Hiperinflasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang
Baris 2:
 
Negara yang mengalami hiperinflasi bukan berarti negara tersebut tidak mampu mengatasinya dengan kebijakan moneter, namun bisa juga karena negara tersebut sedang mencetak uang sebagai salah satu cara untuk membiayai pengeluaran mereka. Ketika pemerintah sedang ingin membangun infrastruktur fisik (jembatan, jalan raya), membayar gaji pegawai pemerintah & militer, atau memberi bantuan kepada masyarakat miskin & lansia, pertama pemerintah harus mengumpulkan dana yang diperlukan. Umumnya pemerintah akan memungut pajak dari publik, serta meminjam dana dari publik dengan menjual surat obligasi pemerintah. Namun, pemerintah juga dapat membiayai pengeluaran dengan mencetak uang baru yang dibutuhkan. Ketika pemerintah menambah penghasilan dengan mencetak uang, pemerintah dikatakan sedang memungut '''pajak inflasi''' (''inflation tax''). Namun pajak ini berbeda dengan pajak lain karena pemerintah tidak menerima tagihan untuk pajak ini, pajak inflasi lebih tidak terlihat. Ketika pemerintah mencetak uang, tingkat harga naik dan nilai uang di dalam dompet menjadi turun. Jadi, ''pajak inflasi seperti pajak yang dikenakan kepada semua orang yang memegang uang''. <ref> Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. ''Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Asia (Volume 2)''. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8 </ref>
 
== Referensi ==
{{reflist}}