Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 120.188.80.15) dan mengembalikan revisi 13430405 oleh HsfBot |
|||
Baris 38:
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh [[Tadashi Maeda]] dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]] telah diterima perintah dari [[Tokyo]] bahwa Jepang harus menjaga ''status quo'', tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di [[Dalat]], [[Vietnam]]. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Maeda Tadashi|Laksamana Maeda]] (kini Jalan
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.<ref>Zahorka, H. [http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman/#akhir Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia].</ref> Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref name=":0">[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
|