Ambrosius: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 92:
* ''Jam surgit hora tertia''
* ''Veni redemptor gentium'' (madah [[Natal]])
 
== Agustinus ==
Ambrosius adalah Uskup Milan pada waktu Agustinus bertobat, dan namanya disebut-sebut di dalam ''[[Pengakuan-pengakuan Agustinus|Confessiones]]'' karya [[Agustinus dari Hippo|Agustinus]]. Menurut tradisi, Ambrosius adalah rohaniwan yang membaptis Agustinus.
 
Dalam salah satu bagian dari ''Confessiones'' berisi renungan Agustinus mengenai mengapa ia tidak dapat mencurahkan permasalahan-permasalahan yang membebani hatinya kepada Ambrosius, ia menuturkan bahwa, "Ambrosius sendiri kuhargai sebagai orang yang berbahagia, sebagaimana dunia memaknai kebahagiaan, karena orang-orang besar menghormatinya. Hanya kehidupan selibatnya yang tampak bagiku sebagai suatu beban yang menyengsarakan."<ref name="AugustineOnAmbrose">Agustunus. ''Confessiones'' Kitab 6, Bab 3.</ref>
 
=== Kebiasaan membaca ===
Dalam bagian yang sama dari ''Confessiones'' tersurat sebuah anekdot yang memuat sejarah kebiasaan membaca:
{{quote |Bilamana [Ambrosius] membaca, matanya memindai isi halaman sementara hatinya mencari maknanya, namun suaranya tak terdengar dan lidahnya tak bergerak. Siapa saja bebas mendekatinya dan kedatangan tetamu lazimnya tak dimaklumkan, sehingga seringkali, manakala kami datang mengunjunginya, kami mendapatinya sedang membaca seperti ini tanpa suara, karena ia tidak pernah membaca dengan suara nyaring.<ref name="AugustineOnAmbrose" />}}
 
Ayat ini menjadi sebuah pokok bahasan ilmiah di zaman modern. Kebiasaan membaca seorang diri tanpa menyuarakan isi bacaan tidaklah lazim pada zaman kuno sebagaimana sekarang ini. Dalam sebuah kebudayaan yang sangat menghargai keterampilan berbicara dan segala macam unjuk kebolehan di muka umum, di mana pembuatan buku-buku sangat menguras tenaga, mayoritas warga masyarakat buta aksara, dan orang-orang yang mampu menikmati karya-karya sastra pun menggunakan jasa hamba sahaya untuk membacakannya bagi mereka, teks-teks tertulis lebih dipandang sebagai huruf-huruf untuk didaraskan ketimbang sarana untuk merenung dalam keheningan. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa kebiasaan membaca dalam hati sudah ada pada zaman kuno dan bahwasanya kebiasaan ini tidaklah umum dianggap sebagai ketidaklaziman.<ref>{{cite news | url = https://www.theguardian.com/books/2006/jul/29/featuresreviews.guardianreview27 | location=London | work=The Guardian | title=Read my lips | first=James | last=Fenton | date= 28 Juli 2006}}</ref><ref>{{Citation | first =
AK | last = Gavrilov | url = https://www.jstor.org/pss/639597 | title = Techniques of Reading in Classical Antiquity | journal = Classical Quarterly | volume = 47 | year = 1997 | pages = 56–73, esp. 70–71 | doi=10.1093/cq/47.1.56}}</ref><ref>{{Citation | first = MF | last = Burnyeat | url = https://www.jstor.org/pss/639598 | title = Postscript on silent reading | journal = Classical Quarterly | volume = 47 | year = 1997 | pages = 74–76 | doi=10.1093/cq/47.1.74}}</ref>
 
== Pranala luar ==