Oo Nina Bobo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks semi otomatis (-Obyek, +Objek; -obyek, +objek)
Baris 38:
'''"OO NINA BOBO"''' diangkat dari kisah [[lagu]] [[Nina Bobo]]. Lagu yang sering dinyanyikan para [[orang tua]] sebagai lagu pengantar [[tidur]]. [[Lima]] [[tahun]] yang lalu, terjadi pembantaian misterius. Ditemukan seorang [[ibu]] [[mati]] tergantung, sang [[suami]] mati terjatuh dari [[tangga]] dan [[anak]] [[gadis]] bungsunya Lala yang masih berumur [[6]] tahun ditemukan sudah tak bernyawa di kamarnya. Yang bisa selamat dari peristiwa itu hanya [[anak laki-laki]]nya yang berumur [[7]] tahun, Ryan ([[Firman Ferdiansyah]]). Sejak saat itu Ryan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan dirawat di panti. Kondisi emosinya labil dan seringkali mengalami [[mimpi]] buruk. Perlahan, Ryan menutup dirinya dan melakukan fiksasi terhadap trauma yang dialaminya, Ryan bersikap seakan-akan dia lupa terhadap semua peristiwa tersebut.
 
Lima tahun kemudian hadirlah Karina ([[Revalina S. Temat]]), [[psikiater]] yang sedang mengambil tesis [[S2]], dan menjadikan Ryan yang sudah berumur [[12]] tahun sebagai obyekobjek penelitiannya. Sekalipun Ryan dianggap [[normal]] dan siap dikeluarkan dari panti, namun Karina ingin melakukan [[eksperimen]] terakhir. Dia ingin mengajak Ryan kembali ke [[rumah]]nya yang lama. Karina yang sangat percaya pada [[teori]] [[empiris]]nya bahwa salah satu cara paling efektif untuk mengatasi PTSD adalah mengajak [[korban]] ke [[lokasi]] dan dia harus [[belajar]] menghadapi situasi yang bisa memancing traumanya.
 
Sekali pun banyak seniornya yang mengkhawatirkan treatment ini, namun Karina bersikeras bahwa dia bisa melakukannya. Jika Ryan tetap bersikap normal, maka berarti Ryan memang sudah berhasil menghadapi traumanya. Sahabatnya, Bams ([[Daniel Topan]]) mengingatkannya tentang pengakuan Ryan pada awal pemeriksaan yang menceritakan ada kemungkinan keterlibatan makhluk lain di rumah tersebut dan menjadi penyebab kematian keluarganya. Mendengar hal itu, Karina tetap tidak percaya sama sekali dan bersikap skeptis.