Dekadensi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Whisperwind12 (bicara | kontrib)
k menyunting
Whisperwind12 (bicara | kontrib)
k menyunting
Baris 1:
Secara umum kata '''dekadensi''' dapat diartikan sebagai "penurunan" atau "kemerosotan", dalam penggunaannya, kata dekadensi lebih sering merujuk pada segi-segi sosial seperti moral, ras, bangsa, agama, sikap dan seni. Istilah dekadensi muncul pada akhir abad ke-19 di Eropa, sebagai protes terhadap aliran neo-klasikal dan romantisme. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial-politik masyarat di masa itu yang melatarbelakangi munculnya istilah tersebut. Pada masa itu muncul suatu gerakan yang disebut ''Decadent Movement,'' yang dipimpin oleh Charles Baudelaire, Charles Baudelaire, J.K. Huysmans, Paul Verlaine, Arthur Rimbaud, Stéphane Mallarmé, dkk di Perancis.<ref>{{Cite journal|last=|first=|date=2012|title=Aestheticism, Decadence And Symbolism: Fin de
Siècle Movements in Revolt|url=https://www.inflibnet.ac.in/ojs/index.php/JLCMS/article/view/1650/1456|journal=Journal of Literature, Culture and Media Studies|volume=IV 7&8|issue=|doi=|pmid=|access-date=}}</ref> Gerakan tersebut (''Decadent Movement'') mengkritik gaya hidup yang lebih mengutamakan emosi dan perasaan dari pada kenyataan. Menurut mereka, hal semacam itu merupakan suatu kemunduran budaya.
 
Ditinjau dari segi bahasa, kata dekadensi sendiri berasal dari bahasa latin abad pertengahan, ''(dēcadentia),'' yang kemudian diserap menjadi ''decadence'', yang berarti "kemunduran" atau "kemerosotan" dalam bahasa inggris.