Ahmad Yani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Ejaan nama
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 31:
}}
 
[[Jenderal]] [[TNI]] [[Anumerta]] '''Ahmad Yani''' (juga dieja '''Achmad Yani'''; {{lahirmati|[[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]]|19|6|1922|[[Lubang Buaya]], [[Jakarta]]|1|10|1965}}) adalah Panglimakomandan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]], dan dibunuh oleh anggota [[Gerakan 30 September/PKI]] yangsaat mencoba untuk menculik dia dari rumahnya.,di karenakan sebagai anggota DEWAN JENDRAL
 
DEWAN JENDRAL"
 
== Kehidupan awal ==
Ahmad Yani lahir di Jenar, [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]] pada tanggal 19 Juni 1922 di keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik [[gula]] yang dijalankan oleh pemilik Belanda. Pada tahun 1927, Yani danpindah dengan keluarganya pindah ke [[Batavia]], di mana ayahnya kini bekerja untuk jenderalGeneral Belanda. Di Batavia, Yani menjalanibekerja jalan melalui pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah menengah atastinggi untuk menjalani wajib militer di tentara pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] pemerintah kolonial. Ia belajar topografi militer di [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]], tetapi pendidikan ini terganggu oleh kedatangan pasukan [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1942. Pada saat yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.
 
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara yang didirikan olehdisponsori Jepang yaitu [[Pembela Tanah Air|Peta (Pembela Tanah Air)]], dan menjalani pelatihan lebih lanjut di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton Peta dan dipindahkan ke [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]] untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke [[Kota Magelang|Magelang]] sebagai instruktur.
 
== Karier militer ==
[[Berkas:Yani1958.jpg|fight|thumb|Kolonel Yani memimpin briefing pada {{death date and age|1958|4|12|1922|6|19}} selama "Operasi Agustus 17'']]
 
Setelah proklamasi [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]] Yani bergabung dengan tentara Republik Indonesiarepublik yang masih muda dan berjuang melawan Belanda. Selama bulan-bulan pertama setelah proklamasiDeklarasi Kemerdekaan, Yani membentuk batalion dengan dirinya sebagai Komandan dan berhasil memimpin batalionnyakepada memenangkan pertempurankemenangan melawan tentara [[Britania Raya|Inggris]] di Magelang. Yani kemudian diikuti ini dengan berhasil mempertahankan Magelang melawan tentara Belanda yangketika ia mencoba untuk mengambil alih kota, sehingga ia mendapat julukan sebagai "Juruselamat Magelang". PrestasiSorot lain yang menonjol dalam karier Yani selama periode ini adalah serangkaian serangan gerilya yang diluncurkan pada awal 1949 untuk mengalihkan perhatian Belanda sementara Letnan Kolonel [[Soeharto]] mempersiapkandipersiapkan untuk Serangan Umum 1 Maret yang diarahkan kepada [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].
 
Setelah Kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda, Yani dipindahkan ke [[Kota Tegal|Tegal]], [[Jawa Tengah]]. Pada tahun 1952, ia dipanggil kembali beraksi untuk melawan [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]], sebuah kelompok pemberontak yang berusaha untuk mendirikan sebuah pemerintah teokrasi di Indonesia. Untuk menghadapi kelompok pemberontak ini, Yani membentuk sebuah kelompok pasukan khusus yang disebut'' The Banteng Raiders''. Keputusan untuk memanggil Yani terbayardividen dibayar dan selama 3 tahun ke depan dengan kalahnya satu persatu basis, pasukan Darul Islam di [[Jawa Tengah]] menderita satu kekalahan demi satu.
 
Di bulanPada Desember 1955, Yani berangkat ke [[Amerika Serikat]] untuk belajar di Sekolah Komando dan Staf Umum diCollege, Fort Leavenworth, Texas, Amerika Serikat. SekembalinyaKembali dari Amerika Serikat dipada tahun 1956, Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] di mana ia menjadi anggota staf Umum untuk [[Abdul Haris Nasution]]. Di Markas Besar Angkatan Darat, Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian.
 
Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan'' Operasi 17 Agustus'' terhadap [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] yang memberontakpemberontak di Sumatera Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali [[Kota Padang|Padang]] dan [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]], dan keberhasilan ini menyebabkan ia dipromosikan menjadi Deputiwakil II Kepala Staffkepala Angkatan Darat padake-2 tanggalstaf pada 1 September 1962, dan kemudian menjadi PanglimaKepala Angkatan Darat stafnya pada tanggal 13 November 1963 (sehingga otomatis ia menjadi menteri/anggota kabinet), menggantikan Jenderal [[Abdul Haris Nasution|Nasution]].
 
== Akhir hayat ==
[[Berkas:Yani Home.jpg|thumb|upright|Plak menandai tempat ketika Yani jatuh setelah ditembak oleh anggota [[Gerakan 30 September]] - mantan rumahnya sekarang menjadi museum. Perhatikan lubang peluru di pintu.]]
 
Sebagai Presiden, [[Soekarno]] cenderungbergerak lebih dekat ke [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di awal tahun 60-an. Yani yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan dukungannya terhadap pembentukan'' kekuatan kelima'' (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan Sukarno mencoba untuk memaksakan doktrinmemaksakannya ''[[Nasakom]]'' (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di tubuh militer. Karena haluan politikKeduanya, Yani dan Nasution yang berlawanan dengan Presiden Soekarno, mereka berusaha menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno pada tanggal 31 Mei 1965 untuk mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyat.
 
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, [[Gerakan 30 September]] mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim yang terdiri dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6 di pinggiran Jakarta, di daerah [[Menteng, Jakarta Pusat]]. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian menceritakanmelaporkan bahwa seminggu sebelumnya peristiwa tersebut, rumah mereka diberi tambahan enam orang yangditugaskan bertugaskepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Gerakan 30 September. Menurut istri Yani, orang-orang tambahan tersebut tidak muncul untuk bertugas pada malam itu. Yani dan anak-anaknya sedang tidur di rumahnya sementara istrinya sedang pergi keluar merayakan ulang tahunnya bersama sekelompok teman-teman dan kerabat. IstrinyaDia kemudian menceritakan bahwa saat ia pergi dari rumah sekitar pukul 23.00, ia melihat seseorang duduk di seberang jalan seakan mengawasimenjaga rumah merekadi bawah pengawas. Dia tidak berpikir apa-apa pada saat itu, tetapi setelah peristiwa pagi itu ia menjadi bertanya-tanya berbeda. Juga, sejakdari sekitar pukuljam 21.009 pada malam tanggal 30 September, terdapatada sejumlah panggilan telepon ke rumah pada interval, yang ketika dijawabmenjawab tidakakan bertemu dengan keheningan terdengaratau suara apa-akan bertanya apa diwaktu seberang telponitu. Panggilan-panggilan semacam ini terus terjadi sampai sekitar pukul 01.00 dan Ny.Mrs Yani mengatakan dia memiliki firasat sesuatu bahwa ada sesuatu yang salah di malam itu.
 
Yani menghabiskan malam tersebut dengan melakukan beberapa pertemuan. Pada, pukul 19.007 malam ia menerima tamu, seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi yaitu. Jendral [[Basuki Rahmat]], komandan divisi di [[Jawa Timur]], yang barukemudian tiba dari markasnya di [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani keprihatinannyapada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. YaniMemuji memujilaporannya, laporan Basuki danYani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan laporannya.
 
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak permintaannya,ia iamenjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, yangmembunuhnya seketikasecara membunuhnyaspontan. Tubuhnya dibawa ke [[Lubang Buaya]] di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan paraorang-orang dari jenderal lain yang dibunuh lainnya, dikuburkandisembunyikan di sebuah sumur bekas.
 
Tubuh Yani, dan paraorang-orang korban lainnya, diangkat dari sumur bekas tersebut pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi upacara pemakaman kenegaraan dipada hari berikutnya, kemudiasebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di [[Kalibata]]. Pada hari yang sama, Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan sebagai Pahlawan'' dari Revolusi'' melaluidengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari [[Letnan Jenderal]] keuntuk Jendralbintang Berbintangke-4 Empat[[umum]] ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]:''Jenderal Anumerta'').
 
NyIbu Yani dan anak-anaknya pindah dari rumah setelah kematian Yani. NyIbu Yani membantu rekonstruksimembuat bekas rumah mereka dike Museum museumpublik yang didirikanberdiri padasebagian bulanbesar seperti itu pada Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan menyumbangkandengan perabotanperabot rumah itu waktu itu. Saat ini, banyak kota di Indonesia yang memiliki jalan dengan namadinamai Yani. Selain itu namanya diabadikan untuk [[Bandar Udara Internasional Achmad Yani]] di Semarang.
 
== Pendidikan ==