Raja menganggur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
Julukan ini diciptakan oleh [[Einhard]], pujangga yang menulis ''[[Vita Karoli Magni]]'', Riwayat [[Karel yang Agung|Karel Agung]]. Einhard meriwayatkan bahwa raja-raja terakhir dari wangsa Meroving hanyalah raja-raja yang "tinggal nama belaka",
{{quote|Tak ada lagi apa-apa yang perlu dikerjakan sang raja selain berpuas diri dengan sebutan raja, rambutnya yang panjang terurai, dan janggutnya yang tumbuh menjuntai, bertakhta di atas singgasana dengan lagak penguasa, menyambut para duta besar yang datang dari segala penjuru negeri, dan mempersilakan mereka undur diri, seakan-akan hal itu sudah menjadi tanggung jawabnya, dengan kata-kata yang sesungguhnya disarankan atau bahkan dipaksakan padanya untuk diucapkan. Ia tak punya apa-apa yang dapat ia sebut miliknya sendiri selain gelar raja yang tanpa kuasa dan nafkah tidak tetap yang diberikan sang pembesar istana sekehendak hatinya, di luar dari penghasilan yang ia terima selaku penguasa sebuah
Pada zaman raja menganggur, raja-raja wangsa Meroving lambat laun kian tunduk di bawah kendali para [[pembesar istana]] mereka. Pada abad ke-6, [[pembesar istana]] hanyalah seorang [[rumah tangga istana|kepala rumah tangga istana]], namun pada abad ke-7 merangkak naik menjadi penguasa sesungguhnya "[[Kuasa di Balik Tahta|di balik takhta kerajaan]]" yang membatasi peran raja menjadi sekadar suatu jabatan seremonial belaka.
|