nama pemimpin = I Dewa Ketut Ari W<ref>[http://desamandara.baliprov.go.id/desa-samsam/ Desa Mandara;Samsam]</ref>
|kepadatan =836 jiwa/km²
| kode pos = 82161
| luas = 3,73 km² <ref>[https://tabanankab.bps.go.id/publication/2017/09/14/08a44f34e33e11ed4b4e3e22/kecamatan-kerambitan-dalam-angka-2017.html Kecamatan Kerambitan dalam Angka 2017], hal.8</ref>
| penduduk = 3.551 jiwa(2016)<ref>[https://tabanankab.bps.go.id/publication/2017/09/14/08a44f34e33e11ed4b4e3e22/kecamatan-kerambitan-dalam-angka-2017.html Kecamatan Kerambitan dalam Angka 2017], hal.27</ref><br>
4.190 jiwa(2010)<ref>[https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2010.pdf Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010], hal.1375</ref>
| kepadatan = 1.124 jiwa/km²(2010)
| kemendagri = 51.02.04.2008
| RT =
| RW =
| KK = 1.075
| APBDesa = Rp.766.523.000<ref>[http://desamandara.baliprov.go.id/desa-samsam/ Desa Mandara;Samsam]</ref>
| situs web =
}}
'''Samsam''' adalah [[desa]] di [[Kecamatan]] [[Kerambitan, Tabanan|Kerambitan]], [[Kabupaten Tabanan]], [[Bali]], [[Indonesia]].
{{Kerambitan, Tabanan}}
 
'''Samsam''' adalah [[desa]] yang berada di [[Kerambitan, Tabanan|kecamatan Kerambitan]], [[Kabupaten Tabanan]], provinsi [[Bali]], [[Indonesia]].
<!--
SEJARAH SINGKAT DESA SAMSAM
 
== Batas Wilayah ==
Tersebutlah dalam lontar ``Prasasti Sukahet `` dimulai dari perang Gelgel sejak Pemerintahan Yang Mulia Dalem Dimadia yang berhasil dipukul oleh I Gusti Widia alias Arya Batan Jeruk.
Batas wilayah Desa Samsam adalah sebagai berikut:
.
{{Batas_USBT
Sejak kekalahan Yang Mulia Dalem Dimadia, timbulah kegelisahan diantara putra – putra raja yang masih hidup. Putra-putra raja ini lalu menyusun kekuatan kembali yang dipimpin oleh seorang kesatria yang bernama Dewa Agung Putra dengan pengikut-pengikutnya antara lain I Dewa Sumerta, Ki Pasek Kacang Dawa serta seluruh rakyat Sweca Pura. Setelah menyusun strategi peperangan, maka mulailah Dewa Agung Putra memukul Gelgel yang telah dikuasai oleh Arya Batan Jeruk. Peperangan yang dahsyat ini dimenangkan oleh Dewa Agung Putra yang kemudian langsung memerintah Gelgel dengan gelar Dalem Jambe.
|utara = [[Batuaji, Kerambitan, Tabanan|Desa Batuaji]]
|selatan = [[Pangkung Karung, Kerambitan, Tabanan|Desa Pangkung Karung]]
|barat = [[Sungai Yeh Abe]]
|timur = [[Sungai Yeh Enu]]
}}
 
== Sejarah Kepala Desa ==
Diceritakan sekembalinya dari medan perang dengan hasil kemenangan yang gemilang, maka salah seorang pengikut Dalem yaitu I Dewa Sumerta sangat kaget melihat putranya dalam keadaan tenang, malahan sedang bercumbu dengan kekasihnya serta tidak ikut berperang. Maka murkalah I Dewa Sumerta kepada putranya yang bernama I Dewa Gede Kesa mau dibunuhnya. Dalam keadaan sengat kritis tersebut, datanglah Ki Pasek Kacang Dawa serta segera melaporkan hal tersebut kepada Raja. Maka Raja meminta kepada I Dewa Sumertaagar anaknya I Dewa Gede Kesa dipindahkan ke Tabanan dengan iringan 20 (dua puluh) panjak yang terdiri dari panjak Ki Pasek Kacang Dawa. Perpindahan ini diterima oleh Raja Tabanan di Banjar Tegal(Tabanan). Setelah lama berdomisili di Banjar Tegal, I Dewa Gede Kesa sudah berkeluarga dan mempunyai putra, pengabdian kepada Raja Tabanan semakin bijaksana karena semakin hari kedewasaan, kecerdasan serta kealiman beliau dalam melaksanakan tugas.
Adapun Bendesa yang pernah memimpin Desa Samsam adalah sebagai berikut :
* I Dewa Nyoman Perte menjabat sampai tahun 1925.
* I Dewa Made Tama menjabat dari tahun 1925 sampai dengan tahun 1935
* I Dewa Kt.Tegeg menjabat dari tahun 1935 sampai dengan tahun 1967.
* I Dewa Md.Sedeng menjabat dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1975.
* I Dewa Md.Pegeg menjabat dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1983.
 
Dimasa pemerintahan I Dewa Made Pegeg kantor Bendesa Samsam dipindahkan ke Banjar Penyalin. Pada tahun 1983, Kebendesaan Samsam diganti statusnya menjadi Kelurahan yang dikepalai oleh seorang Lurah. Adapun yang pernah menjabat sebagai Lurah adalah sebagai berikut :
Dalam keadaan seperti itu, ada seorang ada seorang Patih Raja Tabanan yang bernama Arya Telabah merasa iri, lalu segera melapor kepada Raja Tabanan serta mengusulkan Putra-Putra Kesatrya ini segera dipindahkan. Tanpa pikir panjang lagi Raja Tabanan menyetujui usul Ki Patih yang mendapat kepercayaan penuh ini. Oleh Raja, Putra Kesatrya ini maunya dipindahkan kedaerah sebelah utara dengan maksud menjadi Tabeng Wijang (benteng) akan tetapi patih yang lain tidak menyetujui, dengan alasan Kesatrya ini akan mudah mencari bantuan ke Klungkung, maka diputuskanlah untuk dipindahkan ke sebelah barat kota.
* I Dewa Ny.Setanu menjabat dari tahun 1983 sampai dengan th.1990.
* I Gede Jagrem menjabat dari tahun 1990 sampai dengan 1994.
* I Wayan Suprabawa menjabat dari tahun 1994 sampai 2001.
 
Di masa pemerintahan I Wayan Suprabawa status Kelurahan dirubah menjadi Desa pada tanggal 7 Agustus 2001 Perda No.20 Tahun 2001. Dan I Wayan Suprabawa masih tetap dipercaya sebagai Pejabat Sementara Kepala Desa Samsam, sampai terpilih Kepala Desa Samsam yang difinitip. Pada tanggal 4 Agustus 2002 diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam Secara langsung dan terpilihlah : Drs. I Dewa Made Satria Wedana dengan masa Jabatan 2002-2007.
Dalam perjalanan para Kesatrya yang diikuti oleh para abdi, ditemuilah sebuah tempat yang mengepulkan asap dari dalam tanah ( lokasinya di Pura Sada ) tempat ini dianggap sangat utama, maka ditetapkanlah untuk berdomisili di tempat ini, yang bernama hutan Metya atau hutan Ustra. Lama-kelamaan terbentuklah sebuah desa yang berlokasi di sebelah barat sungai Yeh Enu. Dikala sedang giat-giatnya para penghuni memperbaiki kebun dan ladangnya di sela dengan megecel ayam pada waktu istirahat sebagai tradisi waktu itu, maka datanglah seorang Pendeta dari arah barat. Sesampainya di tempat ini ( hutan Ustra ) Pendeta tersebut menaburkan bunga ( sari ) dan beras kuning ( wija ). Wija dan Sari ini tidak lain adalah Samsam, yang disertai dengan Puja Pangastuti Om, Swasti Astu, mak mulai saat Wijasari atau Samsam itu ditaburkan, oleh para leluhur tempat atau desa ini dinamai Desa Samsam.
 
Pada tanggal 16 September 2007, kembali diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam karena masa Jabatan Kepala Desa/''Perbekel'' telah habis dan terpilihlah I DEWA KETUT ARI WIBAWA yang berasal dari Banjar Dinas Samsam I dan berdasarkan Keputusan Badan Perwakilan Desa Samsam SK.Nomor 477 Tahun 2007, tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih dalam Pemilihan Kepala Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan , Kabupaten Tabanan dan Ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tabanan Nomor 447 Tahun 2007 Tertanggal 10 Oktober 2007. Dan Dilantik oleh Bapak Bupati Tabanan yang bertempat di Kantor Bupati Tabanan pada hari Kamis, 22 Nopember 2007.
Raja Tabanan Cokorda Ngeluwur adalah seorang raja yang alim dan bijaksana, beliau sering turun / berkunjung ke kampung serta sambil memeriksa keadaan. Pada saat beliau berkunjung ke kampung – kampung sebelah barat yang bergunung – gunung dan berlembah curam beliau sering mandeg/beristirahat. Di dataran sebelah barat sungai Yeh Enu beliau mengadakan persalinan/pergantian juru sunggi ( pengusung ) untuk melanjutkan perjalanan beliau ke kampung lain. Terkenallah tempat ini bernama Pesalinan yang lama kelamaan disebut Penyalin.
 
== Pembagian Dusun/Banjar ==
Sementara itu dikisahkan panjak – panjak ( rakyat ) Raja dari Wongaya yang dipimpin oleh I Gede Jagra hendak menghadap Raja Tabanan, tersesat di sebuah hutan Kutuh ( Kapuk ) disebelah barat Tabanan, setelah lama beristirahat disana sambil mengingat ngingat jalan yang menuju Tabanan. Akhirnya jalan yang menuju Kerajaan Tabanan itu ditemukan. Akan tetapi setelah tugas mereka selesai, mereka tidak kembali lagi ke Wongaya namun mereka tertarik untuk menetap di hutan Kutuh ( Kapuk ) yang sangat subur sekali.
Tanggal 7 Agustus 2001 Perda No.20 Tahun 2001, Desa Samsam terbagi menjadi 6 Banjar Dinas yaitu :
# Banjar Dinas Lumajang
# Banjar Dinas Penyalin
# Banjar Dinas Samsam II
# Banjar Dinas Samsam I
# Banjar Dinas Kutuh Kelod
# Banjar Dinas Kutuh Kaja
 
Desa Samsam juga didukung oleh 5 (lima) Desa Adat/Desa Pekraman yaitu :
Merekapun mendirikan pondok – pondok dibawah naungan pohon kutuh, lama kelamaan pondok- pondok tersebut berkembang menjadi suatu Banjar Kutuh. Segala kebutuhan masyarakat dibangun antara lain : rumah, sawah, kebun serta tempat persembahyangan sehingga Banjar Kutuh semakin lama semakin maju.
# Desa Adat Lumajang
# Desa Adat Samsam
# Desa Adat Penyalin
# Desa Adat Kutuh Kelod
# Desa Adat Kutuh Kaja.
 
<!--
Suatu ketika Banjar Kutuh ditimpas malapetaka, berjuta – juta semut menyerang penduduk, rumah – rumah mereka diserbu, banyak ternak menjadi korban. Segala usaha telah dijalankan akhirnya semua sia – sia.
== Sejarah Desa ==
Tersebutlah dalam lontar ``Prasasti Sukahet `` dimulai dari perang Gelgel sejak Pemerintahan ''Yang Mulia Dalem Dimadia'' yang berhasil dipukul oleh ''I Gusti Widia'' alias ''Arya Batan Jeruk''. Sejak kekalahan tersebut, timbullah kegelisahan diantara putra–putra raja yang masih hidup. Putra-putra raja ini menyusun kekuatan kembali yang dipimpin oleh seorang ksatria bernama Dewa Agung Putra dengan pengikut-pengikutnya antara lain; I Dewa Sumerta, Ki Pasek Kacang Dawa serta seluruh rakyat Sweca Pura. Setelah menyusun strategi peperangan, mulailah Dewa Agung Putra memukul Gelgel yang telah dikuasai oleh Arya Batan Jeruk. Peperangan yang dahsyat ini dimenangkan oleh Dewa Agung Putra yang kemudian langsung memerintah Gelgel dengan gelar Dalem Jambe.
 
Diceritakan, sekembalinya dari medan perang dengan hasil kemenangan yang gemilang, salah seorang pengikut Dalem yaitu I Dewa Sumerta sangat kaget melihat putranya dalam keadaan tenang, malahan sedang bercumbu dengan kekasihnya serta tidak ikut berperang. Murkalah I Dewa Sumerta kepada putranya yang bernama I Dewa Gede Kesa mau dibunuhnya. Dalam keadaan sengat kritis tersebut, datanglah Ki Pasek Kacang Dawa serta segera melaporkan hal tersebut kepada Raja. Maka Raja meminta kepada I Dewa Sumertaagar anaknya I Dewa Gede Kesa dipindahkan ke Tabanan dengan iringan 20 (dua puluh) panjak yang terdiri dari panjak Ki Pasek Kacang Dawa. Perpindahan ini diterima oleh Raja Tabanan di Banjar Tegal(Tabanan). Setelah lama berdomisili di Banjar Tegal, I Dewa Gede Kesa sudah berkeluarga dan mempunyai putra, pengabdian kepada Raja Tabanan semakin bijaksana karena semakin hari kedewasaan, kecerdasan serta kealiman beliau dalam melaksanakan tugas.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke sebelah barat agak keselatan (sebelah barat daya ). Oleh karena Banjar Kutuh dipisahkan oleh bengang ( tanah kosong tiada pondokan ) maka disebutlah Banjar Kutuh Kaja dibagian utara dan Banjar Kutuh Kelod di bagian selatan.
 
Dalam keadaan seperti itu, ada seorang ada seorang Patih Raja Tabanan yang bernama Arya Telabah merasa iri, lalu segera melapor kepada Raja Tabanan serta mengusulkan Putra-Putra Kesatrya ini segera dipindahkan. Tanpa pikir panjang lagi Raja Tabanan menyetujui usul Ki Patih yang mendapat kepercayaan penuh ini. Oleh Raja, Putra Kesatrya ini maunya dipindahkan kedaerah sebelah utara dengan maksud menjadi Tabeng Wijang (benteng) akan tetapi patih yang lain tidak menyetujui, dengan alasan Kesatrya ini akan mudah mencari bantuan ke Klungkung, maka diputuskanlah untuk dipindahkan ke sebelah barat kota.
Di sebelah barat Samsam terdapat pula beberapa Pondokan yang dihuni tiga keluarga yaitu :
1.Keluarga I Dewa Sembung
2.Keluarga I Dewa Negara
3.Keluarga I Dewa Bakungan
 
Dalam perjalanan para Kesatrya yang diikuti oleh para abdi, ditemuilah sebuah tempat yang mengepulkan asap dari dalam tanah ( lokasinya di Pura Sada ) tempat ini dianggap sangat utama, maka ditetapkanlah untuk berdomisili di tempat ini, yang bernama hutan Metya atau hutan Ustra. Lama-kelamaan terbentuklah sebuah desa yang berlokasi di sebelah barat sungai Yeh Enu. Dikala sedang giat-giatnya para penghuni memperbaiki kebun dan ladangnya di sela dengan megecel ayam pada waktu istirahat sebagai tradisi waktu itu, maka datanglah seorang Pendeta dari arah barat. Sesampainya di tempat ini ( hutan Ustra ) Pendeta tersebut menaburkan bunga ( sari ) dan beras kuning ( wija ). Wija dan Sari ini tidak lain adalah Samsam, yang disertai dengan Puja Pangastuti Om, Swasti Astu, mak mulai saat Wijasari atau Samsam itu ditaburkan, oleh para leluhur tempat atau desa ini dinamai Desa Samsam.
Tempat pondokan ini mereka sebut Pelem Bajang, karena mereka ini berasal dari Pelem sebuah Banjaran yang terletak di Barat Laut pondokan ini. Disebut Pelem Bajang lama kelamaan terkenal dengan nama Lumajang.
 
Raja Tabanan Cokorda Ngeluwur adalah seorang raja yang alim dan bijaksana, beliau sering turun / berkunjung ke kampung serta sambil memeriksa keadaan. Pada saat beliau berkunjung ke kampung – kampung sebelah barat yang bergunung – gunung dan berlembah curam beliau sering mandeg/beristirahat. Di dataran sebelah barat sungai Yeh Enu beliau mengadakan persalinan/pergantian juru sunggi ( pengusung ) untuk melanjutkan perjalanan beliau ke kampung lain. Terkenallah tempat ini bernama Pesalinan yang lama kelamaan disebut Penyalin.
Pada jaman penjajahan Belanda Banjar – banjar ini yaitu : Banjar Samsam, Penyalin, Kutuh Kelod, Kutuh Kaja dan Lumajang dibentuk menjadi satu Desa yang dikepalai oleh seorang Bendesa yang berkedudukan di Samsam.
Adapun Bendesa yang pernah memimpin Desa Samsam adalah sebagai berikut :
1. I Dewa Nyoman Perte menjabat sampai tahun 1925.
2. I Dewa Made Tama menjabat dari tahun 1925 sampai dengan tahun 1935
3. I Dewa Kt.Tegeg menjabat dari tahun 1935 sampai dengan tahun 1967.
4. I Dewa Md.Sedeng menjabat dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1975.
5. I Dewa Md.Pegeg menjabat dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1983.
 
Sementara itu dikisahkan ''panjak–panjak'' (rakyat) Raja dari Wongaya yang dipimpin oleh I Gede Jagra hendak menghadap Raja Tabanan, tersesat di sebuah hutan Kutuh ( Kapuk ) disebelah barat Tabanan, setelah lama beristirahat disana sambil mengingat ngingat jalan yang menuju Tabanan. Akhirnya jalan yang menuju Kerajaan Tabanan itu ditemukan. Akan tetapi setelah tugas mereka selesai, mereka tidak kembali lagi ke Wongaya namun mereka tertarik untuk menetap di hutan Kutuh ( Kapuk ) yang sangat subur sekali.
Dimasa pemerintahan I Dewa Made Pegeg kantor Bendesa Samsam dipindahkan ke Banjar Penyalin.
 
Merekapun mendirikan pondok–pondok dibawah naungan pohon kutuh, lama kelamaan pondok- pondok tersebut berkembang menjadi suatu Banjar Kutuh. Segala kebutuhan masyarakat dibangun antara lain : rumah, sawah, kebun serta tempat persembahyangan sehingga Banjar Kutuh semakin lama semakin maju. Suatu ketika Banjar Kutuh ditimpas malapetaka, berjuta–juta semut menyerang penduduk, rumah–rumah mereka diserbu, banyak ternak menjadi korban. Segala usaha telah dijalankan akhirnya semua sia–sia.
Pada tahun 1983 Kebendesaan Samsam diganti statusnya menjadi Kelurahan yang dikepalai oleh seorang Lurah. Adapun yang pernah menjabat sebagai Lurah adalah sebagai berikut :
 
Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke sebelah barat agak keselatan (sebelah barat daya ). Oleh karena Banjar Kutuh dipisahkan oleh bengang ( tanah kosong tiada pondokan ) maka disebutlah Banjar Kutuh Kaja dibagian utara dan Banjar Kutuh Kelod di bagian selatan. Di sebelah barat Samsam, terdapat beberapa pondokan yang dihuni tiga keluarga yaitu : Keluarga I Dewa Sembung, Keluarga I Dewa Negara dan Keluarga I Dewa Bakungan.
1. I Dewa Ny.Setanu menjabat dari tahun 1983 sampai dengan th.1990.
2. I Gede Jagrem menjabat dari tahun 1990 sampai dengan 1994.
3. I Wayan Suprabawa menjabat dari tahun 1994 sampai 2001.
 
Tempat pondokan ini mereka sebut Pelem Bajang, karena mereka ini berasal dari Pelem sebuah Banjaran yang terletak di Barat Laut pondokan ini. Disebut Pelem Bajang lama kelamaan terkenal dengan nama Lumajang. Pada jaman penjajahan Belanda Banjar–banjar ini yaitu : Banjar Samsam, Penyalin, Kutuh Kelod, Kutuh Kaja dan Lumajang dibentuk menjadi satu Desa yang dikepalai oleh seorang Bendesa yang berkedudukan di Samsam.
Dimasa pemerintahan I Wayan Suprabawa status Kelurahan dirubah menjadi Desa pada tanggal 7 Agustus 2001 Perda No.20 Tahun 2001. Dan I Wayan Suprabawa masih tetap dipercaya sebagai Pejabat Sementara Kepala Desa Samsam, sampai terpilih Kepala Desa Samsam yang difinitip.
Pada tanggal 4 Agustus 2002 diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam Secara langsung dan terpilihlah : DRS. I DEWA MADE SATRIA WEDANA dengan masa Jabatan 2002-2007.
 
== Keadaan Umum Desa Samsam ==
Pada tanggal 16 September 2007 kembali diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam karena masa Jabatan Kepala Desa / Perbekel telah habis dan terpilihlah I DEWA KETUT ARI WIBAWA yang berasal dari Banjar Dinas Samsam I dan berdasarkan Keputusan Badan Perwakilan Desa Samsam SK.Nomor 477 Tahun 2007, tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih dalam Pemilihan Kepala Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan , Kabupaten Tabanan dan Ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tabanan Nomor 447 Tahun 2007 Tertanggal 10 Oktober 2007. Dan Dilantik oleh Bapak Bupati Tabanan yang bertempat di Kantor Bupati Tabanan pada hari Kamis, 22 Nopember 2007.
Keadaan Umum Pemerintah Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah 373 Ha Ketinggian tanah dari permukaan laut 250 m, Curah Hujan 21.605 cm/thn yang peruntukannya:
a.Jalan: 9.00 Km
b.Sawah dan Ladang: 319,47 Ha
c.Bangunan Umum : 1.30 Ha
d.Pemukiman / Perumahan : 35.00 Ha
e.Jalur Hijau: -
f.Pekuburan: 2,50 Ha
g.Lain-lain: 5,73 Ha
 
jumlah Penduduk 3120 jiwa. Laki-laki: 1510 Jiwa Perempuan: 1610 Jiwa Jumlah KK: 857 Kepala Keluarga
Desa Samsam terdiri dari 6 (enam) Banjar Dinas yang di Kepalai oleh Kelian Banjar Dinas. Adapun Nama Banjar Dinas tersebut adalah sebagai berikut :
 
1. Banjar Dinas Samsam I
2. Banjar Dinas Samsam II
3. Banjar Dinas Lumajang
4. Banjar Dinas Penyalin
5. Banjar Dinas Kutuh Kelod
6. Banjar Dinas Kutuh Kaja
 
KEADAAN UMUM DESA SAMSAM.
 
Keadaan Umum Pemerintah Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah 373 Ha Ketinggian tanah dari permukaan laut 250 m, Curah Hujan 21.605 cm/thn yang peruntukannya:
a. Jalan : 9.00 Km
b. Sawah dan Ladang : 319,47 Ha
c. Bangunan Umum : 1.30 Ha
d. Pemukiman / Perumahan : 35.00 Ha
e. Jalur Hijau : -
f. Pekuburan : 2,50 Ha
g. Lain-lain : 5,73 Ha
 
Dan dengan jumlah Penduduk 3120 jiwa.
Laki-laki : 1510 Jiwa
Perempuan : 1610 Jiwa
Jumlah KK : 857 Kepala Keluarga
Adapun Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian adalah sebagai berikut :
- Pegawai Negeri Sipil : 400 orang
- ABRI : 20 orang
- Pegawai Swasta : 650 orang
- Pedagang : 200 orang
- Petani : 250 orang
- Pertukangan : 50 orang
- Buruh Tani : 25 orang
- Pensiunan : 95 orang
- Nelayan : -
- Pemulung : 1 orang
- Jasa : 10 orang
 
Dan batas-batas wilayah Desa Samsam adalah sebagai berikut :
Utara : Desa Batuaji
Selatan : Desa Pangkung Karung
Timur : Sungai Yeh Enu
Barat : Sungai Yeh Abe
 
Orbitasi Desa yakni dari Pusat Pemerintahan Desa dapat diketahui sebagai berikut :
- Kantor Kecamatan : 3 Km.
- Kota Kabupaten : 3 Km.
- Kota Administratif : 25 Km.
- Kota Propinsi : 25 Km.
 
Desa Samsam juga didukung oleh 5 (lima) Desa Adat / Desa Pekraman yaitu :
 
1. Desa Adat Lumajang
2. Desa Adat Samsam
3. Desa Adat Penyalin
4. Desa Adat Kutuh Kelod
5. Desa Adat Kutuh Kaja.
 
Profil Desa Samsam
Pemerintahan :
Desa Samsam berada dalam lingkup Kecamatan Kerambitan. Desa Samsam dengan jarak tempuh 5 menit dari kota kecamatan atau sekitar 3 km, memiliki luas wilayah sekitar 373 Ha.
Batas-batas desa Samsam meliputi :
1. Sebelah Utara: Desa Batuaji,
2. Sebelah Timur: Sungai Yeh Nu ,
3. Sebelah Selatan Desa Pangkung Karung
4. Sebelah Barat Sungai Yeh Abe.
 
Tanggal 7 Agustus 2001 Perda No.20 Tahun 2001, Desa Samsam terbagi menjadi 6 Banjar Dinas yaitu :
1. Banjar Dinas Lumajang
2. Banjar Dinas Samsam II
3. Banjar Dinas Samsam I
4. Banjar Dinas Penyalin
5. Banjar Dinas Kutuh Kelod
6. Banjar Dinas Kutuh Kaja
Saat ini berdasarkan Laporan Kelian Banjar Dinas penduduk Desa Samsam berjumlah 3.100 orang atau terdiri dari 855 KK.Saat ini fasilitas yang ada di Desa Samsam antara lain : 1 buah Poskesdes yang didirikan pada tahun 2008, yang di tangani oleh tenaga kebidanan 2 orang, 2 buah Sekolah Dasar, 2 Sekolah Taman Kanak-kanak yang ada dibawah Yayasan Cahaya Ibu yang dimiliki oleh Desa Samsam.Untuk tenaga kesehatan di Desa Samsam terdapat beberapa tenaga medis antara lain :
 
Kondisi Geografis :
Dari segi geografis, desa Samsam merupakan daerah pertanian dengan petani padi sebagai mayoritas. Selain itu, daerah ini juga menghasilkan tanaman kebun lainnya seperti kelapa, Kakao dan lain-lain. Selain itu saat ini di masyarakat juga telah terbentuk kelompok-kelompok tani yang pada akhirnya akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat seperti kelompok tani ternak yang telah tergabung dalam Gapoktan yaitu Gapoktan Wija Sari Samsam, yang merupakan Gabungan Kelompok Tani yang ada di Desa Samsam. Gapoktan tidak hanya mewadahi kelompok tani saja, namun dibolehkan anggotanya dari kelompok usaha.
 
Kondisi Demografi :
Dari segi kependudukan jenis pekerjaan masyarakat masih didominasi dari sebagai petani karena masih luasnya lahan pertanian yang ada di wilayah Desa Samsam dan juga sebagian besar generasi mudannya bekerja sebagai karyawan swsta. Pada saat ini telah menunjukan perubahan propesi atau pekerjaan di masa yang akan datang. Karena kurangnya minat generasi muda untuk meneruskan kegiatan untuk bertani karena hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
 
Relegi, Budaya dan Kesenian :
Dari faktor Relegi sebagian besar masyarakat desa Samsam menganut agama Hindu. Namun dengan kondisi sekarang, terdapat beberapa persen saja penduduk yang beragama Islam, Kristen dan Budha. Hal ini dikarenakan adanya penduduk pendatang yang mendiami desa Samsam karena adanya pengembangan perumahan di wilayah Banjar Dinas Kutuh Kelod dan Banjar Dinas Penyalin. Di desa Samsam tidak ada wilayah yang khas seperti di wilayah desa lainnya.
 
Dari segi kesenian ada beberapa tempat di desa Samsam. Yang hampir merata dimiliki di tiap-tiap Desa Pekraman adat adalah adanya Sekaa Gong. Dan ada juga Sanggar Tari maupun Tabuh yaitu Sanggar Tabuh Werdi Sangghita .
 
Potensi Wisata :
Secara khusus Desa Samsam tidak memiliki tempat wisata, namun ada juga beberapa wisatawan asing yang berkeliling mengunjungi alam pedesaan di Samsam.
-->
 
== Demografi ==
Penduduk desa Samsam sampai dengan tahun 2016 berjumlah 3.551 jiwa terdiri dari 1.750 laki-laki dan 1.801 perempuan dengan [[Sex ratio manusia|sex rasio]] 97,17.<ref>[https://tabanankab.bps.go.id/publication/2017/09/14/08a44f34e33e11ed4b4e3e22/kecamatan-kerambitan-dalam-angka-2017.html Kecamatan Kerambitan dalam Angka 2017], hal.27</ref>
 
== Referensi ==
{{Kelurahan-stub}}
{{reflist}}
 
== Pranala Luar ==
* {{id}} [https://tabanankab.bps.go.id/publication.html BPS Kabupaten Tabanan]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri]
* {{id}} [http://desamandara.baliprov.go.id/desa-samsam/ Desa Mandara;Samsam]
{{Kerambitan, Tabanan}}
{{Kabupaten Tabanan}}
{{Bali}}
{{desa-stub}}
[[Kategori:Desa]]
[[Kategori:Kerambitan]]