Omar Dhani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 15:
|Deputies = [[Leo Wattimena]]
|birth_date = {{birth date|1924|1|23}}
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|bordertepi|link=Hindia Belanda|22px]][[Surakarta]],[[Keraton Surakarta Hadiningrat]] , [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|2009|7|24|1924|1|23}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
Baris 58:
 
== Keterlibatan dengan 30 September ==
[[Berkas:Omar Dani 1965.jpg|150px|thumbjmpl|leftkiri|Omar Dhani pada tahun 1965]]
Nama Omar Dhani mencuat dalam kasus pemberontakan G30S/PKI. Berawal dari dibeberkannya peristiwa yang terjadi di Halim menjelang dan pada [[1 Oktober]] [[1965]]. Kisah yang terjadi menjelang dan setelah kedatangan [[Soekarno|Presiden Soekarno]] ke [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma|Halim Perdanakusuma]]. Perintah harian Menteri Panglima Angkatan Udara 1 Oktober itu ditulis dengan spontan oleh Omar Dani setelah mendengar siaran berita [[RRI]] pukul 07.00 tentang [[G30S]]. Ia langsung meminta kertas dan pulpen untuk menyusun konsep. Setelah dikoordinasikan dengan Panglima Koops Komodor Udara [[Leo Wattimena]], pernyataan itu langsung dikirim ke Departemen [[Angkatan Udara]] untuk dikonsultasikan kepada DMPO Komodor Udara I [[Ignatius Dewanto]]. Sekitar pukul 08.15 Omar Dani mendapat telepon dari Letkol Suparto bahwa [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dalam perjalanan ke [[Lanud Halim Perdanakusuma|PAU Halim]]. Kembali Omar Dani teringat konsep yang baru dibuatnya. Ia berusaha menarik kembali konsep surat itu supaya bisa disesuaikan dengan pendapat Bung Karno mengenai [[G30S]]. Namun ternyata surat itu telah terlanjur dikirim ke Depau. Perintah harian itu kemudian menjadi persoalan besar di mata kelompok [[Soeharto]]. Perintah harian yang pernah dikeluarkan Omar Dani [[1 Oktober]] [[1965]] itu dinilai oleh Soekarno sendiri "te voor barig" (terlalu tergesa-gesa). Namun perintah itu dianggap oleh kelompok [[Soeharto]] sebagai bukti keterlibatan Omar Dani dalam mendukung [[G30S]]. Bila [[Soekarno|Presiden Soekarno]] tidak bertindak tegas terhadap Menteri Panglima Angkatan Udara mungkin ia sendiri akan terganjal kedudukannya. Omar Dani mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Soekarno, namun ditolak. Sebagai jalan keluarnya, tanggal [[14 Oktober]] [[1965]] Bung Karno menugaskan Menteri Panglima Angkatan Udara melakukan perlawatan ke negara-negara Eropa dan Asia dalam rangka menjajaki kerja sama luar negeri dengan AURI. Omar Dani berangkat dengan anak-anak dan istrinya yang sedang hamil 7,5 bulan (mengandung putri kelima) menuju [[Phnom Penh]]. Selama 6 bulan kurang 3 hari, Omar Dani di luar negeri. Ia sebetulnya dapat saja terus berada di mancanegara dengan memanfaatkan keahlian sebagai pilot misalnya. Namun dari [[Phnom Penh]], ia rela pulang ke [[Jakarta]] demi "memenuhi tanggung jawab", demikian pengakuannya.