Ahmad Sanusi: Perbedaan antara revisi
→Sejarah
k (Bot: Perubahan kosmetika) |
|||
|caption =
|birth_name =
|birth_date = [[18 September]] [[
|birth_place = {{bendera|Hindia Belanda}}, Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar, [[Kabupaten Sukabumi]], [[Provinsi Pasundan|Jawa Barat]]
|disappeared_date =
|box_width =
}}
'''Ahmad Sanusi''' atau dikenal dengan sebutan '''Kiai Haji Ahmad Sanusi''' atau '''Ajengan Cantayan''' atau '''Ajengan Genteng''' atau '''Ajengan Gunungpuyuh''' (lahir [[18 September]] [[1889|1888]] di Desa Cantayan, [[Cikembar, Sukabumi|
== Sejarah ==
Kiai Sanusi adalah putera dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin, pengasuh Pesantren Cantayan di Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="hti">[http://hizbut-tahrir.or.id/2011/01/13/ajengan-ahmad-sanusi-pejuang-syariah-islam/ www.hizbut-tahrir.or.id: Ajengan Ahmad Sanusi: Pejuang Syariah Islam]. Diakses 27 April 2014</ref> Sebagai putera seorang ajengan (kiai), ia telah belajar ilmu-ilmu keislaman sejak ia masih kanak-kanak, selain ia juga banyak belajar dari para [[Santri|santri]] Senior|senior di pesantren ayahnya.<ref name="Ensiklopedi"/>
Menginjak usia dewasa, Kiai Sanusi mulai mengaji di beberapa pesantren di [[Jawa Barat]].<ref name="Ensiklopedi"/> Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan Siti Juwariyah binti Haji Afandi yang berasal dari Kebon Pedes, [[Baros, Sukabumi|Baros]], Sukabumi.<ref name="Ensiklopedi"/> Setelah menikah, ia dikirim ayahnya ke [[Mekah]] untuk menunaikan [[Haji|ibadah haji]] sekaligus memperdalam ilmu-ilmu keislaman.<ref name="Ensiklopedi"/> Ia belajar di Mekah selama tujuh tahun.<ref name="ensikperadaban"/> Disana Kiai Sanusi mendapat gelar [[Imam|imam besar]] [[Masjidil Haram]].<ref name="ensikperadaban"/> ia berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan al-Jawi ([[Semenanjung Melayu|Melayu]]).
== Mendirikan Pesantren ==
Pada tahun 1915, sepulang belajar dari Mekah, Kiai Sanusi kembali ke [[Indonesia]] untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan.<ref name="ensikperadaban"/> Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung Genteng, sebelah utara desa Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng.<ref name="Ensiklopedi"/> Pesantrennya tersebut ia beri nama Pondok Pesantren
Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari [[Muhammad Abduh|Syeikh Muhammad 'Abduh]], [[Rasyid Ridha|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla]], dan [[Jamal-al-Din Afghani|Jamaluddin al-Afghani]], melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di [[Mesir]], sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.<ref name="Ensiklopedi"/> Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti [[Mazhab Syafi'i|mazhab Syafi'i]] sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid.<ref name="Ensiklopedi"/> Bahkan dalam bidang ilmu [[fikih]] yang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum [[Islam]].<ref name="Ensiklopedi"/> ▼
Dalam bidang ilmu [[al-Qur'an]], Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur'an, yaitu: <ref name="hti"/>▼
▲Ketika belajar di Mekah, Kiai Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari [[Muhammad Abduh|Syeikh Muhammad 'Abduh]], [[Rasyid Ridha|Syeikh Muhammad Rasyid Ridla]], dan [[Jamal-al-Din Afghani|Jamaluddin al-Afghani]], melalui buku-buku dan majalah aliran pembaharuan di [[Mesir]], sehingga pengaruh tersebut menjadikannya ulama pembaharu ketika pulang ke Indonesia.<ref name="Ensiklopedi"/> Namun demikian, ia tetap tidak meninggalkan mahzabnya, ia tetap mengikuti [[mazhab Syafi'i]] sebagaimana yang dilakukan kedua gurunya, Syeikh Ahmad Khatib dan Syeikh Mukhtar at-Tarid.<ref name="Ensiklopedi"/> Bahkan dalam bidang ilmu [[fikih]] yang juga merupakan keahliannya, Kiai Sanusi terkenal sangat kritis terhadap dalam menentukan hukum [[Islam]].<ref name="Ensiklopedi"/>
▲Dalam bidang ilmu [[al-Qur'an]], Kiai Sanusi berpendapat bahwa terdapat empat kategori hukum dalam al-Qur'an, yaitu:<ref name="hti"/>
# Berkaitan dengan keimanan dan kebebasan beragama dalam memilih dan menjalankan ketentuan-ketentuan agama
# Berkaitan dengan rumah tangga dan pergaulannya seperti pernikahan dan perceraian, keturunan dan kewarisan
# Berkaitan dengan prinsip
# Berkaitan dengan pemeliharaan kehidupan, yaitu berupa peraturan pidana dan perdata untuk menghukum di antara sesama manusia yang melakukan kesalahan
==
Kiai Sanusi dikenal sebagai ulama ahli [[tafsir]] dan fikih yang telah
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Tanggal kelahiran 18 September]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Ulama Sunda]]
|