Kerajaan Kahuripan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Cosmetic changes |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
[[Gambar:Locator kahuripan.png|thumb|right|300px|Letak pusat kerajaan Kahuripan]]
-->
'''Kahuripan'''
==Runtuhnya Kerajaan Medang==
[[Airlangga]] adalah putera pasangan [[Mahendradatta]] (saudari [[Dharmawangsa Teguh]]) dan [[Udayana]] raja [[Bali]]. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama [[Narotama]]. Sejak saat itu [[Airlangga]] menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wanagiri).
==Airlangga
Pada tahun 1009, datang para utusan rakyat meminta agar [[Airlangga]] membangun kembali [[Kerajaan Medang]]. Karena kota Watan sudah hancur, maka, [[Airlangga]] pn membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat [[Gunung Penanggungan]].
Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah [[Airlangga]] hanya meliputi daerah [[Gunung Penanggungan]] dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan [[Kerajaan Medang]] yang membebaskan diri. Baru setelah [[Kerajaan Sriwijaya]] dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala di [[India]] tahun 1023. [[Airlangga]] merasa leluasa membangun kembali kejayaan [[Wangsa Isyana]].
Peperangan demi peperangan dijalani [[Airlangga]]. Satu demi satu kerajaan-kerajaan di [[Jawa Timur]] dapat ditaklukkannya. Namun pada tahun 1032 [[Airlangga]] kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat bagai raksasa.
[[Airlangga]] kemudian membangun ibu kota baru bernama Kahuripan di daerah [[Sidoarjo]] sekarang. Musuh wanita dapat dikalahkan, bahkan kemudian Raja Wurawari pun dapat dihancurkan pula. Saat itu wilayah kerajaan mencakup hampir seluruh [[Jawa Timur]].
Nama Kahuripan inilah yang kemudian lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin [[Airlangga]], sama halnya nama [[Singhasari]] yang sebenarnya cuma nama ibu kota, lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin [[Kertanagara]].
Pusat kerajaan [[Airlangga]] kemudian dipindah lagi ke [[Daha]], berdasarkan prasasti Pamwatan, 1042 dan ''[[Serat Calon Arang]]''.
==Kahuripan sebagai ibu kota Janggala==
Pada akhir pemerintahannya, [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu [[Sanggramawijaya Tunggadewi]], memilih menjadi pertapa dari pada naik takhta.
Pada akhir November 1042, [[Airlangga]] terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama [[Kadiri]] beribu kota di [[Daha]], diserahkan kepada [[Sri Samarawijaya]], serta bagian timur bernama [[Janggala]] beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada [[Mapanji Garasakan]].
Setelah turun takhta, [[Airlangga]] menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049.
==Kahuripan dalam sejarah Majapahit==
Nama Kahuripan muncul kembali dalam catatan sejarah [[Kerajaan Majapahit]] yang berdiri tahun 1293. [[Raden Wijaya]] sang pendiri kerajaan tampaknya memperhatikan adanya dua kerajaan yang dahulu diciptakan oleh [[Airlangga]].
Dua kerajaan tersebut adalah [[Kadiri]] alias [[Daha]], dan [[Janggala]] alias Kahuripan atau Jiwana. Keduanya oleh [[Raden Wijaya]] dijadikan sebagai daerah bawahan yang paling utama. [[Daha]] di barat, Kahuripan di timur, sedangkan [[Majapahit]] sebagai pusat.
''[[Pararaton]]'' mencatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai ''Bhatara i Kahuripan'', atau disingkat ''Bhre Kahuripan''. Yang pertama ialah [[Tribhuwana Tunggadewi]] putri [[Raden Wijaya]]. Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh [[Gajah Mada]] yang diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan [[Ra Kuti]].
[[Hayam Wuruk]] sewaktu menjabat [[yuwaraja]] juga berkedudukan sebagai raja Kahuripan bergelar ''Jiwanarajyapratistha''. Setelah naik takhta [[Majapahit]], gelar Bhre Kahuripan kembali dijabat ibunya, yaitu [[Tribhuwana Tunggadewi]].
Sepeninggal [[Tribhuwana Tunggadewi]] yang menjabat Bhre Kahuripan adalah cucunya, yang bernama Surawardhani. Lalu digantikan putranya, yaitu [[Ratnapangkaja]].
Sepeninggal [[Ratnapangkaja]], gelar Bhre Kahuripan disandang oleh keponakan istrinya ([[Suhita]]) yang bernama [[Rajasawardhana]]. Ketika [[Rajasawardhana]] menjadi raja [[Majapahit]], gelar Bhre Kahuripan diwarisi putra sulungnya, yang bernama Samarawijaya.
==Kepustakaan==
* Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara'' (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
{{Kerajaan di Jawa}}
|