Kabupaten Majalengka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bangpuralam (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 27:
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aloon-aloon te Madjalengka West-Java TMnr 10008032.jpg|jmpl|300px|Alun-alun Majalengka di masa [[Hindia Belanda]]]]
'''Kabupaten Majalengka''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{sund|ᮊᮘ᮪. ᮙᮏᮜᮦᮍ᮪ᮊ}}) , adalah sebuah [[kabupaten]] di Tatar Pasundan [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Ibukotanya adalah '''[[Majalengka, Majalengka|Majalengka]]'''.
Majalengka juga nama yang sama digunakan dengan nama Kabupaten yang terletak di Jawa Barat. Sebagai Kota Kabupaten sudah
== Sejarah ==
Pada zaman kerajaan [[Ajaran Siwa-Buddha|Hindu-Buddha]] sampai dengan [[Abad ke 15|abad ke-15]], di wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan: (1) [[Kerajaan Talaga Manggung]] dipimpin oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung (2) [[Kerajaan Rajagaluh]] dipimpin oleh Prabu Cakraningrat (3) [[Kerajaan Sindangkasih]], dipimpin oleh seorang puteri bernama Nyi Rambut Kasih<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1033199/29/nyai-rambut-kasih-ratu-majalengka-nan-sakti-dan-cantik-1439564268|title=Nyai Rambut Kasih, Ratu Majalengka nan Sakti dan Cantik|newspaper=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2018-04-04}}</ref>.
Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Baris 74:
Keberadaan kerajaan Sindangkasih pada tahun [[1480]] atau pertengahan abad ke-15.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1050|title=Kabupaten Majalengka - Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat|last=Barat|first=Pemerintah Provinsi Jawa|website=www.jabarprov.go.id|access-date=2018-04-04}}</ref> Kerajaan Sindangkasih disebutkan dalam berbagai naskah ''[[Babad]]'' di tanah Sunda. Pandangan masyarakat Sunda bahwa kemandalaan seringkali disebut sebagai kerajaan. Pandangan ini muncul karena struktur kemandalaan yang juga memiliki prajurit pengamanan seringkali diersamakan dengan kerajaan. Termasuk Kemandalaan Sindangkasih, [[Mandala Sindangkasih]] dipertukarkan pengertiannya dengan kerajaan.
Kesulitan pengertian dalam historiografi modern Barat, struktur kerajaan adalah sebuah struktur badan, wilayah dan administratif. Pandangan ini berbeda bagi masyarakat [[Nusantara]]. Bisa kita cermati bahwa [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]], [[Majapahit]] dan [[Tarumanagara]] juga disebut [[Mandala]].
Dalam pengertian historis, sosial dan politik, istilah "[[mandala]]" juga digunakan untuk menunjukkan formasi politik tradisional Asia Tenggara (seperti federasi kerajaan atau negara-negara atau kerajaan kecil). Ini diadopsi oleh para sejarawan Barat abad ke-20 dari wacana politik [[India]] kuno sebagai sarana untuk menghindari istilah 'negara' dalam pengertian konvensional. Tidak hanya negara-negara [[Asia Tenggara]] yang tidak sesuai dengan pandangan Cina dan [[Eropa]] tentang negara yang ditetapkan secara teritorial dengan perbatasan tetap dan aparatur birokrasi, tetapi mereka berbeda jauh dalam arah yang berlawanan: pemerintahan didefinisikan oleh pusatnya daripada batas-batasnya, dan itu bisa tersusun dari banyak pemerintahan jajahan lainnya tanpa mengalami integrasi administratif. Kerajaan seperti Bagan, [[Ayutthaya]], [[Kerajaan Champa|Champa]], [[Kerajaan Khmer|Khmer]], [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] dikenal sebagai "mandala" dalam pengertian ini.<ref>{{Cite web|url=http://www.chinabuddhismencyclopedia.com/en/index.php?title=Mandala|title=Mandala - Chinese Buddhist Encyclopedia|website=www.chinabuddhismencyclopedia.com|language=en|access-date=2018-04-04}}</ref>
Baris 85:
==== Mitos Nyi Rambut Kasih ====
Kerajaan Sindangkasih dipimpin oleh seorang ratu, yaitu Ratu Nyi Rambut Kasih<ref name=":0" />. Ia anak dari Ki Gedeng Sindang kasih yang berasal dari kata Gede Ing Sindangkasih. Artinya Pembesar atau Pemimpin di Sindangkasih. Itu bukan nama orang tetapi sebutan saja. Sama halnya dengan sebutan [[Sri Baduga Maharaja|Siliwangi]]. hal ini telah menjadi budaya di Sunda bahwa menyebut nama orang apalagi pembesar adalah Tabu.
Inilah yang menyulitkan menelusuri sejarah Sunda di wilayah pedalaman (tengah pulau) termasuk Sindangkasih. Sumber-sumber luar seperti dari Catatan Musafir [[Republik Rakyat Tiongkok|China]], [[Portugal|Portugis]] dan [[Arab Saudi|Arab]] bisa menjadi sumber sejarah ([[Protosejarah|Proto-Sejarah]]). Catatan [[Belanda]] bisa menjadi sumber sejarah, karena dianggap bersumber dari dalam negeri. Keberadaan Sindangkasih merujuk wilayah [[Majalengka, Majalengka|Kota Majalengka]] Sekarang ada dalam tulisan catatan Belanda mengenai perjalan selama masa perkebunan kopi: Namun tdak menyebutkan secara jelas bahwa Sindangkasih adalah kerajaan, tetapi Sindangkasih adalah Kota Majalengka sekarang.
Baris 117:
=== Kerajaan Rajagaluh ===
Kerajaan Rajagaluh berada di [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh]], kurang lebih 35 km arah timur dari pusat kota Majalengka. Desa Rajagaluh adalah sebuah Kerajaan dibawah wilayah kekuasaan [[Pakuan Pajajaran|kerajaan Pajajaran]] yang dipimpin oleh [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]]. Saat itu Kerajaan Rajagaluh dibawah tampuk pimpinan seorang raja yang terkenal digjaya sakti mandraguna. Agama yang diantunya adalah agama Hindu.
Pada tahun 1482 Masehi, Syeh Syarif Hidayatulloh ([[Sunan Gunung Jati]]) mengembangkan [[Islam]] di [[Jawa Barat]] dengan secara damai. Namun dari sekian banyak Kerajaan di tatar Pasundan hanya Kerajaan Rajagaluh yang sulit ditundukan.
|