Wahhabisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Gunkarta (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 29:
 
== Wahabisme di Indonesia ==
Paham wahhabi masuk pertama kali ke Indonesia pada awal abad ke-19. KeterhubunganHubungan antara ajaran kaum Wahabi dengan orang-orang [[Minangkabau]] di Sumatra Barat dimulai melalui kepulangan tiga orang haji; Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang, yang baru pulang ibadah haji pada 1803.<ref name="BBC=Wahabi">{{Cite web|url=http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160506_indonesia_radikalisasi_wahabi|title=Jejak Wahabi, dari sayap kanan hingga perang Paderi|last=Indonesia|first=Heyder Affan Wartawan BBC|website=BBC Indonesia|access-date=2018-01-04}}</ref> Perjalanan haji mereka bersamaan dengan dikuasainya Mekkah oleh kaum Wahhabi.<ref>{{Cite book| author = Azyumardi Azra| title = Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII | year = 2013)</ref> Pengaruh itu terlihat dari penentangan terhadap praktik yang dianggap ''[[bid'ah]]'', penggunaan [[tembakau]] baik untuk sirih pinang atau [[merokok]], dan pemakaian baju sutra. Mereka usahakan pula untuk menyebarkan ajaran ini secara paksa di wilayah Minangkabau. Seperti kemudian tercatat dalam sejarah, ketiga haji itu dan sosok [[Tuanku Nan Renceh]] - didukung kaum Paderi - memaklumkan jihad melawan kaum Muslim lain yang tidak mau mengikuti ajaran-ajaran mereka. Lawan mereka terutama adalah golongan Adat, yakni kaum bangsawan Minang yang masih menjalankan praktik-praktik yang mereka anggap bertentangan dengan Islam.<ref name="BBC=Wahabi"/> Akibatnya, perang saudara yang disebut sebagai [[Perang Paderi]] pecah di tengah masyarakat Minangkabau. Atas campur tangan pemerintah [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]], perang Paderi itu berakhir pada penghujung 1830-an.<ref name="BBC=Wahabi"/>
 
Dalam kaitannya terhadap penentangan terhadap takhayul, Sukarno disebutkan pernah memuji gerakan ini. Dalam salah satu tulisannya, Presiden [[Soekarno]] menyatakan pandangannya terhadap Wahabisme,{{quote| ''"Tjobalah pembatja renungkan sebentar "padang-pasir" dan "wahabisme" itu. Kita mengetahui djasa Wahabisme jang terbesar: ia punja kemurnian, ia punja keaslian, - murni dan asli sebagai udara padang- pasir, kembali kepada asal, kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada islam dizamanja Muhammad!" Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu satu tahajul dan seribu satu bid'ah. Lemparkanlah djauh-djauh tahajul dan bid'ah itu, tjahkanlah segala barang sesuatu jang membawa kemusjrikan!"''| Ir. Soekarno, "Dibawah Bendera Revolusi" (Kumpulan tulisan dan pidato-pidato) jilid pertama, cetakan kedua, tahun 1963. halaman 390.}}