Gajah sumatra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
ada penambahan-penambahan mengenai gajah Sumatera
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 1:
== DESKRIPSI ==
{{Taxobox
| name = Gajah sumatera
Baris 15 ⟶ 16:
'''Gajah sumatera''' adalah [[subspesies]] dari [[gajah asia]] yang hanya berhabitat di [[pulau Sumatera]]. Gajah sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies [[gajah india]]. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 sampai 2700 ekor gajah sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei pada tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30% kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh [[manusia]]. Sekitar 83% habitat gajah sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif.
 
Gajah sumatera adalah [[mamalia]] terbesar di [[Indonesia]], beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah sumatera adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. [[Herbivora]] raksasa ini sangat cerdas dan memiliki [[otak]] yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. [[Telinga]] yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan [[makanan]] dan [[air]] dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
 
== MORFOLOGI ==
Morfologi dari gajah Sumatera, yaitu :<ref>https://jurnalbumi.com/knol/gajah-sumatera/ Diakses 17 April 2018.</ref>
 
* Kulitnya terlihat lebih terang dibanding gajah Asia lain dan dibagian kupingnya sering terlihat depigmentasi, terlihat seperti flek putih kemerahan.
* Hanya gajah jantan yang memiliki gading yang panjang. Pada betina, kalaupun ada gadingnya pendek hampir tidak kelihatan. Berbeda dengan gajah Afrika dimana jantan dan betina sama-sama punya gading.
* Memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4 kuku di kaki belakang.
* Beratnya mencapai 4-6 ton
* ⊷Panjang 5,5-7,3 meter
 
== PERSEBARAN ==
Wilayah penyebaran Gajah Sumatera meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.<ref>Abdullah, Asisah dan Japisa, T. 2012. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (''Elephas maximus sumatranus'') Di Kawasan Ekosistem Seulawah Kabupaten Aceh Besar. ''Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi'' 4 (1) : 41 – 45.</ref>
 
== HABITAT ==
Gajah sumatera menyukai tipe habitat di hutan dataran rendah dengan ketinggian 0 − 750 mdpl dengan kondisi suplai air yang mencukupi dan memiliki pakan yang disukai gajah yaitu rumput liar, bambu, liana, kulit pohon dan buah tertentu<ref name=":0">Sukumar, R. 1989. The Asian Elephant: Ecology and Management. Cambridge University Press, UK.</ref>. Gajah menggunakan lebih dari satu tipe habitat diantaranya adalah hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah yang didominasi oleh suku Dipterocarpaceae, dan hutan hujan pegunungan rendah (ketinggian 750 8 − 1500 mdpl) yang jenis tumbuhannya didominasi oleh ''Dipterocarpus'' spp., ''Shorea'' spp., ''Quercus'' spp. serta ''Castanopsis'' spp.<ref>Haryanto. 1984. Studi Pengaruh Pembukaan Wilayah Hutan Terhadap Penyebaran dan Habitat Gajah (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Sumatera Bagian Selatan. Skripsi. IPB Press, Bogor. (Tidak diterbitkan)</ref>. Pada pemilihan habitat, gajah menyukai daerah datar karena memudahkan untuk bebas melihat ke segala arah<ref>Alikodra, H.S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. IPB Press, Bogor.</ref>.
 
== JENIS PAKAN ==
Makanan yang dipilih oleh gajah terdiri dari rumput, semak, daun pohon, kulit kayu, tumbuhan air dan buah. Rumput utama yang menjadi pakan gajah yaitu ''Imperata cylindrica'', ''Leersia hexandra'', sedangkan daun pohon diantaranya adalah ''Ficus glomerata'', dan ''Mossa'' spp.<ref>Borah, J. dan K. Deka. 2008. Nutritional Evaluation of Forage Preferred by Wild Elephants in the Rani Range Forest, Assam, India. ''Journal Gajaha'' 28:41-43.</ref>. Selain jenis rumput-rumputan, pakan alami gajah antara lain adalah tepus, pisang hutan, dan bambu-bambuan. Gajah juga menyukai tanaman pertanian yang bernilai tinggi seperti kelapa hibrida, kelapa sawit dan tebu.<ref>Wiratno, A. Syarifudin dan A. Kartikasari. 2004. Berkaca di Cermin Retak “Refleksi Konservasi dan Impikasi bagi Pengelolaan Taman Nasional”. The Gibbon Foundation, Departemen Kehutanan, Forest press, PILI-NGO Movement, Jakarta.</ref>
 
== PERKEMBANGBIAKAN ==
Gajah adalah hewan poligami, biasanya dengan ratio betina dewasa leboh tinggi untuk gajah jantan dewasa. Rationya bervariasi dari 1:3 sampai 1:5 (1 jantan, 3 atau 5 betina). Gajah jantan akan memilih gajah pemimpin kelompok yang masih produktif terlebih dahulu. Lama kebuntingannya 20-22 bulan tergantung dari jenis kelamin anak. Periode kebuntingannya bergantung pada 2 faktor yaitu ukuran perkembangan fetus dan tahap perkembangan yang dicapai sebelum kelahiran. Jumlah maksimum 15-17 anak selama periode produktifnya jika gajah tersebut bertahan sampai berumur lebih dari 70 tahun. Betina dengan kualitas habitat yang baik maka akan melahiran tiap 3-4 tahun. Musim hujan adalah musim yang dapat merangsang gajah untuk kawin. Puncak konsepsi terjadi pada waktu hujan turun paling besar dan kelahiran terjadi ketika hujan mulai turun. Anak yang dilahirkan mendapatkan keuntungan karena adanya pertumbuhan yang subur dari rerumputan dan tersedianya zat-zat makanan yang penuh dengan protein dan gula, yang dapat menjamin induk untuk berlaktasi dengan baik, dengan ualitas susu yang baik dan dapat dipergunakan untuk mengasuh anaknya di masa yang paling kritis ari kehidupannya<ref>Nugrahanti, A. P. 2003. Potensi dan Profil Reproduksi Gajah Sumatera (''Elephas maximum sumatranus'') di Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas, Lampung. ''Skripsi S-1''. Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. </ref>
 
== KEBIASAAN ==
Gajah termasuk binatang nokturnal yang aktif di malam hari. Hewan ini hanya membutuhkan waktu tidur selama 4 jam per hari dan terus bergerak selama 16 jam untuk menjelajah dan mencari makanan. Sisanya digunakan untuk berkubang dan bermain. Pergerakan gajah dalam sehari bisa mencapai areal seluas 20 km2. Idealnya kebutuhan luas areal untuk habitat gajah liar minimal 250 <math>km^2</math> berupa hamparan hutan yang tidak terputus.
 
== PERILAKU SOSIAL ==
 
# Hidup berkelompok, perilaku ini sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompok. Jumlah anggota setiap kelompok bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia, yaitu lebih dari 30 ekor per kelompok.<ref>Padmanaba, M. 2003. Konsumsi Buah dan Implikasinya dalam Konservasi Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman 51 Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. ''Skripsi S-1''. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.</ref> Setiap kelompok gajah sumatera dipimpin oleh induk betina yang paling besar, sedangkan gajah jantan dewasa tinggal pada waktu tertentu pada suatu kelompok untuk kawin dengan beberapa betina. Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa akan meninggalkan kelompoknya untuk hidup secara individu atau bergabung dengan kelompok jantan lain.<ref name=":0" />
# Menjelajah, jarak jelajah gajah dapat mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu 13 mencapai 15 km per hari.<ref name=":1">Shosani, J. dan, J.F. Eisenberg. 1982. Elephas maximus. The American Society of Mammalogists. ''Mamalian Species'' 182: 1-8.</ref> Gajah memiliki luas daerah jelajah yang bervariasi tergantung dari ketersediaan makanan, tempat berlindung dan berkembangbiak. Di India Selatan daerah jelajah gajah berkisar antara 105 – 320 <math>km^2</math><ref name=":0" />
# Perilaku kawin, gajah jantan sering berperilaku buruk yaitu mengamuk atau kegilaan yang sering disebut musht dengan tanda adanya sekresi kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4 minggu.<ref name=":1" /> Masa gestasi gajah berkisar antara 18-23 bulan dengan rata-rata sekitar 21 bulan dan jarak antar kehamilan yaitu sekitar 4 tahun.<ref name=":0" /> Gajah tidak memiliki bulan musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin sepanjang tahun, tetapi biasanya frekuensi perkawinan gajah dapat mencapai puncak hanya pada bulan-bulan tertentu, biasanya hal ini bersamaan dengan musim hujan.<ref>Eltringham, S.K. 1982. Elephants. Blanford Press Book, Poole-Dorset.</ref>
 
== STATUS KONSERVASI ==
Menurut IUCN, gajah Sumatera tergolong satwa terancam punah ''(endangered)'' dalam daftar ''Red List'' ''Data Book'' yang dikeluarkan oleh IUCN (''International Union for'' ''Conservation of Nature and Natural'' ''Resources''). Spesies ini terancam punah karena jumlahnya di alam sudah sangat sedikit dan dikhawatirkan akan punah.<ref>Ribai., Setiawan, A., dan Darmawan, A. 2012. Perilaku Menggaram Gajah Sumatera (''Elephas maximus sumatranus)'' Di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas. ''Skripsi S-1''. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bandar Lampung, Lampung.</ref>
 
Dalam CITES (''Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna'') atau Konvensi  Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah Fauna dan Flora Liar gajah termasuk dalam daftar ''Appendix'' 1 yang secara resmi telah dilindungi sejak 1931 dalam Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Nomor 134 dan 226.<ref>Syarifuddin, H. 2008. Survei Populasi Dan Hijauan Pakan Gajah Sumatera (''Elephas maximus sumatranus'') di Kawasan Seblat Kabupaten Bengkulu Utara. ''Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertenakan''. 11 (1) : 42 – 51.</ref>
 
== ANCAMAN ==
 
# Kajian WWF-Indonesia menunjukkan bahwa populasi gajah Sumatera kian hari makin memprihatinkan, dalam 25 tahun, Gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70% habitatnya, serta populasinya menyusut hingga lebih dari separuh. Diperkirakan menurun jauh karena habitatnya terus menyusut dan pembunuhan yang terus terjadi.<ref name=":2">[https://www.wwf.or.id/program/spesies/gajah_sumatera/ https://www.wwf.or.id/program/spesies/gajah_sumatera/.] Diakses 17 April 2018</ref>
# Ancaman utama bagi Gajah Sumatera adalah hilangnya habitat mereka akibat aktivitas penebangan hutan yang tidak berkelanjutan perburuan dan perdagangan liar juga konversi hutan alam untuk perkebunan (sawit dan kertas) skala besar. Penyusutan atau hilangnya habitat satwa besar ini telah memaksa mereka masuk ke kawasan berpenduduk sehingga memicu konflik manusia dan gajah, yang sering berakhir dengan kematian gajah dan manusia, kerusakan lahan kebun dan tanaman dan harta benda.<ref name=":2" />
# Ratusan gajah mati atau hilang di seluruh Provinsi Riau sejak tahun 2000 sebagai akibat berbagai penangkapan satwa besar yang sering dianggap ‘hama’, karena adanya konflik antara manusia dengan satwa yang semakin hari kian memuncak, pohon-pohon sawit muda yang merupakan makanan kesukaan gajah menjadi salah satu penyebab penangkapan dan pembunuhan karena merugikan industri sawit<ref name=":2" />
 
== UPAYA KONSERVASI ==
 
# Pada tahun 2004, didirikan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau (tahap I seluas 38,576 ha) oleh Departemen Kehutanan<ref name=":2" />
# Pada tahun 2004, WWF memperkenalkan Tim Patroli Gajah Flying Squad pertama di Desa Lubuk Kembang Bunga yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang baru ditetapkan.<ref name=":2" />
# Pada tahun 2006, Menteri Kehutanan menetapkan Provinsi Riau sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera melalui Permenhut No. 5/2006.<ref name=":2" />
# Pada Juli 2009, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat, serta Forum Komunikasi Mahout Sumatera (FOKMAS) melakukan pemasangan GPS Satellite Collar.<ref name=":2" />
# Tahun 2012, WWF-Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Biologi Molekular Eijkman.<ref name=":2" />
 
== Lihat pula ==
 
* [[Gajah Kalimantan]]
* [[Gajah Jawa]]