Barongan Kudus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Barongan Kudus merupakan salah satu bentuk kebudayaan Jenis Reog Ponorogo yang berdada dan berkembang di Kudus, Jawa Tengah.'
 
Dubaya (bicara | kontrib)
sejarah
Baris 1:
Barongan Kudus merupakan salah satu bentuk kebudayaan Jenis [[Reog (Ponorogo)|Reog Ponorogo]] yang berdadaberada dan berkembang di [[Kabupaten Kudus|Kudus]], Jawa Tengah.<ref>http://visitjawatengah.jatengprov.go.id/detailwisata.php?a733fa9b25f33689e2adbe72199f0e62-623-Barongan</ref>
 
== Sejarah ==
 
==== Penyerangan Demak Ke Wengker ====
Kekalahan Demang Wengker ki Ageng Surya Alam akibat serbuan dari [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]] dan [[Kesultanan Demak]] yang dipimpin oleh Lembu Kanigara membuat dendam prajurit wengker yang masih hidup. Pada awalnya Kerajaan Majapahit dan Demak sudah beberapa kali berkerja sama untuk menyerang wengker, tetapi selalu kalah dan kesulitanakan strategi perang yang dimiliki pihak wengker, hingga mendapat informasi bahwa titik lemah wengker pada senjata Demang Wengker dan dicurilah senjata tersebut oleh Lembu Kanigara melalu putri Demang Wengker, Niken Gandini. Hingga pada Wengker Kalah berganti nama menjadi [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]] dan diambil alih oleh Kesultanan Demak, prajurit Demang Wengker yang masih Hidup berencana untuk menghancurkan Kesultanan Demak.<ref>[[Bathara Katong]]</ref>
 
Prajurit Wengker dengan membawa barongan dari Ponorogo mendiami di sekitar wilayah terdekat kesultanan Demak seperti di kota Demak, Kendal, Semarang, Kudus, Jepara yang berambisi meruntuhkan kesultanan dengan cara membuat keributan yang tidak mudah untuk dilumpuhkan, meski hingga kesultanan Demak runtuh pun para prajurit wengker di kudus masih membuat keributan yang selalu membuat rakyat ketakutan.
 
==== Kekacauan Berdampak ke Kudus ====
Ketika kudus dibawah naungan kerajaan Belanda, pada abad ke 17 prajurit Wengker yang berada di kota Kudus dipimpin oleh Warok Suro Wage selalu melakukan kerusuhan hebat tiada henti pembegalan, perampokan, pembunuhan, penjarahan harta, peperangan yang meresahakan rakyat kudus yang kaya terutama rakyat belanda.
 
Kelompok Warok Suro Wage sulit dikenali pihak Belanda karena selalu menggunakan topeng bujang ganong dengan mengenakan pakaian tertutup serba hitam ketika melakukan aksi kejahatan. namun setelah merampok, harta hasil rampokan dibagikan kepada rakyat kudus yang kurang mampu serta mengadakan pesta dan pertunjukan barongan dengan cerita sindirian kepada raja majapahit yang dibawakan oleh ki ageng surya alam .
 
Akibatnya tentara kerajaan Belanda pun turun tangan dalam segi keamanannya karena sering menjadi tujuan perampokan. Namun para perusuh kelompok warok suro wage beserta anak buahnya rupanya lebih pandai , lebih pemberani, ahli ilmu bela diri kesaktian yang tinggi, kebal dan tangguh dari pada tentara kerajaan Belanda, terlebih kelompok warok suro wage kebal senjata tajam dan peluru akhirnya penduduk tetap saja merasa resah dan dalam keraguan ,sehingga tentara keamanan Belanda lumpuh total.
 
Hingga pada pihak Belanda melalui bupati kudus menunjuk warok suro wijoyo berasal dari ponorogo yang merupakan pengawal bupati Kudus untuk menangkap warok suro wage, karena hanya orang satu ilmulah yang mampu menghentikan aksi kejahatan warok suro wage.
 
==== Penangkapan Warok Suro Wage ====
Warok Suro Wijoyo atau lebih dikenal Sowijoyo memohon bupati kudus untuk meminta bantuak kepada bupati ponorogo supaya memberikan bantuan dengan mengirim pasukan warok untuk menangkap warok suro wage dan bupati ponorogo menyetujui. warok suro wijoyo dengan mengenakan topeng pentul potrojoyo sebagai jimat bersama pasukan warok ponorogo mengejar kelompok warok suro wage hingga terjadi peperangan beradu kesaktian.
 
Pihak Warok Suro Wage mengalami kekalahan meski sama - sama sakti dan hebat dalam perang, namun karena pasukan warok suro wage kalah jumlah dibandingkan pasukan warok suro wijoyo dan di tangkap untuk menghadap kepada bupati kudus. Untuk merayakan kedamaian di kota kudus, di adakanlah pesta perayaan serta pertunjukan barongan dan mengangkat Warok Suro Wijoyo dari pengawal bupati menjadi adipati candi kudus kulon dengan gelar Pangeran Singopadon serta penyerahan hadiah berupa bidang tanah bahwa separuh dari kota Kudus, mulai dari batas kali Gelis ke barat.
 
Kemudian dikeluarkanlah pengumuman dalam pertunjukan barongan di kudus dilarang memerankan tokoh bujang ganong karena simbol dari warok suro wage, maka tokoh bujang ganong di rubah dengan tokoh pentul potrojoyo.