Elizabeth dari York: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
'''Elizabeth dari York''' ([[11 Februari]] [[1466]] – [[11 Februari]] [[1503]]) adalah [[permaisuri|Permaisuri Raja Inggris]] sebagai istri dari [[Henry VII, Raja Inggris|Raja Henry VII]] Tudor. Pernikahannya dengan Henry pada 1486 menjadikan Elizabeth sebagai wanita pertama yang menjadi permaisuri raja Tudor. Dia juga seorang putri raja sebagai anak tertua dari [[Edward IV dari Inggris|Raja Edward IV]] dan juga keponakan [[Richard III dari Inggris|Raja Richard III]], penguasa Inggris dari Wangsa York dan [[Wangsa Plantagenet|Plantagenet]].
 
Pada 1483, Edward IV mangkat sehingga putra tertuanya dan adik Elizabeth yang belum genap berusia tiga belas tahun naik takhta sebagai Edward V. Demi menjauhkan keluarga Woodville dari kekuasaan, saudara Edward IV yang dilantik sebagai wali raja, Richard, menempatkan Elizabeth Woodville bersama putri-putrinya di tempat perlindungan di Westminster Abbey. Dua bulan kemudian, pernikahan Edward IV dan Elizabeth Woodville dinyatakan tidak sah sehingga anak-anak mereka dipandang sebagai anak haram yang tidak pantas mewarisi takhta. Richard kemudian naik takhta pada Juli 1483 dan Edward V sendiri menghilang tanpa kejelasan. Dengan keadaan seperti ini, Elizabeth Woodville menjalin persekutuan dengan Margaret Beaufort dengan menikahkan anak-anak mereka, Elizabeth dan Henry Tudor, untuk melawan klaim Richard atas takhta. Setelah Henry berhasil naik takhta sebagai Henry VII, Elizabeth menikah dengannya dan menjadi Permaisuri Raja Inggris.
Pernikahan Elizabeth dan Henry adalah sebentuk perjanjian politik untuk membuat stabilitas dalam negara yang sebelumnya terjadi perang saudara antara pendukung Henry dengan Wangsa York. Sebagai putri tertua Raja Edward IV yang sudah tidak memiliki saudara dan putra yang masih hidup, Elizabeth memiliki klaim yang lebih kuat atas takhta dari suaminya sendiri. Dia juga memiliki lebih banyak darah bangsawan dari Henry. Walaupun begitu, belum pernah ada kejadian seorang wanita menjadi penguasa di Inggris (mengecualikan [[Matilda dari Inggris|Matilda]] yang keabsahannya sebagai penguasa diperdebatkan sejarawan) dan pada keberjalanannya, Elizabeth sendiri juga sangat sedikit terlibat dalam urusan politik lantaran kuatnya pengaruh ibu mertuanya, Lady Margaret Beaufort. Meski pernikahannya dilandasi motif politik, pernikahan pasangan ini terbukti berhasil dan tampak bahwa mereka menjadi mencintai satu sama lain.
 
Pernikahan Elizabeth dan Henry adalah sebentuk perjanjian politik untuk membuat stabilitas dalam negara yang sebelumnya terjadi perang saudara antara pendukung Henry dengan Wangsa York. Sebagai putri tertua Raja Edward IV yang sudah tidak memiliki saudara dan putra yang masih hidup, Elizabeth memiliki klaim yang lebih kuat atas takhta dari suaminya sendiri. Dia juga memiliki lebih banyak darah bangsawan dari Henry. Walaupun begitu, belum pernah ada kejadian seorang wanita menjadi penguasa di Inggris (mengecualikan [[Matilda dari Inggris|Matilda]] yang keabsahannya sebagai penguasa diperdebatkan sejarawan) dan pada keberjalanannya, Elizabeth sendiri juga sangat sedikit terlibat dalam urusan politik lantaran kuatnya pengaruh ibu mertuanya, Lady Margaret Beaufort. Meski pernikahannyaawalnya dilandasi motif politik, pernikahan pasangan ini terbukti berhasil dan tampak bahwa mereka menjadi mencintai satu sama lain.
 
Elizabeth meninggal pada Februari 1503, beberapa hari setelah melahirkan anak kedelapannya. Dikabarkan bahwa kematiannya membuat Henry sangat bersedih dan sakit keras dan tidak ada yang diizinkan untuk mendekatinya, kecuali ibunya sendiri. Setiap tahun pada hari kematian Elizabeth, Raja Henry mengeluarkan maklumat agar [[Requiem|misa requiem]] dinyanyikan, lonceng-lonceng didentangkan, dan seratus lilin dinyalakan untuk menghormatinya.