Pekojan, Tambora, Jakarta Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 12:
|kepadatan =-
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in Pekodjan Batavia TMnr 10016511.jpg|thumbjmpl|Masjid di Pekojan pada tahun 1910-an]]
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gebouw waarvan de bovenverdieping in gebruik is als moskee eronder twee woningen Djakarta Pekodjan TMnr 10014934.jpg|thumbjmpl|Masjid
"Langgar Tinggi" di Pekojan pada tahun 1949]]
'''Pekojan''' adalah salah satu [[kelurahan]] di [[kecamatan]] [[Tambora, Jakarta Barat|Tambora]], [[Jakarta Barat]], [[Indonesia]]. <!--Kelurahan ini berbatasan dengan ..... di sebelah utara, ..... di sebelah barat, [[Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat|Kelurahan Roa Malaka]] di sebelah timur dan ..... di sebelah selatan. -->Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 27.188 jiwa (sensus 2000)<ref>''[http://sp2010bpsdki.ueuo.com/JakartaBarat.htm Jumlah Penduduk Kota Jakarta Barat menurut Jenis Kelamin dan Sensus Penduduk 1990, 2000, dan Supas 2005]'', Website BPS SP 2010 BPS DKI Jakarta. Diakses 19 Oktober 2010.</ref><!-- dan luas .... Ha-->.
Baris 23:
Pekojan merupakan salah satu tempat bersejarah di [[Jakarta]]. Nama Pekojan menurut Van den Berg berasal dari kata ''[[Khoja]]'', istilah yang masa itu digunakan untuk menyebut penduduk keturunan [[India-Indonesia|India]] yang beragama Islam.<ref>Shahab, Alwi. ''[http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/07/kampung-koja-dan-komunitas-india/ Kampung Koja dan Komunitas India]'', situs web Djakarta Tempo Doeloe, 7 Agustus 2009. Diakses 27 September 2010.</ref>
 
[[Berkas:Jl Pekojan Tempo Dulu.jpg|thumbjmpl|rightka|200px|Jalan Pekojan pada masa [[Hindia Belanda]]]]
Daerah Pekojan pada era kolonial [[Belanda]] kemudian dikenal sebagai kampung [[Arab-Indonesia|Arab]]. Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-18 menetapkan Pekojan sebagai kampung Arab. Kala itu, para imigran yang datang dari [[Hadramaut]] ([[Yaman Selatan]]) ini diwajibkan lebih dulu tinggal di sini. Baru dari Pekojan mereka menyebar ke berbagai kota dan daerah. Di Pekojan, Belanda pernah mengenakan sistem [[passen stelsel|''passen stelsel'']] dan [[wijken stelsel|''wijken stelsel'']]. Bukan saja menempatkan mereka dalam pemukiman khusus, tetapi juga mengharuskan mereka memiliki pas atau surat jalan bila bepergian ke luar wilayah. Sistem macam ini juga terjadi di [[Ampel|Kampung Ampel]], [[Surabaya]], dan sejumlah perkampungan Arab lainnya di [[Nusantara]]. Kampung Pekojan merupakan cikal bakal dari sejumlah perkampungan Arab yang kemudian berkembang di [[Batavia]]. Dari tempat inilah mereka kemudian menyebar ke Krukut dan [[Sawah Besar]] ([[Jakarta Barat]]); Jati petamburan, [[Tanah Abang]], dan Kwitang ([[Jakarta Pusat]]); [[Jatinegara]] dan [[Cawang]] ([[Jakarta Timur]]).
 
Baris 44:
 
=== Peninggalan warga keturunan Arab ===
[[Berkas:Langgartinggi.jpg|thumbjmpl|200px|Masjid Langgar Tinggi di Pekojan]]
Di Pekojan, sekalipun kini tidak tepat lagi disebut kampung Arab, peninggalan orang Arab ratusan tahun lalu banyak. Misalnya [[Masjid Langgar Tinggi]], dibangun abad ke-18. Masjid ini telah diperluas oleh [[Syeikh Said Naum]], seorang kapiten Arab. Ia memiliki beberapa kapal niaga dan tanah luas di Tanah Abang yang sebagian diwakafkan untuk pekuburan. Pekuburan ini oleh [[Ali Sadikin]] dibongkar dan di atasnya dibangun rumah susun.