Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Karunia Bias (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 27:
}}
 
'''[[Kabupaten]] Sumedang''' ([[Aksara Sunda Baku|Sunda]]: {{sund|ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮙᮨᮓᮀ}}, Latin: <i>Kab. Sumedang<i><!-- Sistem penulisan aksara Sunda masih ada sedikit kendala dalam penulisan "Kabupaten", yang tertulis "Kabupetan". -->) adalah sebuah [[kabupaten]] di [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Ibukotanya adalah kecamatan [[Sumedang Utara, Sumedang]],<ref name="sumut" /> sekitar 45&nbsp;km Timur Laut [[Kota Bandung]]. Kabupaten ini berbatasan dengan :
* [[Kabupaten Indramayu]] di Utara,
* [[Kabupaten Majalengka]] di Timur,
* [[Kabupaten Garut]] di Selatan,
* [[Kabupaten Bandung]] di Barat Daya, serta
* [[Kabupaten Subang]] di Barat.
 
Baris 46:
Pada mulanya Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Raja [[Kerajaan Galuh|Galuh]]. Didirikan oleh [[Prabu Geusan Ulun]] Aji Putih atas perintah Prabu Surya Dewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke [[Pakuan Pajajaran]], [[Bogor]]. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama, yaitu Kerajaan Tembong Agung (''Tembong'' artinya tampak dan ''Agung'' artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada [[abad ke-12]]. Kemudian pada masa zaman Prabu Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi [[Kerajaan Sumedang Larang]] (Sumedang berasal dari kata ''Insun Medal/Insun Medangan'' yang berarti aku dilahirkan; aku menerangi dan ''Larang'' berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya).
 
Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angkawijaya atau [[Prabu Geusan Ulun]] sekitar tahun [[1578]], dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi :
* wilayah Selatan sampai dengan [[Samudera Hindia]],
* wilayah Utara sampai [[Laut Jawa]],
* wilayah Barat sampai dengan [[Cisadane]], dan
* wilayah Timur sampai dengan [[Kali Brebes]], [[Kabupaten Brebes]]
 
Baris 74:
* Berdasarkan Prabu Tadjimalela, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Sumedang, ''Insun Medal'' berarti (''Insun'' : Aku, ''Medal'' : Keluar).
 
* Berdasarkan data di Museum Prabu Geusan Ulun; ''Insun Medal'' berarti (''Insun'': Daya, ''Madangan'': Terang)
 
Kedua pengertian ini bersifat mistik.
Baris 90:
Sumber lain menjelaskan, baik Kitab ''Waruga Jagat'', Layang Darmaraja, maupun riwayat yang berdasarkan tradisi lisan yang masih hidup, disebutkan bahwa Prabu Tadjimalela adalah putra Prabu Guru Aji Putih, salah seorang keturunan raja Galuh yang masih bersaudara dengan [[Sri Baduga Maharaja]]. Ia melakukan petualangan hingga ke kawasan Timur sekitar pinggiran [[Sungai Cimanuk]].
 
Prabu Tadjimalela masih memiliki sejumlah nama, antara lain: Prabu Resi Agung Cakra Buana, Batara Tuntang Buana, dan Aji Putih.
 
Dalam ''Waruga Jagat'' yang telah disalin dari huruf Arab ke dalam tulisan latin (1117 H), antara lain dikatakan: ''"Ari putrana Sang Dewa Guru Haji Putih, nyaeta Sang Aji Putih."''
Baris 120:
Kemudian ia bergelar Prabu Pagulingan. Sementara kepemimpinan Prabu Gajah Agung kemudian digantikan oleh putranya, Wirajaya, yang lebih dikenal Sunan Pagulingan sebagai raja ketiga Kerajaan Sumedang Larang. Dalam Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat, Sunan Pagulingan berkedudukan di Cipameungpeuk.
 
Namun ada pula yang mengisahkan, kedudukan Kerajaan Sumedang Larang pada saat itu berada di Ciguling, Kelurahan Pasanggrahan, [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]].
 
Yang jelas, ketiga raja Sumedang Larang yang pertama ini masing - masing berkedudukan di tempat yang berbeda - beda. Ini merupakan suatu gejala, bahwa kerajaan tersebut belum permanen yang dapat ditinggali turun temurun oleh para penerus pemegang kekuasaannya. Keadaan tersebut berlangsung sampai beberapa generasi berikutnya.
Baris 132:
Ratu Sintawati berjodoh dengan Sunan Corenda, raja Talaga. Putra Ratu Simbar Kencana dari Kusumalaya, putra Dewa Niskala. Dengan demikian, ia menjadi cucu menantu penguasa Galuh.
 
Sunan Corenda mempunyai dua permaisuri, yakni Mayangsari putri Langlangbuana dari [[Kuningan]] dan Sintawati dari [[Sumedang]].
 
Dari Mayangsari, Sunan Corenda memperoleh putri Bernama Ratu Wulansari alias Ratu Parung. Ratu Parung berjodoh dengan Rangga Mantri alias Sunan Parung Gangsa (Pucuk Umum Talaga), putra Munding Surya Ageung. Tokoh ini putra Sri Baduga. Sunan Parung Gangsa ditaklukkan oleh Cirebon tahun 1530 dan masuk Islam.
Baris 146:
Hal ini menunjukkan, bahwa Sumedang Larang telah masuk dalam lingkaran pengaruh [[Cirebon]]. Pangeran Santri adalah murid [[Sunan Gunung Jati|Susuhunan Jati]]. Pangeran Santri sebagai penguasa Sumedang pertama yang menganut Islam. Ia pula yang membangun Kutamaya sebagai Ibukota baru untuk pemerintahannya.
 
Dari perkawinannya dengan Ratu Pucuk Umum alias Ratu Inten Dewata, Pangeran Santri yang bergelar Pangeran Kusumahdinata I ini dikaruniai enam orang anak, yaitu :
* Pangeran Angkawijaya ([[Prabu Geusan Ulun]])
* Kiyai Rangga Haji
* Kiyai Demang Watang Walakung
* Santowaan Wirakusumah
* Santowaan Cikeruh
* Santowaan Awiluar
Yang melahirkan keturunan anak - cucu di [[Pagaden, Subang|Kecamatan Pagaden]]
 
Pangeran Santri wafat 2 Oktober 1579. Di antara putra - putri Pangeran Santri dari Ratu Inten Dewata (Pucuk Umum), yang melanjutkan pemerintahan di Sumedang Larang ialah Pangeran Angkawijaya bergelar [[Prabu Geusan Ulun]] sebagai raja kesembilan. Menurut Babad, daerah kekuasaan Geusan Ulun dibatasi :
* kali Cipamali di sebelah Timur,
* Kali Cisadane di sebelah Barat, sedangkan
* di sebelah Selatan dan Utara dibatasi laut.
 
Daerah kekuasaan Geusan Ulun dapat disimak dari isi surat Rangga Gempol III yang dikirimkan kepada Gubernur Jenderal Willem Van Outhoorn. Surat ini dibuat hari Senin, 2 Rabi'ul Awal tahun Je atau 4 Desember 1690, yang dimuat dalam buku harian VOC di Batavia tanggal 31 Januari 1691.
 
Dalam surat tadi, Rangga Gempol III (Pangeran Panembahan Kusumahdinata VI) menuntut agar kekuasannya dipulihkan kembali seperti kekuasaan buyutnya, yaitu Geusan Ulun. Rangga Gempol III mengungkapkan bahwa kekuasaan Geusan Ulun meliputi 44 penguasa daerah [[Parahyangan]] yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'' dan 18 ''umbul.''
 
* [[Kabupaten Bandung]], dipimpin oleh Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, gelar Tumenggung Wirangun - Angun
Baris 211:
# Sukakerta
 
Berdasarkan data yang dikirimkan Rangga Gempol III pada masa [[VOC]], maka kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] meliputi [[Sumedang]], [[Garut]], [[Tasikmalaya]], dan [[Bandung]].
 
* Batas di sebelah Timur adalah Garis Cimanuk - Cilutung ditambah Sindangkasih (daerah muara Cideres ke Cilutung).
 
* Di sebelah Barat garis Citarum - Cisokan.
 
* Batas di sebelah Selatan laut.
 
* Namun di sebelah Utara diperkirakan tidak meliputi wilayahnya karena telah dikuasai oleh Cirebon.
Baris 227:
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2 yang berbunyi :'' "Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedang mandala" ''(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu ''sirna'', di bumi Parahyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang), selanjutnya diberitakan ''"Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun"'' (Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun).
 
Keempat orang bersaudara, senapati dan pembesar Pajajaran yang diutus ke Sumedang tersebut, yaitu :
* Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu);
* Wiradijaya ''(Nangganan)'';
* Kondang Hapa; dan
* Pancar Buana (Embah Terong Peot).
 
Baris 249:
Penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumedang erat kaitannya dengan peristiwa di atas. Terdapat tiga sumber yang dijadikan pegangan dalam menentukan Hari Jadi Kabupaten Sumedang:
 
* Pertama : Kitab ''Waruga Jagat'', yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk dijadikan pegangan atau penentuan Hari Jadi Sumedang. ''"Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir,"'' artinya: Kerajaan Pajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir.
 
* Kedua : Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjaya Kusumah yang menyertakan antara lain: ''"Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra (harita teu kabawa kasasaha) di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran,"'' artinya: Pangeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Sumedang Larang setelah Kerajaan Pajajaran berakhir.
 
* Tiga : Dibuat Prof. Dr. [[Husein Djajadiningrat]] berjudul: ''Critise Beshuocing van de Sejarah Banten.'' Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibukota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Ahad 1 Muharam tahun Alif.
Baris 262:
== Pembagian Administratif ==
Pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang berada di [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]]. Kabupaten Sumedang terbagi atas 26 kecamatan, 7 kelurahan, dan 276 desa.<ref>{{cite web| title = BUKU XII PROVINSI JAWA BARAT| work=[[Kemendagri]]| url=http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2015/08/18/3/2/32._jabar.pdf| accessdate = 23 Desember 2016 }}</ref> Yakni :
# [[Buahdua, Sumedang| Kecamatan Buahdua]]
# [[Cibugel, Sumedang|Kecamatan Cibugel]]
# [[Cimalaka, Sumedang|Kecamatan Cimalaka]]
Baris 332:
# Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., S.E., M.M. (Plt.)<ref>[http://www.jabarprov.go.id/index.php/news/16629/2016/03/28/Aher-Serahkan-SK-Pemberhentian-Ade-Irawan Aher Serahkan SK Pemberhentian Ade Irawan kepada Eka Setiawan]</ref> 28 Maret 2016 - sekarang
 
Bupati yang memimpin Sumedang sampai tahun 1950 merupakan keturunan langsung dari Prabu Geusan Ulun (lihat masa pemerintahan) tetapi pada tahun 1773 – 1791 yang menjadi Bupati Sumedang adalah Bupati penyelang atau sementara dari Parakanmuncang. Menggantikan putra Bupati Surianagara II yang belum menginjak dewasa yakni Rd. Jamu atau terkenal sebagai Pangeran Kornel.
 
<!-- (belum ada referensi, sembunyikan dahulu)