Agustinus dari Hippo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 87:
== Kehidupan ==
=== Masa kecil dan pendidikan ===
[[Berkas:7 Nicolo di Pietro. 1413-15. The Saint Augustine Taken to School by Saint Monica. Pinacoteca, Vatican..jpg|thumbjmpl|''Santo Agustinus Disekolahkan oleh Santa Monika'', lukisan karya [[Niccolò di Pietro]] (1413-15).]]
 
Agustinus dilahirkan pada tahun 354 M di [[municipium]] ([[kota]] atau [[kotamadya]]) [[Tagaste]], [[Numidia]] (sekarang [[Souk Ahras]], [[Aljazair]]) di [[Afrika (provinsi Romawi)|Afrika Romawi]].<ref>{{en}} MacKendrick, Paul. (1980). ''The North African Stones Speak'', Chapel Hill: University of North Carolina Press, p. 326, ISBN 0-7099-0394-4.</ref><ref>{{en}} Ferguson, Everett. (1998). ''Encyclopedia of Early Christianity'', Taylor & Francis, p. 776, ISBN 0-8153-3319-6.</ref> Ibunya, [[Monika]], adalah seorang Kristen yang saleh; sementara ayahnya Patrisius adalah seorang [[Pagan]] yang kemudian memohon di[[baptis]] menjelang kematiannya.<ref>{{en}} Vesey, Mark, trans. (2007) "Confessions Saint Augustine", introduction, ISBN 978-1-59308-259-8.</ref> Para akademisi umumnya sepakat bahwa Agustinus dan keluarganya adalah [[orang Berber]], suatu kelompok etnis asli Afrika Utara,<ref name=":0" /><ref>{{en}} {{Cite journal|last=FROST|first=MAURICE|date=1942-07-01|title=A NOTE ON THE BERBER BACKGROUND IN THE LIFE OF AUGUSTINE|journal=The Journal of Theological Studies|volume=os-XLIII|issue=171-172|doi=10.1093/jts/os-XLIII.171-172.188|issn=0022-5185}}</ref><ref>{{en}} {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=DCxNjeuYpJwC|title=From Generation to Generation: The Renewal of the Church According to Its Own Theology and Practice|last=Leith|first=John H.|date=|publisher=Westminster John Knox Press|year=1990|isbn=9780664251222|pages=24}}</ref><ref>{{en}} {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=HAAXAQAAIAAJ|title=Catholic World, Volumes 175-176|last=|first=|date=|publisher=Paulist Fathers|year=1952|isbn=|pages=376|quote=The whole of North Africa was a glory of Christendom with St. Augustine, himself a Berber, its chief ornament.|via=}}</ref> tetapi mereka banyak mendapat pengaruh [[Romanisasi]], hanya berbicara bahasa Latin di rumah sebagai suatu kebanggaan dan martabat.<ref name=":0">{{en}} {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=0q3W7jYz7ZsC|title=Saint Augustine of Hippo: An Intellectual Biography|last=Hollingworth|first=Miles|date=|publisher=Oxford University Press|year=2013|isbn=9780199861590|location=|pages=51}}</ref> Dalam tulisan-tulisannya, Agustinus meninggalkan sejumlah informasi mengenai kesadarannya akan warisan Afrika-nya. Sebagai contoh, ia menyebut [[Apuleius]] sebagai "yang paling terkenal buruk di antara kita orang Afrika",<ref>Ep., CXXXIII, 19. [http://www.newadvent.org/fathers/1102138.htm English version], [http://www.augustinus.it/latino/lettere/lettera_139_testo.htm Latin version]</ref> hingga Ponticianus sebagai "orang sebangsa kita, sebatas menjadi orang Afrika",<ref>Confess., VIII, 6, 14. [http://www.newadvent.org/fathers/110108.htm English version], [http://www.augustinus.it/latino/confessioni/index2.htm Latin version]</ref> dan menyebut [[Faustus dari Milevum]] sebagai "seorang Pria Sejati Afrika".<ref>Contra Faustum, I, 1. [http://www.newadvent.org/fathers/140601.htm English version], [http://www.augustinus.it/latino/contro_fausto/index2.htm Latin version]</ref>
Baris 104:
Agustinus mengajar [[tata bahasa]] di Tagaste selama tahun 373-374. Tahun berikutnya ia pindah ke Kartago untuk membuka sekolah retorika, dan tetap di sana selama 9 tahun berkutnya.<ref name=EA/> Pada tahun 383, karena merasa terganggu oleh murid-murid yang sulit diatur di Kartago, ia pindah ke [[Roma]] untuk mendirikan sekolah di sana, di mana ia meyakini bahwa Roma adalah tempatnya para ahli retorika cemerlang dan terbaik. Namun, Agustinus kecewa dengan penerimaan apatis yang dialaminya. Merupakan suatu kebiasaan di Roma saat itu bahwa para murid membayar biaya sekolah di hari terakhir masa studi, dan banyak murid mengikuti seluruh masa studi dengan tekun sampai akhir, namun tidak membayar biaya sekolah. Teman-temannya sesama penganut Manikean memperkenalkannya dengan [[prefek]] Kota Roma, [[Quintus Aurelius Symmachus|Symmachus]], yang telah diminta oleh istana kekaisaran di [[Milan]]<ref name="celife" /> untuk menyediakan seorang guru besar ilmu retorika.
 
[[Berkas:Augustine Lateran.jpg|leftkiri|thumbjmpl|Potret Santo Agustinus yang paling awal diketahui dalam suatu [[fresko]] abad ke-6 di Lateran, Roma.]]
 
Agustinus kemudian mendapatkan pekerjaan tersebut dan berangkat ke utara untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384. Di usianya yang ke-30, Agustinus telah mendapatkan posisi akademik yang paling menonjol di dunia Latin saat itu, jabatan yang memberikan akses ke karier politik. Kendati Agustinus memperlihatkan sejumlah kegairahan pada Manikeisme, ia tidak pernah menjadi seorang "inisiasi" atau "terpilih", namun hanya menjadi seorang "auditor", tingkatan terendah dalam hierarki sekte itu.<ref name = "celife" />
Baris 117:
 
=== Memeluk Kekristenan ===
[[Berkas:Fra angelico - conversion de saint augustin.jpg|thumbjmpl|''Konversi St. Agustinus'', lukisan karya [[Fra Angelico]].]]
 
Pada musim panas tahun 386, dalam usianya yang ke-31, setelah mendengar dan terinspirasi serta tersentuh oleh kisah dari Ponticianus (seorang Kristen kenalannya di istana kaisar) mengenai pengalamannya bersama teman-temannya yang membaca kisah kehidupan Santo [[Antonius Agung]], Agustinus melakukan konversi ke Kekristenan. Sebagaimana diceritakan Agustinus kemudian, keputusan bulat untuk menjadi seorang Kristen adalah setelah ia didorong oleh suatu suara seperti anak kecil yang ia dengar menyuruhnya agar "Ambillah, bacalah!" ({{lang-la|tolle, lege}}), yang dianggapnya sebagai perintah ilahi untuk membuka [[Alkitab]] dan membaca hal pertama yang dilihatnya. Agustinus membaca dari [[Surat Paulus kepada Jemaat di Roma]] – bagian "Transformasi Umat Beriman", yang meliputi bab 12 sampai 15 – di mana Paulus menguraikan bagaimana Injil mengubah umat beriman dan perilaku yang dihasilkannya. Bagian spesifik yang dilihat Agustinus saat ia membuka Alkitab adalah [[Roma 13]]:13-14, yaitu:<ref>Augustine of Hippo, ''Confessions'', 8:12</ref>
<blockquote>Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan [[hawa nafsu]], jangan dalam perselisihan dan [[iri hati]]. Tetapi kenakanlah Tuhan [[Yesus Kristus]] sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.</blockquote>
 
[[Berkas:Saint Augustine and Saint Monica.jpg|thumbjmpl|''St. Agustinus dan St. Monika'' (1846), karya [[Ary Scheffer]].]]
 
Ia kemudian menuliskan sebuah laporan mengenai konversinya – transformasinya yang sesungguhnya, sebagaimana dideskripsikan oleh Paulus – dalam ''[[Pengakuan-pengakuan Agustinus|Pengakuan-Pengakuan]]'' ({{lang-la|Confessiones}}) karyanya, yang kelak menjadi sebuah karya klasik teologi Kristen dan sebuah teks penting dalam sejarah otobiografi. Dalam karya tersebut, Agustinus menyampaikan bahwa sejak peristiwa itu, yang menghantarnya pada konversinya dan membahagiakan Monika ibunya, ia tidak lagi ingin mempunyai istri, dan ia merasa mantap melepaskan jabatannya di istana. Kendati karya tersebut ditulis sebagai suatu laporan tentang kehidupannya, ''Pengakuan-Pengakuan'' juga berbicara mengenai hakikat waktu, [[kausalitas]], [[kehendak bebas]], dan topik-topik filosofis penting lainnya.<ref name="justus.anglican.org">{{en}} [http://justus.anglican.org/resources/bio/50.html Augustine of Hippo, Bishop and Theologian]. Justus.anglican.org. Retrieved on 2015-06-17.</ref> Suatu doa, yang terkenal dengan judul berfrasa "Terlambat aku mencintai-Mu Tuhan" dan menggungkapkan perubahan radikal dalam dirinya, dapat ditemukan pada karya tersebut:<ref>Augustine of Hippo, ''Confessions'', 10:27</ref>
Baris 142:
 
=== Menjadi imam dan uskup ===
[[Berkas:Jaume Huguet - Consecration of Saint Augustine - Google Art Project.jpg|leftkiri|thumbjmpl|[[Konsekrasi]] Agustinus sebagai uskup, lukisan karya [[Jaume Huguet]].]]
 
Pada tahun 391, ia [[penahbisan|ditahbiskan]] menjadi seorang [[imam]] di [[Hippo Regius]] (kini [[Annaba]], di [[Aljazair]]). Ia menjadi seorang pengkhotbah terkenal (lebih dari 350 catatan [[khotbah]]nya yang masih terlestarikan diyakini otentik), dan ia juga dikenal karena perlawanannya terhadap agama Manikeisme, yang pernah dianutnya.<ref name="celife">{{en}} Portalié, Eugène. [http://www.newadvent.org/cathen/02084a.htm "Life of St. Augustine of Hippo"] ''The Catholic Encyclopedia''. Vol. 2. New York: Robert Appleton Company (1907). Retrieved 30 September 2011</ref>
Baris 178:
Orang-orang sezaman Agustinus seringkali meyakini [[astrologi]] sebagai suatu ilmu pasti dan orisinal. Para praktisinya dianggap sebagai orang-orang terpelajar sejati dan disebut ''mathemathici''. Astrologi memegang suatu peranan utama dalam doktrin Manikean, dan, pada masa mudanya, Agustinus sendiri sempat tertarik dengan buku-buku mereka serta sempat sangat terpesona oleh mereka yang mengklaim mampu meramalkan masa depan. Kelak, sebagai seorang uskup, ia sering memperingatkan agar orang menghindari para astrolog yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan [[horoskop]]. (Istilah "mathematici" yang dicetuskan Agustinus, yang berarti "astrolog-astrolog", terkadang diterjemahkan secara salah menjadi "matematikawan-matematikawan".) Menurut Agustinus, mereka bukan murid-murid sebenarnya dari [[Hipparkhos]] ataupun [[Eratosthenes]], tetapi "penipu-penipu biasa".<ref>{{en}} {{cite book | title = Augustine the Bishop. The Life and Work of the Father of the Church| last= Van Der Meer| first= F |year= 1961 | location= London – New York | page = 60}}</ref><ref name=Bonner>{{en}} {{cite book |title=St. Augustine of Hippo. Life and Controversies |last=Bonner |first=G | publisher = The Canterbury Press | location=Norwich |year=1986 | isbn = 0-86078-203-4}}</ref>{{rp|63}}<ref>{{en}} {{cite book | title= Saint Augustin et Cicéron, I. Cicéron dans la formation et l'oeuvre de saint Augustin | last = Testard| first= M |year= 1958| publisher= Études Augustiniennes | location= Paris | pages= 100–6 | language = French}}</ref><ref>Augustine of Hippo, ''Confessions'' 5,7,12; 7,6</ref>
 
[[Berkas:Tiffany Window of St Augustine - Lightner Museum.jpg|thumbjmpl|rightka|250px|Lukisan detail St. Agustinus di sebuah jendela [[kaca patri]] karya [[Louis Comfort Tiffany]] di [[Museum Lightner]], [[St. Augustine, Florida]], Amerika Serikat.]]
 
=== Penciptaan ===
Baris 187:
=== Eklesiologi ===
{{See also|Eklesiologi}}
[[Berkas:Carlo Crivelli - St. Augustine - Google Art Project.jpg|thumbjmpl|150px|''St. Agustinus'', karya [[Carlo Crivelli]].]]
 
Agustinus secara khusus mengembangkan ajarannya mengenai Gereja sebagai reaksi terhadap sekte [[Donatisme|Donatis]]. Ia mengajarkan bahwa hanya terdapat satu Gereja, tetapi di dalam Gereja ini terdapat dua realitas, yaitu aspek yang kelihatan atau terlihat ([[Hierarki Gereja Katolik|hierarki]] institusional, [[Sakramen (Katolik)|sakramen-sakramen Katolik]], dan umat [[awam]]) dan aspek yang tak terlihat (jiwa-jiwa dari orang-orang dalam Gereja, baik yang telah meninggal dunia, umat yang berdosa, ataupun yang terpilih untuk memasuki Surga). Yang pertama disebutkan adalah tubuh institusional yang didirikan oleh Kristus di bumi untuk mewartakan keselamatan dan menyelenggarakan pelayanan sakramen, sementara yang terakhir disebutkan adalah tubuh yang tak terlihat dari umat pilihan, terdiri dari orang-orang percaya sejati dari segala zaman, dan hanya diketahui oleh Allah saja. Gereja, yang terlihat dan bermasyarakat, terdiri dari "gandum" dan "lalang", yaitu orang-orang baik dan jahat (berdasarkan Matius 13:30), hingga berakhirnya dunia ini. Konsep tersebut digunakan untuk menentang klaim Donatis yang menyebutkan bahwa hanya mereka yang berada dalam [[keadaan (teologi)|keadaan rahmat]] yang adalah Gereja "sejati" atau "murni" di bumi, dan bahwa para imam serta uskup yang tidak berada dalam keadaan rahmat tidak memiliki kewenangan atau kemampuan untuk melayankan sakramen-sakramen.<ref name="Gonzalez">{{en}} {{cite book
Baris 202:
Kepedulian [[epistemologi]]s membentuk perkembangan intelektual Agustinus. [[Dialog|Dialog-dialog]] awal karyanya, yaitu ''Contra academicos'' (386) dan ''De Magistro'' (389), keduanya ditulis tidak lama setelah konversinya ke Kekristenan, merefleksikan penerimaannya atas argumen-argumen skeptis dan memperlihatkan perkembangan ajarannya mengenai [[iluminasi]] batin. Ajaran mengenai iluminasi ("penerangan") menyatakan bahwa Allah memainkan suatu peranan aktif dan teratur dalam persepsi (bukannya Allah merancang budi manusia agar dapat tetap diandalkan, misalnya seperti yang terkandung dalam gagasan Descartes mengenai persepsi-persepsi yang jelas dan berbeda) dan pemahaman manusia dengan cara menerangi [[budi]] sehingga manusia dapat mengenali realitas yang dapat dimengerti bahwa Allah ada. Menurut Agustinus, iluminasi dapat diperoleh pada semua budi rasional, dan berbeda dengan bentuk-bentuk lain [[bukti empiris|persepsi indra]]. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan tentang kondisi-kondisi yang dibutuhkan budi agar terhubung dengan entitas-entitas yang dapat dimengerti.<ref name=encyclopedia/> Agustinus juga mengajukan [[masalah budi lain]] pada berbagai karyanya, yang paling terkenal mungkin dalam ''[[Tentang Trinitas]]'' (''De Trinitate'', VIII.6.9), dan ia mengembangkan apa yang telah menjadi suatu solusi baku: argumen dari analogi menuju budi lainnya.<ref>{{en}} {{cite book| author=Matthews, Gareth B. |title=Thought's ego in Augustine and Descartes| isbn=0801427754| publisher=[[Cornell University Press]] |year=1992}}</ref> Berbeda dengan Plato dan para filsuf lain sebelumnya, Agustinus mengakui sentralitas [[masalah filosofis kesaksian|kesaksian]] ("testimoni") pada pengetahuan manusia dan berpendapat bahwa apa yang dikatakan orang-orang lain kepada kita dapat memberikan pengetahuan sekalipun kita tidak memiliki alasan yang independen untuk meyakini laporan-laporan kesaksian mereka.<ref>{{en}} {{cite journal| last=King| first=Peter| author2=Nathan Ballantyne| title=Augustine on Testimony| journal=[[Canadian Journal of Philosophy]] |year=2009| volume=39| issue=2| doi=10.1353/cjp.0.0045| url=http://www.canadianjournalofphilosophy.com/PDFs/cjp39-2--195-214--Ballantyne-King.pdf| page=195}}</ref>
 
[[Berkas:Sandro_Botticelli_050.jpg|thumbjmpl|Lukisan Agustinus karya [[Sandro Botticelli]], tahun 1480.]]
 
=== Perang yang dapat dibenarkan ===
Baris 219:
=== Dosa asal ===
{{see also|Dosa asal}}
[[Berkas:Saint Augustine by Philippe de Champaigne.jpg|thumbjmpl|Lukisan karya [[Philippe de Champaigne]], abad ke-17.]]
 
Agustinus mengajarkan bahwa [[dosa asal]] dari Adam dan Hawa merupakan suatu tindakan kebodohan (''insipientia'') yang diikuti oleh [[kesombongan]] dan ketidaktaatan kepada Allah, atau mungkin juga sebenarnya berawal dari kesombongan.<ref group=note>Ia menjelaskan kepada Yulianus dari Eklanum mengenai sulitnya membedakan apa timbul pertama kali: ''Sed si disputatione subtilissima et elimatissima opus est, ut sciamus utrum primos homines insipientia superbos, an insipientes superbia fecerit''. (''Contra Julianum'', V, 4.18; PL 44, 795)</ref> Pasangan pertama tersebut tidak mematuhi Allah, yang telah mengatakan kepada mereka untuk tidak makan dari [[Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat]] (Kejadian 2:17).<ref>Augustine of Hippo, ''On the Literal Meaning of Genesis'' (''De Genesi ad litteram''), VIII, 6:12, vol. 1, p. 192-3 and 12:28, vol. 2, p. 219-20, trans. John Hammond Taylor SJ; [[Bibliothèque Augustinniene|BA]] 49,28 and 50–52; [[Patrologia Latina|PL]] 34, 377; cf. idem, ''De Trinitate'', XII, 12.17; [[Corpus Christianorum|CCL]] 50, 371–372 [v. 26–31;1–36]; ''De natura boni'' 34–35; CSEL 25, 872; PL 42, 551–572</ref> Pohon itu merupakan sebuah simbol dari keteraturan penciptaan.<ref>Augustine of Hippo, ''On the Literal Meaning of Genesis'' (''De Genesi ad litteram''), VIII, 4.8; [[Bibliothèque Augustinniene|BA]] 49, 20</ref> Sikap mementingkan diri sendiri menyebabkan Adam dan Hawa memakan buah pohon itu, karenanya mereka gagal memahami dan menghormati dunia yang telah diciptakan Allah, beserta tatanan ciptaan dan nilai-nilainya.<ref group=note>Agustinus menjelaskannya demikian: "Mengapa karenanya [budi] memerintah atas dirinya sendiri, bahwa [budi] perlu mengenal dirinya sendiri? Saya kira, agar [budi] dapat mengambil pertimbangan sendiri, dan hidup menurut kodratnya sendiri; yaitu, berusaha untuk diatur menurut kodratnya sendiri, dengan kata lain, di bawah Dia kepada siapa [budi] harus tunduk, dan di atas hal-hal yang adalah kecenderungan [budi]; di bawah Dia oleh siapa [budi] harus diperintah, di atas hal-hal yang harus [budi] perintah. Sebab [budi] melakukan banyak hal melalui hasrat keji, seolah-olah dalam keterlupaan akan dirinya sendiri. Sebab [budi] melihat beberapa hal pada hakikatnya sangat baik, karena kodrat yang jauh lebih baik yang adalah Allah: dan sementara [budi] harus tetap kukuh agar dapat menikmati hal-hal itu, [budi] berpaling dari Dia, dengan keinginan untuk memantaskan hal-hal itu bagi dirinya sendiri, serta tidak untuk menjadi serupa dengan Dia melalui karunia-Nya, tetapi untuk menjadi apa yang adalah Dia melalui kepunyaannya sendiri, dan [budi] mulai bergeser serta tergelincir jatuh ke dalam secara bertahap sedikit demi sedikit, yang dikira [budi] lebih dan lebih banyak lagi." ({{en}} "[http://www.newadvent.org/fathers/130105.htm On the Trinity]" (''De Trinitate'') X, 5:7; [[Corpus Christianorum|CCL]] 50, 320 [1–12])</ref> Mereka jatuh ke dalam [[kesombongan]] dan ketiadaan hikmat karena [[Iblis dalam Kekristenan|Setan]] menabur "akar kejahatan" (''radix Mali'') ke dalam indra-indra mereka.<ref>Augustine of Hippo, ''Nisi radicem mali humanus tunc reciperet sensus'' ("Contra Julianum", I, 9.42; PL 44, 670)</ref> Kodrat mereka terluka oleh [[konkupisensi]] atau [[libido]], yang mempengaruhi kehendak dan inteligensi manusia, serta [[afeksi]] dan hasrat (atau nafsu), termasuk hasrat seksual.<ref group=note>Dalam satu karya akhir Agustinus, ''Retractationes'', pada buku II:XXII(XLIX) ia membuat suatu pernyataan penting yang menunjukkan cara ia memahami perbedaan antara libido moral rohaniah dan hasrat seksual: ''Dixi etiam quodam loco: «Quod enim est cibus ad salutem hominis, hoc est concubitus ad salutem generis, et utrumque non est sine delectatione carnali, quae tamen modificata et temperantia refrenante in usum naturalem redacta, libido esse non potest». Quod ideo dictum est, quoniam libido non est bonus et rectus usus libidinis. Sicut enim malum est male uti bonis, ita bonum bene uti malis. De qua re alias, maxime contra novos haereticos Pelagianos, diligentius disputavi''. Lih. ''De bono coniugali'', 16.18; PL 40, 385; ''De nuptiis et concupiscentia'', II, 21.36; PL 44, 443; ''Contra Iulianum'', III, 7.16; PL 44, 710; ibid., V, 16.60; PL 44, 817. Lihat pula {{fr}} {{cite book |title= Le mariage chrétien dans l'oeuvre de Saint Augustin. Une théologie baptismale de la vie conjugale |author= Idem |year= 1983 |publisher= Études Augustiniennes |location=Paris |page=97}}</ref> Dari segi [[metafisika]], konkupisensi bukanlah suatu keberadaan tetapi merupakan suatu kualitas buruk, kurangnya kebaikan, atau suatu luka.<ref>''Non substantialiter manere concupiscentiam, sicut corpus aliquod aut spiritum; sed esse affectionem quamdam malae qualitatis, sicut est languor''. (''De nuptiis et concupiscentia'', I, 25. 28; PL 44, 430; cf. ''Contra Julianum'', VI, 18.53; PL 44, 854; ibid. VI, 19.58; PL 44, 857; ibid., II, 10.33; PL 44, 697; ''Contra Secundinum Manichaeum'', 15; PL 42, 590.</ref>
Baris 230:
Pandangan bahwa tidak hanya jiwa manusia, tetapi juga semua indra, yang terkena dampak kejatuhan Adam dan Hawa adalah sesuatu yang lazim di zaman Agustinus —dan para [[Bapa Gereja]].<ref>Lihat: {{it}} {{cite book |title=Enkrateia e Antropologia. Le motivazioni protologiche della continenza e della verginità nel christianesimo del primi secoli e nello gnosticismo |last=Sfameni Gasparro |first=G. |year=2001 |series= Studia Ephemeridis «Augustinianum» 20| location=Rome |pages=250–251}}; {{fr}} {{cite journal |last=Somers |first= H.|title=Image de Dieu. Les sources de l'exégèse augustinienne |journal=Revue des Études Augustiniennes |volume=7 |issue= 1961 |page=115 |issn=0035-2012 |id={{hdl|2042/712}}}}. Cf. [[John Chrysostom]], ''Περι παρθενίας'' (''De Sancta Virginitate''), XIV, 6; SCh 125, 142–145; {{en}} [[Gregory of Nyssa]], ''[http://www.newadvent.org/fathers/130105.htm On the Making of Man]'', 17; SCh 6, 164–165; and {{en}} ''[http://www.newadvent.org/fathers/2907.htm On Virginity]'', 12.2; SCh 119, 402 [17–20]. Cf. {{en}} Augustine of Hippo, ''[http://www.newadvent.org/fathers/1309.htm On the Good of Marriage]'', 2.2; PL 40, 374.</ref> Jelas bahwa alasan Agustinus menjaga jarak dengan hal-hal kedagingan berbeda dengan [[Plotinus]], seorang [[Neoplatonis]],<ref group=note>Walau Agustinus memujinya dalam ''Pengakuan-Pengakuan'' VIII:II, telah diakui secara luas bahwa sikap Agustinus terhadap filsafat pagan tersebut adalah layaknya seorang rasul Kristen, sebagaimana dituliskan oleh T.E. Clarke SJ: "Di sepanjang hidupnya, terdapat suatu sikap yang jelas ambivalen ke arah Neoplatonisme; orang perlu menghadapi kesesuaian maupun perbedaan yang tajam, derivasi tetapi juga penolakan. Dalam hal yang menjadi perhatian kita di sini, kesesuaian dengan Neoplatonisme (dan dengan tradisi Platonis pada umumnya) berpusat pada dua konsep terkait: ketakberubahan sebagai karakteristik utama keilahian, dan keserupaan dengan keilahian sebagai panggilan utama jiwa. Ketidaksesuaiannya terutama berkenaan dengan, seperti yang telah dikatakan, dua dogma sentral Kristen yang berkaitan: Inkarnasi Putra Allah dan kebangkitan daging". {{en}} {{cite journal |last= Clarke, [[Society of Jesus|SJ]] |first= T. E. |title=St. Augustine and Cosmic Redemption |journal= Theological Studies |volume=19 |issue= 1958 |page= 151}} Cf. É. Schmitt's chapter 2: ''L'idéologie hellénique et la conception augustinienne de réalités charnelles'' in: {{fr}} {{cite book |title= Le mariage chrétien dans l'oeuvre de Saint Augustin. Une théologie baptismale de la vie conjugale |author= Idem |year= 1983 |publisher= Études Augustiniennes| location=Paris |pages=108–123}} {{en}} {{cite book |title= The Young Augustine: The Growth of St. Augustine's Mind up to His Conversion |last=O'Meara |first=J.J. |year= 1954 |location=London |pages=143–151 and 195f}} {{fr}} {{cite book |title= Le "platonisme" des Pères |last= Madec |first=G. |page= 42}} in {{cite book |title=Petites Études Augustiniennes |author= Idem |year= 1994|series=«Antiquité» 142| location=Paris |pages= 27–50|publisher= Collection d'Études Augustiniennes}} Thomas Aq. STh I q84 a5; {{en}} Augustine of Hippo, ''[http://www.newadvent.org/fathers/120108.htm City of God]'' (''De Civitate Dei''), VIII, 5; CCL 47, 221 [3–4].</ref> yang mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai tingkatan tertingginya hanya dengan memandang rendah hasrat kedagingan.<ref>{{en}} Gerson, Lloyd P. ''Plotinus''. New York, NY: [[Routledge]], 1994. 203</ref> Agustinus mengajarkan bahwa penebusan, yaitu transformasi dan pemurnian, pada tubuh adalah pada saat [[kebangkitan orang mati|kebangkitan]].<ref>Augustine of Hippo, ''"Enarrations on the Psalms"'' (''Enarrationes in psalmos''), 143:6; [[Corpus Christianorum|CCL]] 40, 2077 [46] – 2078 [74]; ''On the Literal Meaning of Genesis'' (''De Genesi ad Litteram''), 9:6:11, trans. John Hammond Taylor SJ, vol. 2, p. 76-77; PL 34, 397.</ref>
 
[[Berkas:Peter Paul Rubens - St Augustine.JPG|thumbjmpl|leftkiri|''St. Agustinus'' karya [[Peter Paul Rubens]].]]
 
Beberapa penulis menganggap ajaran Agustinus diarahkan untuk melawan [[seksualitas manusia]], serta menghubungkan desakannya untuk melakukan [[abstinensi seksual]] atau mengendalikan nafsu dan ber[[devosi Katolik|devosi]] kepada Allah berasal dari kebutuhan Agustinus untuk menolak kodrat sensualnya sendiri yang besar sebagaimana ia ceritakan dalam ''[[Pengakuan-pengakuan Agustinus|Pengakuan-Pengakuan]]''. Tetapi jika melihat semua tulisannya, nampaknya ada kesalahpahaman.<ref name=Bonner/>{{rp|312}}<ref group=note>Komentar Gerald Bonner menjelaskan sedikit mengapa terdapat banyak penulis yang menulis hal-hal salah mengenai pandangan Agustinus: "Tentu saja selalu lebih mudah untuk menentang dan mencela daripada untuk memahami."</ref> Agustinus mengajarkan bahwa seksualitas manusia telah terluka, bersamaan dengan seluruh kodratnya, dan membutuhkan [[Penebusan (teologi)|penebusan]] oleh Kristus. Penyembuhannya merupakan suatu proses yang diwujudkan dalam tindakan perkawinan (''conjugal acts''). [[Kebajikan]] atau keutamaan abstinensi seksual diperoleh berkat rahmat dari [[Sakramen Perkawinan (Gereja Katolik)|Sakramen Perkawinan]], yang karenanya menjadi suatu obat atas konkupisensi (''remedium concupiscentiae'').<ref>Augustine of Hippo, ''De continentia'', 12.27; PL 40, 368; Ibid., 13.28; PL 40, 369; ''Contra Julianum'', III, 15.29, PL 44, 717; Ibid., III, 21.42, PL 44, 724.</ref><ref>{{en}} {{cite journal| author=| title=A Postscript to the Remedium Concupiscentiae| journal=The Thomist| volume= 70 |year=2006| pages= 481–536 |url=http://www.cormacburke.or.ke/node/932}}</ref> Namun, penebusan atas seksualitas manusia hanya akan tercapai sepenuhnya dalam [[kebangkitan orang mati|kebangkitan badan]].<ref>{{en}} ''[http://www.newadvent.org/fathers/1501.htm Merits and Remission of Sin, and Infant Baptism]'' (''De peccatorum meritis et remissione et de baptismo parvulorum''), I, 6.6; PL 44, 112–113; cf. ''On the Literal Meaning of Genesis'' (De Genesi ad litteram'') 9:6:11, trans. John Hammond Taylor SJ, vol. 2, pp. 76–77; PL 34, 397.</ref>
Baris 253:
 
=== Teologi sakramental ===
[[Berkas:Vittore carpaccio, visione di sant'agostino 01.jpg|thumbjmpl|300px|''[[St. Agustinus dalam Studinya (Carpaccio)|St. Agustinus dalam Studinya]]'', karya [[Vittore Carpaccio]], 1502.]]
 
Dalam perlawanannya terhadap [[Donatisme]], Agustinus juga mengembangkan suatu pembedaan antara "kelayakan" dan "validitas" [[sakramen|sakramen-sakramen]]. Menurutnya suatu sakramen dikatakan layak apabila dilayankan oleh [[klerus]] dari Gereja Katolik, sementara sakramen yang dilayankan oleh kaum [[skisma]]tik dipandang tidak layak (''irregular''). Namun demikian, validitas atau keabsahan sakramen tidak bergantung pada kesucian pastor atau imam yang melayankannya (''[[ex opere operato]]''); oleh karena itu, sakramen yang tidak layak masih dapat diterima secara valid apabila dilayankan dalam nama Kristus dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh Gereja. Dalam hal ini Agustinus berbeda dengan ajaran sebelumnya dari [[Siprianus]], yang mengajarkan bahwa para konver dari gerakan skismatik harus dibaptis ulang.<ref name="Gonzalez"/>
Baris 264:
Untuk menentang gerakan Kekristenan tertentu, yang beberapa di antaranya menolak penggunaan [[Alkitab Ibrani]], Agustinus menjawab bahwa Allah telah memilih kaum [[Yahudi]] sebagai suatu bangsa pilihan,<ref>{{en}} Diarmaid MacCulloch. ''[[The Reformation: A History]]'' (Penguin Group, 2005) p 8.</ref> dan ia menganggap tindakan [[Kekaisaran Romawi]] menceraiberaikan orang-orang Yahudi sebagai suatu penggenapan nubuat.<ref>{{en}} Augustine of Hippo, ''City of God'', book 18, chapter 46.</ref> Ia menolak perilaku membunuh, dengan mengutip bagian dari nubuat yang sama, yaitu "Jangan bunuh mereka, supaya mereka tidak lupa akan hukum-Mu" ([[Mazmur 59]]:11). Agustinus, yang meyakini bahwa orang-orang Yahudi akan memeluk Kristen pada "[[akhir zaman]]", berpendapat bahwa Allah telah memungkinkan mereka bertahan hidup dalam dispersi mereka sebagai suatu peringatan kepada orang-orang Kristen; karena itu ia berpendapat bahwa mereka seharusnya diizinkan untuk tinggal di tanah orang-orang Kristen.<ref>{{en}} Edwards, J. (1999) ''The Spanish Inquisition'', Stroud, pp. 33–35, ISBN 0-7524-1770-3.</ref> Sentimen yang terkadang dikaitkan dengan Agustinus yang menyebutkan bahwa orang-orang Kristen seharusnya membiarkan orang-orang Yahudi "untuk bertahan hidup tetapi tidak untuk berkembang" (contohnya, hal ini diulang oleh penulis James Carroll dalam bukunya ''Constantine's Sword'')<ref>{{en}} James Carroll, ''Constantine's Sword'' (Houghton Mifflin Harcourt, 2002), p. 219.</ref><ref>{{en}} [http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,1864878,00.html Paula Fredriksen, interviewed by David Van Biema, "Was Saint Augustine Good for the Jews?"] in [[TIME|''Time'' magazine]], December 7, 2008.</ref> adalah [[apokrif]] dan tidak ditemukan dalam satu pun tulisannya.<ref>{{en}} Fredriksen interviewed by Van Biema, "Was Saint Augustine Good for the Jews?"</ref>
 
[[Berkas:Antonio Rodríguez - Saint Augustine - Google Art Project.jpg|thumbjmpl|Lukisan ''Santo Agustinus'' karya Antonio Rodríguez.]]
 
== Karya-karya ==
Baris 273:
 
== Pengaruh ==
[[Berkas:Vergós Group - Saint Augustine Disputing with the Heretics - Google Art Project.jpg|thumbjmpl|leftkiri|''St. Agustinus Mendebat Para [[Bidat]]'', lukisan karya Keluarga Vergós.]]
 
Dalam pemikiran filosofis maupun teologisnya, Agustinus banyak dipengaruhi oleh [[Stoikisme]], [[Platonisme]], dan [[Neoplatonisme]], terutama oleh karya [[Plotinus]] (penulis ''[[Enneades]]''), kemungkinan melalui perantaraan [[Porfirius]] dan [[Gaius Marius Victorinus|Victorinus]] (sebagaimana didalilkan oleh [[Pierre Hadot]]). Meskipun ia kemudian meninggalkan Neoplatonisme, beberapa gagasan terkait masih terlihat dalam tulisan-tulisan awalnya.<ref>{{en}} Bertrand Russell ''History of western Philosophy'' Book II Chapter IV</ref> Tulisan awalnya yang berpengaruh mengenai [[kehendak (filsafat)|kehendak manusia]], suatu topik sentral dalam [[etika]], kelak menjadi fokus para filsuf seperti [[Arthur Schopenhauer|Schopenhauer]], [[Søren Kierkegaard|Kierkegaard]], dan [[Friedrich Nietzsche|Nietzsche]]. Ia juga dipengaruhi oleh karya-karya [[Virgil]] atau Vergilius (dikenal karena ajarannya mengenai bahasa) dan [[Cicero]] (dikenal karena ajarannya mengenai argumen).<ref name=encyclopedia/>
Baris 280:
Filsuf [[Bertrand Russell]] terkesan dengan permenungan Agustinus mengenai hakikat dari waktu yang tertulis di dalam ''[[Pengakuan-pengakuan Agustinus|Pengakuan-Pengakuan]]'', memandangnya lebih baik daripada versi [[Immanuel Kant]] yang menganggap waktu adalah subjektif.<ref>{{en}} Bertrand Russell, ''[[A History of Western Philosophy]]'', 1946, reprinted Unwin Paperbacks 1979, pp. 352–353.</ref> Para teolog Katolik umumnya mengikuti keyakinan Agustinus bahwa Allah hadir [[keabadian|di luar waktu]] dalam "masa kini yang kekal"; bahwa waktu hanya terdapat di dalam alam ciptaan karena waktu hanya dapat dirasakan dalam dimensi ruang, yaitu melalui gerak dan perubahan.<ref>''Pengakuan-Pengakuan'', Kitab XI-XIII : Renungan Kitab Kejadian dan Nilai Rohani Penciptaan</ref> Permenungan Agustinus tentang hakikat waktu terkait erat dengan pertimbangannya mengenai kemampuan [[ingatan]] manusia. [[Frances Yates]] dalam studinya pada tahun 1966, ''[[The Art of Memory]]'' (Seni Daya Ingat), berpendapat bahwa suatu paragraf singkat dari ''Pengakuan-Pengakuan'', X-VIII.12, di mana Agustinus menuliskan tentang perjalanan menaiki suatu tangga dan memasuki bidang ingatan yang sangat luas,<ref>{{la}}{{en}} [http://www.stoa.org/hippo/comm10.html#CB10C8S12 Confessiones Liber X: commentary on 10.8.12]</ref> jelas menunjukkan bahwa orang-orang Romawi kuno memahami bagaimana menggunakan metafora spasial dan arsitektural sebagai suatu teknik [[mnemonik]] untuk mengelola sejumlah besar informasi.
 
[[Berkas:Vergós Group - Saint Augustine Meditates on the Trinity when the Child Jesus Appears before him - Google Art Project.jpg|thumbjmpl|''Santo Agustinus Bermenung tentang Trinitas ketika [[Kanak-kanak Yesus|Kanak-Kanak Yesus]] Menampakkan Diri di Hadapannya'', karya Keluarga Vergós.]]
 
Metode filosofis Agustinus, terutama yang ditunjukkannya dalam ''Pengakuan-Pengakuan'', telah menunjukkan pengaruh yang berkesinambungan dalam filsafat Eropa sepanjang abad ke-20. Pendekatan deskriptifnya atas niat atau intensionalitas, daya ingat, dan bahasa, saat fenomena-fenomena ini dialami di dalam alam kesadaran serta waktu, menginspirasi cara pandang [[hermeneutika]] dan [[fenomenologi]] modern.<ref>{{en}} {{cite book| last=de Paulo| first=Craig J. N.| title=The Influence of Augustine on Heidegger: The Emergence of an Augustinian Phenomenology| year=2006| publisher=[[The Edwin Mellen Press]] | isbn=0773456899}}</ref> [[Edmund Husserl]] menuliskan: "Analisis kesadaran akan waktu adalah suatu intisari purba dari psikologi deskriptif dan teori pengetahuan. Pemikir pertama yang memiliki kepekaan mendalam pada kesulitan luar biasa yang dapat ditemukan di sini tersebut adalah Agustinus, yang telah bekerja keras hampir-hampir tanpa harapan dalam mengatasi masalah ini."<ref>{{en}} Husserl, Edmund (1964) ''Phenomenology of Internal Time-Consciousness.'' Tr. James S. Churchill. Bloomington: Indiana UP, p. 21.</ref> [[Martin Heidegger]] merujuk pada filsafat deskriptif Agustinus di beberapa bagian dalam karyanya yang berpengaruh, ''[[Wujud dan Waktu]]''.<ref group=note>Sebagai contoh, artikulasi-artikulasi Heidegger tentang bagaimana "Wujud-di-dunia-ini" dideskripsikan melalui berpikir mengenai ''melihat'': "Prioritas yang luar biasa atas 'melihat' utamanya telah diketahui oleh Agustinus, dalam kaitannya dengan penafsirannya atas ''[[konkupisensi|concupiscentia]]''." Heidegger kemudian mengutip ''Pengakuan-Pengakuan'': "Melihat selayaknya adalah milik mata. Tetapi kita bahkan menggunakan kata 'melihat' ini untuk indra lainnya ketika kita menumpukannya untuk mengenal... Kita tidak hanya mengatakan, 'Lihat bagaimana sinarnya', ... namun kita bahkan mengatakan, 'Lihat bagaimana kedengarannya{{'"}}. {{en}} ''Being and Time'', Trs. Macquarrie & Robinson. New York: Harpers, 1964, p. 171.</ref> [[Hannah Arendt]] memulai tulisannya mengenai filsafat dengan suatu disertasi mengenai konsep cinta menurut Agustinus, ''Der Liebesbegriff bei Augustin'' (1929): "Arendt muda berupaya untuk menunjukkan bahwa dasar filosofis untuk ''vita socialis'' (kehidupan sosial) pada Agustinus dapat dipahami sebagai berdiam dalam cinta yang bersahabat, berakar dalam pemahamannya mengenai asal mula kemanusiaan."<ref>{{en}} {{cite journal|author=Chiba, Shin|title= Hannah Arendt on Love and the Political: Love, Friendship, and Citizenship|journal=The Review of Politics|volume= 57|issue= 3 |year=1995|pages= 505–535 (507)|jstor=1408599|doi=10.1017/S0034670500019720}}</ref> Jean Bethke Elshtain dalam ''Augustine and the Limits of Politics'' berusaha untuk mengaitkan Agustinus dengan Arendt dalam konsep mereka mengenai kejahatan: "Agustinus tidak melihat kejahatan sebagai kedurjanaan yang mengagumkan tetapi lebih sebagai ketiadaan kebaikan, sesuatu yang secara paradoks benar-benar tidak ada. Arendt ... bahkan membayangkan kejahatan ekstrem yang menghasilkan [[Holokaus]] benar-benar banal [dalam ''[[Eichmann in Jerusalem]]'']."<ref>{{en}} {{cite journal| author=Tinder, Glenn| journal=[[American Political Science Review]]| volume= 91| issue= 2| year=1997| title=Augustine and the Limits of Politics, by Jean Bethke Elshtain| pages= 432–433| url=http://www.unz.org/Pub/AmPoliticalScienceRev-1997jun-00432| doi=10.2307/2952372| last2=Elshtain| first2=Jean Bethke}}</ref> Peninggalan filosofis Agustinus terus mempengaruhi teori kritis kontemporer melalui kontribusi-kontribusi dan para figur pewarisnya dari abad ke-20. Dilihat dari suatu perspektif historis, terdapat tiga perspektif utama dalam pemikiran politik Agustinus: pertama, Agustinianisme politik; kedua, teologi politik Agustinian; dan ketiga, teori politik Agustinian.<ref>{{en}} {{cite journal| author=Woo, B. Hoon| journal= Political Theology |volume= 16 |issue= 5 |year=2015 |title= Pilgrim's Progress in Society—Augustine's Political Thought in ''The City of God'' |pages= 421–441 |url= https://www.academia.edu/16870779/_Pilgrim_s_Progress_in_Society_Augustine_s_Political_Thought_in_The_City_of_God_Political_Theology_16.5_2015_421_441 |doi= 10.1179/1462317X14Z.000000000113}}</ref>