Jaipongan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Nampak, +Tampak; -nampak, +tampak; -Nampaknya, +Tampaknya; -nampaknya, +tampaknya)
Baris 29:
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun [[1980]]-[[1990-an]], di mana [[Gugum Gumbira]] menciptakan tari lainnya seperti [[Toka-toka]], [[Setra Sari]], [[Sonteng]], [[Pencug]], [[Kuntul Mangut]], [[Iring-iring Daun Puring]], [[Rawayan]], dan [[Tari Kawung Anten]]. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain [[Iceu Effendi]], [[Yumiati Mandiri]], [[Miming Mintarsih]], Nani, Erna, [[Mira Tejaningrum]], [[Ine Dinar]], [[Ega, Nuni]], Cepy, Agah, [[Aa Suryabrata]], dan Asep.
 
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampaktampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.
 
== Sumber rujukan ==