Kabupaten Tanah Laut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
== Sejarah ==
 
==== Sebelum Masehi ====
Sekitar kurun waktu 4000 SM Kebudayaan Barito muncul di sepanjang pesisir Teluk Sarunai purba di Kalimantan Selatan, termasuk di dalamnya dataran yang kini menjadi Kabupaten Tanah Laut masuk ke dalam peradaban tersebut.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://alanqasaharica.blogspot.co.id/2017/07/kronologi-sejarah-pulau-kalimantan.html|title=Kronologi Sejarah Pulau Kalimantan (45.000 SM - 2017 M)|last=Lazardi|first=|date=2017|website=Alanqa|publisher=|language=id|access-date=}}</ref>
 
==== Zaman Kerajaan ====
Sejak abad ke 6-7 wilayah Tanah Laut telah menjadi bagian wilayah perluasan peradaban [[Kerajaan Nan Sarunai]], [[kerajaan]] yang pada awalnya didirikan oleh suku [[Suku Dayak Maanyan|Dayak Maanyan]] di daerah [[Amuntai (kota)|Amuntai]] sekitar tahun 242 SM. Kerajaan ini bertahan selama lebih dari 1600 tahun hingga akhirnya runtuh diserang oleh Kerajaan [[Majapahit]] yang dipimpin Laksamana Nala sekitar tahun 1358, akibatnya masyarakat Dayak Maanyan pun terpaksa mengungsi ke pedalaman. Kemudian tahun 1360 Kerajaan Majapahit mendirikan kerajaan [[Kerajaan Kuripan|Kuripan]] sebagai bawahan di bekas wilayah Nan Sarunai.
 
Baris 47:
Di masa sekitar abad 17 daerah Tabanio merupakan daerah yang strategis dan penting bagi perekonomian Kerajaan Banjar. Daerah ini merupakan daerah lintas perdagangan seperti hubungan ke Jawa, Pesisir Kalimantan, Sulawesi, bahkan Sumatera dan Malaya serta luar Nusantara. Tabanio menjadi penting dari segi perdagangan, angkutan lada, intan, emas, dan hasil hutan yang menghubungkan ''(transito)'' Banjarmasin dengan tempat-tempat pelabuhan di Jawa.<ref name=":7">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/keberadaan-benteng-tabanio-bukti-kedudukan-belanda-di-tanah-laut/|title=Keberadaan Benteng Tabanio, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan|last=Gunawan|first=Edy|date=2018|website=Direktorat Jenderal Kebudayaan|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=}}</ref>
 
==== Pengaruh Kolonial di Kesultanan ====
Pada tahun 1602 Kompeni [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Belanda tiba di Nusantara.<ref name=":3" /> [[Hindia Belanda]] mendirikan [[Benteng Tabanio]] di sekitar muara Sungai Tabanio sekitar tahun 1789,<ref name=":7" /> terkait dengan perjanjian antara Kesultanan Banjar semasa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga dan Hindia Belanda tanggal 6 Juli 1779, dimana VOC mendapatkan konsesi berupa monopoli atas perdagangan di Banjar serta berhak membangun sebuah benteng. Pemicu kehadiran Hindia Belanda di Tanah Laut adalah potensi perkebunan lada dan perikanan di Tabanio serta tambang emas di Pelaihari.<ref name=":4">{{Cite news|url=https://patembayancitraleka.wordpress.com/2016/08/18/benteng-tabanio/|title=Benteng Tabanio|last=Cahyono|first=M. Dwi|date=2016|work=|newspaper=Patembayan Citralekha|language=id|access-date=|via=}}</ref> juga penguasaan terhadap rempah-rempah dan tambang batu bara yang ada di Banyu Irang.<ref name=":7" />
 
Pada tahun 1812, Gubernur Jenderal Inggris [[Thomas Stamford Raffles]] menunjuk [[Alexander Hare]] sebagai wakil Inggris di Kesultanan Banjar.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=z1hVAAAAcAAJ&dq=Almanak%20van%20Nederlandsch-Indi%C3%AB%20voor%20het%20jaar&hl=id&pg=PT53#v=onepage&q=borneo&f=false|title=Annual Directoey and Almanac|last=Government|first=|date=1816|publisher=A. M. Mubbard|year=|isbn=|location=Batavia|pages=|language=en}}</ref> Ia mendapatkan sebagian wilayah Tanah Laut (Maluka, Liang Anggang, Kurau, Pulau Lampai, dan Pulau Sari) dari Sultan Banjar dan membangun markas di sana sebagai basis kolonial Inggris di Kalimantan Selatan. Wilayah-wilayah ini disebut-sebut sebagai daerah kaya dengan batubara dan emas.<ref name=":sanusi">{{cite web|url= http://jejakrekam.com/2017/02/08/kemesraan-raffles-dan-hare-sang-penguasa-banjarmasin/ |last=Sanusi|first=Didi G.|publisher=|year=2017|title= Kemesraan Raffles Dan Hare, Sang Penguasa Banjarmasin|website= jejakrekam.com|pages=}}</ref><ref name=":3" /> Namun dalam perkembangannya Hare justru menjadikan tempat itu sebagai rumah pribadinya, di mana ia menghabiskan banyak waktunya hanya bersama para haremnya, tanpa mengurus pemerintahan Inggris yang telah diwakilkan padanya.<ref name=":3" />
Alexander Hare mendatangkan para buruh imigran penambang timah asal Pulau Bangka dan Belitung ke Tanah Banjar, termasuk Tanah Laut. Mereka dipekerjakan untuk menggarap areal tambang batubara dan emas yang sempat dikuasai Belanda. Kelak para imigran Tiongkok ini akhirnya dikenal sebagai [[Orang Cina Parit|Cina Parit]] di Kota Pelaihari.<ref name=":sanusi" /> Penguasaan Hare atas Maluka berlangsung sampai akhir 1816 yakni saat Inggris meninggalkan Banjarmasin.
 
Pada tahun 1823 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan [[Sultan Adam]] yang salah satu isinya untukadalah menegaskan kembali bahwa wilayah yang berada di daerah Tanah Laut menjadi bagian di bawah pemerintahan langsung Hindia Belanda.<ref name=":1" />
 
Sekitar tahun 1842 Tabanio menjadi salah satu pos Belanda sebagai bagian dari ''zuid en oostkust van borneo''/wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo yang berpusat di Banjarmasin. Pos Tabanio ini dipegang oleh J. F. Mallien sebagai ''Posthouder der Landen Laut''/Pemegang Pos Tanah Laut.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=31RVAAAAcAAJ&dq=Adam%20Alwasjik%20Billah%20%2C%20гашения‘%3A%20ze%20Marmpocm.&hl=id&pg=PA67#v=onepage&q=Adam%20Alwasjik%20Billah%20%2C%20гашения‘%3A%20ze%20Marmpocm.&f=false|title=Almanak van Nederlandsch-Indië|last=Hindia Belanda|first=|date=1842|publisher=Landsdrukkerij|year=|volume=15|location=Batavia|pages=|language=nl}}</ref> Selanjutnya tahun 1843 dijadikan ''Afdeeling Tabanio'' sebagai bagian dari wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo, dengan Kiai Jaija Negara sebagai petinggi dari orang pribumi dan di wilayah ''Plearie'' (Pelaihari) saat itu memiliki seorang petinggi cina/[[kapitan cina]] Tjong Liangseng.<ref>{{Cite book|url= https://books.google.co.id/books?id=C1VVAAAAcAAJ&dq=‚%20Kiai%20Ja%C3%ADja%20Na%20ara%2C%20плат%2Fмы%20hoofd%20te%20(Ист.&hl=id&pg=PA72#v=onepage&q=‚%20Kiai%20Ja%C3%ADja%20Na%20ara%2C%20плат%2Fмы%20hoofd%20te%20(Ист.&f=false|title=Almanak van Nederlandsch-Indië|last=Hindia Belanda|first=|date=1843|publisher=Landsdrukkerij|year=|volume=16|location=Batavia|page=72|language=nl}}</ref>
 
Perkembangan selanjutnya wilayah ''Landen Laut'' ini menjadi sebuah distrik yaitu ''Distrik Tanah Laut''. Pada tahun 1848 Distrik Tanah Laut jadi bagian dari wilayah ''Afdeeling Binnenlanden'' atau Afdeling Pedalaman di Keresidenan Pantai Selatan dan Timur Borneo. Pos utamanya di Tabanio dipegang oleh ''posthouder'' J. H. van Erp.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=yVVVAAAAcAAJ&lpg=PA81&ots=YPIQwGu3sl&dq=Kiai%20Цаца%20Negara&hl=id&pg=PA81#v=onepage&q=Kiai%20Цаца%20Negara&f=false |title=Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië|last=Hindia Belanda|first=|date=1848|publisher=Landsdrukkerij|year=|volume=16|location=Batavia|page=|language=nl}}</ref>
 
Tahun 1859 [[Perang Banjar]] berkobar di Kalimantan Selatan.<ref name=":3" /> Pangeran Hidayat dan Tumenggung Jalil, ditambah [[Pangeran Antasari]] (cucu Pangeran Amir) dan beberapa tokoh lain memimpin penyerangan terhadap tambang-tambang dan pos-pos Belanda di Banjar. Tokoh pejuang [[Demang Lehman|Kiai Demang Leman]] serta [[Haji Buyasin]] dan Kiai Langlang dari Tanah Laut berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio pada Agustus 1859.<ref name=":4" /> Ketika Belanda datang kembali dengan bantuan kapal perang Bone untuk merebut Benteng Tabanio, Haji Buyasin melawannya dengan gigih, sehingga serangan Belanda ini Gagal. Pada bulan Desember 1859 Benteng Haji Buyasin di Takisung diserang secara besar-besaran dan dapat di hancurkan. Haji Buyasin menyingkir ke daerah Pleihari yang akhirnya sampai ke daerah Bati-Bati.<ref>{{Cite web|url=http://tanahlautonline.blogspot.co.id/2016/10/haji-boejasin-pahlawan-muda-penakluk_19.html|title=HAJI BOEJASIN PAHLAWAN MUDA PENAKLUK FORT TABANIOW|last=Fahmi|first=Ismail|date=2016|website=ALGAZALIE|publisher=|access-date=}}</ref>
 
Selanjutnya pada tahun 1860, tepatnya sejak tanggal 11 Juni 1860 Hindia Belanda mengumumkan pembubaran kesultanan Banjar secara sepihak.<ref name=":4" /><ref name=":3" />
 
==== Zaman Pemerintahan Hindia Belanda ====
Ketertarikan Hindia Belanda di Tanah Laut selain pertanian dan rempah-rempah, terutama adalah karena Tanah Laut adalah salah satu daerah luas dan sebagai penghasil emas, besi dan platina. Hasil emasnya bahkan lebih banyak daripada di tempat lain.<ref name=":8" />
 
Baris 77 ⟶ 78:
Tahun 1938 Hindia Belanda menyatukan seluruh administrasi di Kalimantan menjadi satu provinsi bernama [[Kalimantan|Borneo]] (''Gewest Borneo''), yang beribukota di Banjarmasin. [[Bauke Jan Haga|Dr. Bauke Jan Haga]] dilantik sebagai gubernur pertamanya. Kemudian tahun 1939 [[Perang Dunia II]] dimulai, dan pada tahun 1940 Pusat pemerintahan Belanda di Eropa jatuh ke tangan Jerman NAZI.<ref name=":3" />
 
==== Zaman Pendudukan Jepang ====
Pada tahun 1941 Kekaisaran [[Jepang]] memulai penaklukkan Asia Timur Raya. Pada tahun 1942 seluruh Kalimantan dikuasai oleh pasukan Jepang. Armada Jepang kemudian mendirikan markas di Banjarmasin dan Balikpapan.<ref name=":3" /> Pasukan yang melalui jalan laut dan mendarat di Jorong adalah yang berasal dari kesatuan Angkatan Laut (''Kaigun'') yang tiba Pelaihari tanggal 13 Februari 1942 dan terus ke Banjarmasin.<ref name=":6">{{Cite news|url=https://bubuhanbanjar.wordpress.com/2010/01/05/maluka-kinrohosi-dan-romusha/|title=Maluka, Kinrohosi, dan Romusha|last=Wajidi|first=|date=2010|work=|newspaper=Bubuhan Banjar|language=id|access-date=|via=}}</ref> Ketika Jepang datang ke Banjarmasin pertahanan Hindia Belanda lemah hingga mudah dikuasai.<ref name=":5" /> Surat kabar Kalimantan Raya No. 12 tanggal 19 Maret 1942 memberitakan bahwa pada hari Senin, 9 Februari 1942 semua badan-badan pegawai Belanda sudah tidak ada lagi di kota Pelaihari. Hari itu yang semestinya hari pasar, berubah menjadi sunyi senyap.<ref name=":6" />
 
Baris 84 ⟶ 85:
Pada tahun 1945 Perang Dunia II berakhir dan Jepang pun menyerah kepada Sekutu. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta. Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda sebagai bagian dari negara yang baru lahir tersebut. Soekarno-Hatta melantik Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan.<ref name=":3" />
 
==== Zaman Kemerdekaan ====
[[Tanah Laut]] adalah sebuah kewedanan yang berada di dalam wilayah Daswati II Banjar, dengan wilayahnya yang luas dan memiliki potensi yang besar sebagai sumber pendapatan asli daerah, seperti hutan beserta isinya, laut dan kekayaan alam di dalamnya dan barang-barang tambang dan galian yang tersimpan di dalam tanah serta kesuburan tanahnya. Potensi cukup besar yang dimiliki oleh Tanah Laut pada waktu itu belum bisa terkelola dikarenakan belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena keadaan yang demikian dan sejalan dengan adanya beberapa kewedanan di [[Kalimantan Selatan]] yang menuntut untuk dijadikan Daswati II, membangkitkan semangat dan keinginan yang kuat bagi tokoh-tokoh dan masyarakat Tanah Laut untuk meningkatkan kewedanannya menjadi Daswati II. Hasrat tersebut pernah disampaikan oleh wakil-wakil LVRI Tanah Laut melalui sebuah resolusi dalam Konverda LVRI se-Kalimantan Selatan di [[Martapura]] yang disampaikan oleh Ach. Syairani dan kawan-kawan pada tahun [[1956]]. Kemudian pada tahun [[1957]] H. Arpan dan kawan-kawan, selaku wakil rakyat Tanah laut yang duduk di [[DPRD]] Banjar, memperjuangkan bagi otonom Daswati II Tanah Laut, namun belum juga membuahkan hasil. Kemudian pada tanggal [[15 April]] [[1961]] bertempat di rumah H. Bakeri, Kepala Kampung Pelaihari, berkumpullah lima orang pemuda yaitu: Atijansyah Noor, Moh. Afham, Materan HB, H. Parhan HB dan EM. Hulaimy bertukar pendapat untuk memperjuangkan kembali kewedanan Tanah Laut menjadi Daswati II.