Orang Peranakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 31:
 
== Keturunan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De echtgenotes van twee werknemers van de Singkep Tin Maatschappij Riouw TMnr 10007287.jpg|thumbjmpl|Wanita Peranakan di Pabrik Timah [[Pulau Singkep]], [[Riau|Riow]].]]
 
Kebanyakan Peranakan adalah dari keturunan [[orang Hoklo]] (Hokkien), meskipun sejumlah yang cukup besar adalah dari keturunan [[orang Tiociu]] atau [[orang Kanton]]. Peranakan sendiri adalah keturunan ras campuran, sebagian Tionghoa, sebagian [[Pribumi]] Nusantara (Indonesia / Melayu).
Baris 48:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Babas from the Straits Settlements, Shoemaker (Opium Eater) from Singapore.JPG|thumbjmpl|180px|rightka|Orang Peranakan di [[Negeri-Negeri Selat]] zaman dahulu.]]
Pada abad ke-15, beberapa negara-kota kecil di [[Semenanjung Malaya]] sering membayar upeti kepada berbagai kerajaan seperti [[Kaisar Tiongkok|Kekaisaran Tiongkok]] (sekarang [[Republik Rakyat Tiongkok]]) dan [[Kerajaan Siam]] (sekarang [[Thailand]]). Hubungan dekat dengan Tiongkok dimulai pada awal abad ke-15 pada masa pemerintahan [[Parameswara]] ketika Laksamana [[Cheng Ho]], utusan Kaisar Tionghoa [[Yongle]], mengunjungi [[Malaka]] dan [[Jawa]]. Terdapat legenda bahwa di [[1459]] Masehi, Kaisar Tiongkok mengirimkan seorang putri, [[Hang Li Po]], kepada Sultan Malaka sebagai tanda penghargaan atas penghormatannya. Para bangsawan (500 putra menteri) dan pegawai yang menemani putri tersebut awalnya menetap di [[Bukit Tionghoa]] dan akhirnya berkembang menjadi kelas "Tionghoa Selat" (Tionghoa kelahiran [[Selat Malaka]]), namun legenda ini tidak didukung adanya bukti dari catatan Kekaisaran Tionghoa.
 
Baris 67:
== Kebudayaan ==
=== Busana ===
[[Berkas:WLANL - mchangsp - Vitrine Baba Nonya (1).jpg|thumbjmpl|leftkiri|180px|Busana [[kebaya]] wanita Peranakan di [[Museum Peranakan]].]]
 
Di Malaysia dan Singapura, Peranakan mempertahankan sebagian besar etnis dan agama asal mereka (seperti pemujaan leluhur), namun berasimilasi dengan bahasa dan kebudayaan Melayu. Busana ''Nyonya'', yaitu "[[Baju Panjang]]" diadaptasi dari busana pribumi Melayu "[[Baju Kurung]]". Busana ini dikenakan dengan [[sarung batik]] dan 3 "[[kerosang]]" (bros). Sandal manik-manik yang disebut "Kasot Manek" ([[Kasut Manik]]) adalah buatan tangan yang memerlukan banyak keterampilan dan kesabaran: dirangkai, dimanik-manik dan dijahit ke kanvas dengan manik-manik kaca berbentuk tertentu yang kecil dari [[Bohemia]] (sekarang [[Republik Ceko]]).
Baris 86:
 
=== Agama ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Schilderingen in het voorportaal van de Chinese tempel te Makassar. TMnr 60008243.jpg|thumbjmpl|rightka|200px|[[Klenteng]] di [[Makassar]], antara 1900-1920.]]
Peranakan biasanya berkeyakinan Tionghoa: [[Taoisme]], [[Konfusianisme]] dan [[Buddhisme]] Tiongkok ([[Mahayana]]), merayakan [[Tahun Baru Imlek]] dan [[Festival Lampion]], sembari mengadopsi adat istiadat tanah yang mereka tinggali, dan adat istiadat orang-orang penguasa kolonial. Telah ditemukan jejak-jejak kebudayaan Portugis, Belanda, Inggris, Melayu dan pengaruh Nusantara (Indonesia) dalam kebudayaan ''Baba'' Melayu.<ref name="ReferenceB"/> Sejumlah keluarga ''Baba Nyonya'' zaman dahulu adalah, dan masih merupakan penganut agama [[Katolik]]. Namun dalam masyarakat modern, banyak masyarakat Peranakan muda telah memeluk agama [[Kristen Protestan]]. Terutama di Indonesia, negara dengan jumlah Peranakan terbesar di dunia, di mana sebagian besar orang Tionghoa beragama Kristen. Namun terdapat pula kaum Peranakan yang memeluk agama [[Islam]] tersebar di Indonesia dan Malaysia.
 
=== Masakan ===
{{utama|Masakan Peranakan}}
[[Berkas:Buahkeluak.JPG|thumbjmpl|leftkiri|200px|''[[Ayam buah keluak]]'', masakan tradisional Peranakan.]]
 
Dari pengaruh Melayu yang unik, [[Masakan Peranakan]] (atau juga disebut Masakan "Nyonya" di Singapura dan Malaysia) telah dikembangkan dengan menggunakan rempah-rempah khas Melayu. Contohnya adalah [[Ayam Kapitan]], kari ayam kering, dan [[Inchi Kabin]], versi Peranakan dari ayam goreng. [[Pindang bandeng]] adalah sup ikan umum yang disajikan di Indonesia selama tahun baru Imlek dan begitu pula [[kue bulan]] putih bulat dari Tangerang yang biasanya digunakan selama [[Festival Musim Gugur]]. [[Swikee]] Purwodadi adalah masakan Peranakan dari [[Purwodadi]], yang merupakan masakan daging katak.
Baris 100:
 
=== Perkawinan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Chinees bruidspaar in traditioneel kostuum te Salatiga Midden-Java TMnr 10003044.jpg|thumbjmpl|200px|Sepasang mempelai Peranakan di [[Salatiga]], sekitar 1918.]]
Adalah hal biasa bagi pedagang Tionghoa awal dahulu untuk mengambil perempuan Melayu dari Semenanjung Malaya atau Sumatera sebagai istri atau selir.<ref name="ReferenceB"/> Akibatnya, Peranakan memiliki campuran yang sinergis dari ciri-ciri budaya Melayu-Tionghoa.<ref name="ReferenceB"/>
 
Baris 112:
 
=== Museum ===
[[Berkas:Asian Civilisations Museum, Armenian Street 2, Jan 06.JPG|thumbjmpl|leftkiri|180px|"[[Museum Peranakan]]", museum tentang Peranakan yang terbesar, [[Singapura]].]]
 
Peninggalan sejarah dan budaya dari budaya ''Baba'' ditampilkan dalam museum budaya di ''Heeren Street'', ''Jonker Street'' dan jalan-jalan lain di lingkungan yang sama di [[Malaka]]; "''[[Pinang Peranakan Mansion]]''" di [[Penang]], Malaysia; dan di [[Museum Peranakan]] di [[Singapura]]. Mebel, makanan, dan bahkan tradisional pakaian dari ''Baba'' dan ''Nyonya'' juga dipamerkan di museum-museum ini. Pertunjukan mingguan yang gratis menampilkan pertunjukan Baba, dan pertunjukan budaya tradisional dan pop Tionghoa dapat ditemukan di Jonker Street di [[Malaka]]. Pertunjukan-pertunjukan ini adalah bagian dari [[pasar malam]] Malaka, dan biasanya penuh sesak dengan pembeli, baik lokal maupun asing.
Baris 119:
 
=== Pertalian politik ===
[[Berkas:StraitsChinese Pottery Phoenix.JPG|thumbjmpl|Replika nampan teh enamel porselen dengan "''[[feniks|fenghuang]]''" (Feniks Tiongkok) tradisional Peranakan.]]
 
Kaum Peranakan kala itu secara finansial lebih makmur daripada etnis Tionghoa [[totok]] kelahiran Tiongkok. Kekayaan keluarga dan koneksi memungkinkan mereka untuk membentuk golongan elit Tionghoa-Selat, yang ketat kesetiaannya kepada Kerajaan Inggris atau Belanda.<ref name="ReferenceB"/> Karena kesetiaan yang ketat tersebut, kala itu kebanyakan dari mereka tidak mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia atau Malaysia sebelum paruh pertama abad ke-20.<ref name="ReferenceB"/>