Soekarno: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sdavidsubijanto (bicara | kontrib)
k →‎Masa kecil dan remaja: Mengganti nama "Dharsono" dengan "Darsono" dan menghilangkan pranala ke halaman HR Dharsono
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{lindungidarianon2|small=yes}}
{{Infobox President
{{Infobox_President
|honorific-prefix = <small> [[Dr.(H.C.)]] [[Insinyur|Ir.]] [[Haji|H.]]</small>
|name = Soekarno
|image = Presiden_SukarnoPresiden Sukarno.jpg
|image_size = 220px
|office = Presiden Indonesia
Baris 33:
|term_end2 = 25 Juli 1966
|predecessor2 = [[Djuanda Kartawidjaja]]
|successor2 = [[Soeharto]]<br /><small>(Ketua Presidium Kabinet)
|birth_name = Koesno Sosrodihardjo
|birth_date = {{birth date|1901|6|6}}
Baris 93:
 
[[Berkas:Konfrensi Asia Afrika.webm|thumb|right|200px|Soekarno di [[Konferensi Asia-Afrika]]]]
[[Dr.(H.C.)]] [[Insinyur|Ir.]] [[Haji|H.]] '''Soekarno'''<sup>[[#Nama|1]]</sup> ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sukarno''', [[nama lahir]]: '''Koesno Sosrodihardjo''') ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|6|6|1901|[[Jakarta]]|21|6|1970}}){{refn|group=note|name=oto|Dalam otobiografi ''Sukarno, An Autobiography as Told to Cindy Adams'' (Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965) Sukarno menyebutkan lahir di Surabaya, ''"Bapak dipindah ke Surabaya dan di sanalah aku dilahirkan"'' (halaman 26), selanjutnya ''"Aku dilahirkan pada tahun 1901... Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 Juni."'' (halaman 21). Namun dalam beberapa dokumen mencantumkan tanggal 6 Juni 1902 di antaranya ''"Dalam Buku Induk [[TH Bandoeng]] yang sekarang masih tersimpan di [[ITB]] terbaca bahwa tanggal lahir Soekarno adalah 6 Juni 1902."''<ref name=goen />{{Rp|37}}<ref name=saka>{{id}} Sakri, A. (1979a). ''Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979''. Jilid I: Selintas Perkembangan. Bandung: Penerbit ITB.</ref>{{Rp|16}} Pendapat lain adalah ''"Dari Buleleng, ia mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke Surabaya tahun 1901. Dan pada 1902 Soekarno lahir. "Kalau akhirnya dibuat 1901 itu mungkin untuk memudahkan sekolahnya saja," ujar Nurinwa."''<ref>{{cite web|url=http://www.tribunnews.com/2010/08/29/antropolog-ugm-bung-karno-di-surabaya|title=Antropolog UGM: Bung Karno Lahir di Surabaya|authors=Iswidodo (ed.), Surya|publisher=tribunnews.com|date=Minggu, 29 Agustus 2010 20:28 WIB|accessdate=11 September 2015}}</ref> Adapun kontradiksi perbedaan tahun kelahiran ini akhirnya dapat dijelaskan dalam dialog antara Sukarno dan ayahnya pada halaman 35 ''"Kalau perlu kita berbohong. Kita akan mengurangi umurmu satu tahun. Pada tahun ajaran yang baru engkau akan didaftarkan dengan umur tiga belas." - Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa tanggal kelahiran Sukarno yang sesungguhnya adalah tanggal '''6 Juni 1901'''.}}{{refn|group=note|name=lahir|''"Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970."''<ref name=pustaka>{{cite web|title = Soekarno - biografi|work =|publisher = [[Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia]]|date = |url = http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=1&presiden=sukarno|format =|doi =|accessdate = 6 Juni 2015}}</ref>}} adalah [[Presiden Indonesia|Presiden pertama]] [[Republik Indonesia]] yang menjabat pada periode 1945–1966.<ref name="kasenda">{{id}} {{cite book|first = Peter|last = Kasenda|year = 2010|title = Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-19331926–1933|publisher = Komunitas Bambu|location =Jakarta|isbn= 979-373-177-X}}</ref>{{Rp|11, 81}} Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.<ref name="asvi">{{id}} {{cite book|first = Asvi|last = Warman|year = 2009|title = Membongkar Manipulasi Sejarah|publisher = Kompas Media Nusantara|location = Jakarta|id=ISBN 979-709-404-1}}</ref>{{Rp|26-32}} Ia adalah [[Proklamator Kemerdekaan]] Indonesia (bersama dengan [[Mohammad Hatta]]) yang terjadi pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai [[Pancasila]] sebagai dasar negara [[Indonesia]] dan ia sendiri yang menamainya.<ref name="asvi" />
 
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 [[Supersemar]] yang kontroversial, yang isinya —berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat— menugaskan [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.<ref name="asvi" /> Supersemar menjadi dasar [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk membubarkan [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.<ref name="asvi" /> Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ([[MPRS]]) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.<ref name="asvi" />
 
== Nama ==
Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama '''Kusno''' oleh orangtuanya.<ref name="kasenda" /> Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.<ref name="kasenda" /><ref name="cindy adams">{{id}} {{cite book|first = Cindy|last = Adams|year = 1984|title = Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia|publisher = Gunung Agung|location = Jakarta|id= ISBN 979-96573-2-6}}</ref>{{Rp|35-36}} Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah [[Bharata Yudha]] yaitu [[Karna]].<ref name="kasenda" /><ref name="cindy adams" /> Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam [[bahasa Jawa]] huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".<ref name="cindy adams" />
 
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi '''Sukarno''' karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah ([[Belanda]])<ref name="cindy adams" />{{rp|32}}. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam [[Proklamasi#Teks Proklamasi|Teks Proklamasi]] [[17 Agustus 1945|Kemerdekaan Indonesia]] yang tidak boleh diubah, selain itu tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun<ref name="cindy adams" />{{rp|32}}. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah '''Bung Karno'''.
 
=== Achmed Soekarno ===
Baris 113:
[[Berkas:Istana gebang.jpg|thumb|200px|left|Rumah masa kecil Bung Karno]]
 
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama [[Raden]] [[Soekemi Sosrodihardjo]] dan ibunya yaitu [[Ida Ayu Nyoman Rai]].<ref name="kasenda" /> Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di [[Sekolah Dasar]] Pribumi di [[Singaraja]], [[Bali]].<ref name="kasenda" /> Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama [[Hindu]], sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama [[Islam]].<ref name="kasenda" /> Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.<ref name="kisah">{{cite book|author=|title=Kisah Istimewa Bung Karno|publisher= Kompas Media Nusantara|year=2010|id=ISBN 978-979-709-503-1}}</ref>{{Rp|4-6, 247-251}} Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, [[Raden]] [[Hardjokromo]] di [[Tulung Agung]], [[Jawa Timur]].<ref name="kasenda" />
 
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke [[Mojokerto]], mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.<ref name="kasenda" /> Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke ''Eerste Inlandse School'', sekolah tempat ia bekerja.<ref name="kisah" /> Kemudian pada [[Juni]] [[1911]] Soekarno dipindahkan ke ''[[Europeesche Lagere School]] ([[ELS]])'' untuk memudahkannya diterima di ''[[Hogere Burger School]] ([[HBS]])''.<ref name="kasenda" /> Pada tahun [[1915]], Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.<ref name="kasenda" /> Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama [[Oemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]].<ref name="kasenda" /> Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.<ref name="kasenda" /> Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin [[Sarekat Islam]], organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti [[Alimin]], [[Musso]], [[Darsono]], [[Haji Agus Salim]], dan [[Abdul Muis]].<ref name="kasenda" /> Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda ''[[Tri Koro Dharmo]]'' yang dibentuk sebagai organisasi dari [[Budi Utomo]].<ref name="kasenda" /> Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi ''Jong Java'' (Pemuda Jawa) pada [[1918]].<ref name="kasenda" /> Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.<ref name="kisah" />
 
[[Berkas:Sukarno HBS.jpg|thumb|200px|Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja]]
[[Berkas:1923 Mahasiswa pribumi THS.jpg|thumb|200px|Soekarno bersama mahasiswa pribumi [[TH Bandung]] tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari, [[Soetedjo]], Soetojo, Soekarno, R. Soemani, Soetono/Soetoto(?), R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito. Duduk di depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedioro, Katamso.]]
 
Tamat [[HBS]] Soerabaja bulan [[Juli]] [[1921]]<ref>{{nl}} [http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A010025560%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0099 ''"Nieuwe Rotterdamsche Courant"'', edisi 15 Juli 1921.]</ref>, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' (sekarang [[ITB]]) di [[Bandung]] dengan mengambil jurusan [[teknik sipil]] pada tahun [[1921]],<ref name=goen>{{id}} Goenarso (1995). ''Riwayat perguruan tinggi teknik di Indonesia, periode 1920-19421920–1942''. Bandung: Penerbit ITB.</ref>{{Rp|38}} setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun [[1922]] mendaftar kembali<ref name=goen />{{Rp|38}} dan tamat pada tahun [[1926]].<ref name=" Encarta">{{en}} {{cite book|author= Brown, Colin|title= Sukarno|publisher= Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation|year=2007|}}</ref>
Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal [[25 Mei]] [[1926]] dan pada [[Dies Natalis]] ke-6 [[TH Bandung]] tanggal [[3 Juli]] [[1926]] dia diwisuda bersama delapan belas [[insinyur]] lainnya.<ref name=goen />{{Rp|37}} Prof. [[Jacob Clay]] selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan ''"Terutama penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa"''.<ref name=goen />{{Rp|37}} Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo,<ref name=sakb>{{id}} Sakri, A. (1979b). ''Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979''. Jilid II: Daftar lulusan ITB. Bandung: Penerbit ITB.</ref>{{Rp|167}} selain itu ada seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.<ref name=sakb />{{Rp|167}}
 
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman [[Haji Sanusi]] yang merupakan anggota [[Sarekat Islam]] dan sahabat karib Tjokroaminoto.<ref name="kasenda" /> Di sana ia berinteraksi dengan [[Ki Hajar Dewantara]], [[Tjipto Mangunkusumo]], dan [[Dr. Douwes Dekker]], yang saat itu merupakan pemimpin organisasi [[National Indische Partij]].
 
=== Sebagai arsitek ===
Baris 129:
 
=== Silsilah keluarga ===
{{collapse|
{{Silsilah Soekarno}}
}}
 
== Kiprah politik ==
Baris 137 ⟶ 139:
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota [[Jong Java]] cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan [[bahasa Jawa]] ''ngoko'' (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam [[bahasa Melayu]] saja, dan bukan dalam [[bahasa Belanda]].<ref name="Dahm">{{cite book|title= Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan|last = Dahm|first = Bernhard|pages = 47-48|iSBN = 979-8015-36-3|publisher = Penerbit LP3ES Jakarta|year = 1987}}</ref>
 
Pada tahun [[1926]], Soekarno mendirikan ''[[Algemeene Studieclub|Algemeene Studie Club (ASC)]]''{{refn|group=note|name=yudi|''Algemeene Studieclub'' atau ''Algemeene Studie Club (ASC)'' adalah klab kuliah umum yang didirikan oleh para intelektual nasionalis Bumiputera di Tanah Pasundan, Bandung pada jaman Hindia Belanda tahun 1926. Presiden [[Sukarno]] adalah salah satu anggota pendirinya. Sebagai kelanjutan kelompok studi itu, Soekarno dengan kawan-kawan kemudian mendirikan [[Perserikatan Nasional Indonesia]] yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927. Pemerintah kolonial Belanda tampak sangat khawatir melihat kepopuleran Soekarno, bersama Maskun, Gatot Mangkupradja, Supriadinata dan pertumbuhan pesat PNI. Dengan dalih ''menjaga ketertiban dan keamanan'', pemerintah kolonial menangkap dan menahan ratusan aktivis PNI pada 29 Desember 1929.<ref>{{cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=FLR3uqRr-1oC&pg=PA183&lpg=PA183&dq=Fikiran+Ra%27jat&source=bl&ots=Zgh0hwbxrh&sig=fslTILrZYNMM8LqallrLaxFei84&hl=en&sa=X&ved=0CB8Q6AEwATgKahUKEwjl_tCx95vHAhUFI44KHUI7Cq4#v=onepage&q=Fikiran%20Ra'jat&f=false|title=Indonesian Muslim Intelligentsia and Power|authors=Yudi Latif|publisher=ISEAS Publishing|date=2008|accessdate=}}</ref>}}<ref>{{cite web|url=http://www.prismajurnal.com/issues.php?id=%7B1091C553-A3AC-9E60-3D10-5B08943CF4EB%7D|first = Peter |last = Kasenda|year = 2013|title =SOEKARNO: Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra Sang Fajar|publisher = Jurnal Prisma|location = Jakarta Selatan|pages=hal 2 & 3|isbn =}} ''Membaca kembali Sukarno''. Sumber lain menyebut tahun 1924 dan 11 Juli 1925 sebagai hari kelahiran organisasi kuliah umum tersebut</ref> di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari ''Indonesische Studie Club'' oleh [[Soetomo|Dr. Soetomo]].<ref name="kasenda" /> Organisasi ini menjadi cikal bakal [[Partai Nasional Indonesia]] yang didirikan pada tahun [[1927]].<ref name=" Encarta" /> Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember [[1929]] di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke [[Penjara Banceuy]]. Pada tahun [[1930]] ia dipindahkan ke [[Sukamiskin]] dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pledoinya yang fenomenal ''[[:s:Indonesia Menggugat|Indonesia Menggugat]]'', hingga dibebaskan kembali pada tanggal [[31 Desember]] [[1931]].
 
Pada bulan Juli [[1932]], Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus [[1933]], dan diasingkan ke [[Flores]]. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru [[Persatuan Islam]] bernama [[Ahmad Hasan]].
 
Pada tahun [[1938]] hingga tahun [[1942]] Soekarno diasingkan ke [[Provinsi Bengkulu]], ia baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun [[1942]].
 
=== Masa penjajahan Jepang ===
<!--[[Berkas:Famsukarno fatma.jpg|250px|thumbnail|right|Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur]]-->
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-19451942–1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "''mengamankan''" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada [[Tiga A|Gerakan 3A]] dengan tokohnya [[Shimizu]] dan [[Mr. Syamsuddin]] yang kurang begitu populer.
 
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, [[Mohammad Hatta]], dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti [[Jawa Hokokai]], Pusat Tenaga Rakyat ([[Putera]]), [[BPUPKI]] dan [[PPKI]], tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, [[Ki Hajar Dewantara]], [[Kiai Haji Mas Mansur|K.H. Mas Mansyur]], dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti [[Sutan Syahrir]] dan [[Amir Sjarifuddin]] karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Baris 161 ⟶ 163:
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang [[Proklamasi kemerdekaan Indonesia|Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia]]. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ([[BPUPKI]]), Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ([[PPKI]]), Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
 
Setelah menemui Marsekal Terauchi di [[Dalat]], [[Vietnam]], terjadilah [[Peristiwa Rengasdengklok]] pada tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]; Soekarno dan [[Mohammad Hatta]] dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air ([[Pembela Tanah Air|PETA]]) Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain [[Soekarni]], [[Wikana]], [[Singgih]] serta [[Chairul Saleh]]. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada [[Nabi Muhammad SAW]] yakni [[Al Qur-an]]. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh [[KNIP]]. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
 
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir [[Phillip Christison]], Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara ''de facto'' setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan [[NICA]] ([[Belanda]]) yang membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah [[Peristiwa 10 November]] 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal [[A.W.S Mallaby]].
Baris 188 ⟶ 190:
 
==== Granat Cikini ====
Pada [[30 November]] [[1957]], Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat bersekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Penembakan Istana Presiden ====
Pada [[9 Maret]] [[1960]], Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan kanon 23&nbsp;mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar adalah Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin rapat di gedung sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah ia mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak Istana Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di Istana – tanda presiden ada di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar, harus mendekam di bui selama 8 tahun.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Pencegatan Rajamandala ====
Pada [[April]] [[1960]], Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, [[Nikita Kruschev]] mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali. Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala, sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII melakukan penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua pemimpin dunia tersebut.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Granat Makassar ====
Pada [[7 Januari]] [[1962]], Presiden Soekarno tengah berada di [[Makassar]]. Malam itu, ia akan menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis hukuman mati.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Penembakan Idul Adha ====
Pada [[14 Mei]] [[1962]], Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno, dia mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati, namun kemudian dia mendapatkan grasi.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Penembakan mortir Kahar Muzakar ====
Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Granat Cimanggis ====
Pada [[Desember]] [[1964]], Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke arah mobil presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan mobil yang melaju. Soekarno pun selamat.<ref name="Pembunuhan Sukarno" />
 
==== Pembunuhan karakter ====
Baris 212 ⟶ 214:
Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya [[Central Intelligence Agency]] tidak hentinya berusaha campur tangan dalam setiap urusan negara orang lain. Di Indonesia selain peristiwa terbongkarnya misi Allen Pope, ada juga misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawaan Presiden Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular via produksi film porno yang diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tetapi tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.<ref name="Porno">{{cite web|url=http://www.merdeka.com/peristiwa/cia-bikin-film-porno-presiden-soekarno-pramugari-cantik-rusia.html|title=CIA bikin film porno Presiden Soekarno & pramugari cantik Rusia|authors= Ramadhian Fadillah|publisher=www.merdeka.com|date=Kamis, 11 September 2014 01:02|accessdate=15 September 2015}}</ref><ref name="PornoSukarno">{{cite web|url= http://historia.id/modern/film-porno-mirip-sukarno|title=Film Porno Mirip Sukarno|authors=Yudi Anugrah Nugroho|publisher=historia.id|date=|accessdate=15 September 2015}}</ref>
 
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku ''Portrait of a Cold Warrior''. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut.<ref name="Porno" />
 
Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam ''Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957-19581957–1958'', film porno itu dikerjakan di studio Hollywood yang dioperasikan [[Bing Crosby]] dan saudaranya. Film ini dimaksudkan sebagai bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno (diperankan pria Chicano) mempermalukan diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan perempuan pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. “Proyek ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah digunakan,” tulis William Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II.<ref name="PornoSukarno" />
 
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika seorang laki-laki gagah dan berkuasa, sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita. Toh raja-raja di nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan selir.<ref name="Porno" /> “Nasib akhir dari film, yang berjudul ''Happy Days'', tak pernah dilaporkan.”<ref name="PornoSukarno" />
 
=== Masa embargo negara Adi Kuasa ===
[[Berkas:Soekarno 19041965.jpg|thumb|200px|[[Zhou Enlai]], Presiden Soekarno, dan [[Kawashima]] pada saat Peringatan 10 Tahun [[Konferensi Asia Afrika]] di [[Bandung]] pada [[19 April]] [[1965]].]]
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika [[Allen Lawrence Pope]], agen [[Central Intelligence Agency]] tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi tingkat tinggi antara [[John F. Kennedy]] dengan Soekarno.<ref>{{cite web|url=http://nasional.sindonews.com/read/1032742/19/kecerdikan-soekarno-manfaatkan-soviet-dan-amerika-1439470065|title=Kecerdikan Soekarno Manfaatkan Soviet dan Amerika|authors=Kurnia Illahi|publisher=Nasional.sindonews.com|date=Minggu, 16 Agustus 2015−06:39 WIB|accessdate=15 September 2015}}</ref> Sementara Rusia menerapkan embargo militer terhadap Indonesia karena genosida terhadap elemen kiri, orang [[Partai Komunis Indonesia]] pada tahun 1965-19671965–1967.<ref>{{cite news|url=http://www.kompas.com/kompas-cetak/0010/05/nasional/keti21.htm|work=(ryi/bur/fan)|publisher=Kompas.com|archiveurl=http://www.library.ohiou.edu/indopubs/2000/10/04/0035.html|archivedate=Wed Oct 04 2000 - 16:46:34 EDT|title=Ketika Alutsista Diembargo ...|accessdate=15 September 2015}}</ref> Indonesia sendiri terjepit di antara geopolitik Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris, juga Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus 1965. Soekarno mengumumkan sikap konfrontatif terhadap pembentukan negara federasi Malaysia pada Januari 1963. Sehingga pada 1964-19651964–1965 negara federasi Malaysia yang dideklarasikan 16 September 1963 tersebut diembargo Soekarno.<ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=zbepRmE3zukC&pg=PA18&lpg=PA18&dq=Embargo+Indonesia+1965&source=bl&ots=VFizthbfhS&sig=u8qtkJXhDmhjOVrFy4AHpiX6PWI&hl=en&sa=X&ved=0CC4Q6AEwAmoVChMIvpO8kKT8xwIVgk6OCh0w1g5y#v=onepage&q=Embargo%20Indonesia%201965&f=false|title=The Pacific Rim: Investment, Development and Trade: Second Revised Edition|authors=Peter N. Nemetz|pages=16-20|publisher=University of British Columbia Press|year=1990|location=Vancouver BC|date=|accessdate=}}</ref> Singapura membuka keran kerja sama dan berusaha dengan segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah diboikot dan diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura akibat konfrontasi tersebut.<ref>{{cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=IpFFBAAAQBAJ&pg=PA26&lpg=PA26&dq=Embargo+Indonesia+1965&source=bl&ots=Yq7_7TVuBl&sig=OxwIiL7OKWYaYHZZ0e5O9gE9rpI&hl=en&sa=X&ved=0CDsQ6AEwBWoVChMIvpO8kKT8xwIVgk6OCh0w1g5y#v=onepage&q=Embargo%20Indonesia%201965&f=false|title=Singapore's Foreign Policy|authors=Kawin Wilairat|publisher=The Institute of Southeast Asean Studies|location=Singapore|date=|accessdate=}}</ref>
 
=== Masa keterpurukan ===
Situasi [[politik]] [[Indonesia]] menjadi tidak menentu setelah enam [[jenderal]] dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan [[Gerakan 30 September]] atau G30S pada [[1965]].<ref name=" Encarta" /><ref name="kudeta">{{en}} {{cite book|author=Aji, Achmad Wisnu|title=Kudeta Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?|publisher= Garasi House of Book|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4689-7}} Halaman 36, 145.</ref> Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.<ref name=" Encarta" /> Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan [[Tri Tuntutan Rakyat]] (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.<ref name="kudeta" /> Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan [[Nasakom]] (Nasionalisme, Agama, Komunisme).<ref name="asvi" /><ref name="kudeta" /> Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.<ref name="asvi" /><ref name=" Encarta" />
 
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah [[Surat Perintah Sebelas Maret]] yang ditandatangani oleh Soekarno.<ref name="kudeta" /> Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.<ref name="kudeta" /> Surat tersebut lalu digunakan oleh [[Soeharto]] yang telah diangkat menjadi [[Panglima]] [[Angkatan Darat]] untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.<ref name="kudeta" /> Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.<ref name="Nurul huda">{{cite book|author=Huda M., Nurul|title=Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?|publisher= Starbooks|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4724-5}} Halaman 5, 57, 84-89.</ref>
 
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV [[MPRS]].<ref name="kudeta" /> Pidato tersebut berjudul "[[Nawaksara]]" dan dibacakan pada [[22 Juni]] [[1966]].<ref name="asvi" /> MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.<ref name="kudeta" /> Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada [[10 Januari]] [[1967]] namun kemudian ditolak oleh MPRS pada [[16 Februari]] tahun yang sama.<ref name="kudeta" />
 
Hingga akhirnya pada [[20 Februari]] [[1967]] Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di [[Istana Merdeka]].<ref name="Nurul huda" /> Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto [[de facto]] menjadi kepala pemerintahan Indonesia.<ref name="Nurul huda" /> Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan [[pemilihan umum]] berikutnya.<ref name="Nurul huda" />
 
== Sakit hingga meninggal ==
Baris 235 ⟶ 237:
[[Berkas:Makam Soekarno.jpg|thumb|200px|Makam [[Presiden]] Soekarno di [[Blitar]], [[Jawa Timur]]]]
 
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan [[Agustus]] [[1965]].<ref name="Nurul huda" /> Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan [[ginjal]] dan pernah menjalani perawatan di [[Wina]], [[Austria]] tahun [[1961]] dan [[1964]].<ref name="Nurul huda" /> Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional.<ref name="Nurul huda" /> Ia bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, [[21 Juni]] [[1970]] di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) [[Gatot Subroto]], [[Jakarta]] dengan status sebagai tahanan politik.<ref name="kasenda" /><ref name="Nurul huda" /> Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh [[Ratna Sari Dewi]].<ref name="Nurul huda" /> Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter [[Mahar Mardjono]] yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.<ref name="Nurul huda" /> Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) [[Roebiono Kertopati|Rubiono Kertopati]].<ref name="Nurul huda" />
 
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:<ref name="Nurul huda" />
# Pada hari Sabtu tanggal [[20 Juni]] [[1970]] jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
# Tanggal [[21 Juni]] [[1970]] jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
# Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
 
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di [[Istana]] Batu Tulis, [[Bogor]], namun pemerintahan Presiden [[Soeharto]] memilih Kota [[Blitar]], Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.<ref name="Nurul huda" /> Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun [[1970]].<ref name="Nurul huda" /> Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.<ref name="Nurul huda" /> Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.<ref name="Nurul huda" /> Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.<ref name="Nurul huda" />
 
== Peninggalan ==
[[Berkas:Gelora Bung Karno 1962.jpg|thumb|200px|[[Gelanggang Olahraga Bung Karno]] pada [[1962]].]]
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada [[6 Juni]] [[2001]], maka Kantor [[Filateli]] [[Jakarta]] menerbitkan [[prangko]] "100 Tahun Bung Karno".<ref name="kisah" />{{Rp|247-251}} Prangko yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera [[Merah Putih]] serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.<ref name="kisah" /> Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun [[1920]]-an terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri.<ref name="kisah" /> Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.<ref name="kisah" />
 
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah [[Kuba]] pada tanggal [[19 Juni]] [[2008]]. Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba [[Fidel Castro]].<ref>{{cite news|first =|last =|author = Roy|coauthors =|url = http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/03/01462536/kuba.terbitkan.prangko.bung.karno.dan.fidel.castro|title = Kuba Terbitkan Prangko Bung Karno dan Fidel Castro|work =|publisher = Kompas Cyber Media|pages =|page =|date = [[3 Juni]] [[2008]]|accessdate = [[3 Juni]] [[2008]]|quote =}}</ref> Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan [[Presiden Indonesia]], Soekarno, ke [[Kuba]].
 
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun [[1958]]. Bangunan tersebut, yaitu [[Gelanggang Olahraga Bung Karno]], didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan [[Asian Games]] IV tahun [[1962]] di [[Jakarta]]. Pada masa [[Orde Baru]], kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi [[Gelora Senayan]]. Tapi sesuai keputusan Presiden [[Abdurrahman Wahid]], Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu [[Gelanggang Olahraga Bung Karno]]. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.<ref>{{cite news
|first =
|last =
Baris 261 ⟶ 263:
|pages =
|page =
|date = 15 Januari 2001
|accessdate = 5 Juni 2010
|quote =
}}</ref>
</ref>
 
Setelah kematiannya, beberapa [[yayasan]] dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun [[universitas]] dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh [[Rachmawati Soekarnoputri]], anak ke tiga Soekarno dan [[Fatmawati]]. Pada tahun 25 Juni 1999 [[Presiden]] [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] meresmikan [[Universitas Bung Karno]] yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, ''Nation and Character Building'' kepada mahasiswa-mahasiswanya.<ref name="UBK">[http://www.universitasbungkarno.com/profile-2 Info UBK], ''Universitas Bung Karno''. Diakses pada 5 Juni 2010.</ref>
 
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda [[seni]] maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.<ref name="ybk">[http://www.yayasanbungkarno.or.id/yayasan-profil.php Profil Yayasan], ''Yayasan Bung Karno''. Diakses pada 3 Agustus 2010.</ref> Yayasan tersebut didirikan pada tanggal [[1 Juni]] [[1978]] oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu [[Guntur Soekarnoputra]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Rachmawati Soekarnoputri]], [[Sukmawati Soekarnoputri]], [[Guruh Soekarnoputra]], [[Taufan Soekarnoputra]], [[Bayu Soekarnoputra]], dan [[Kartika Sari Dewi Soekarno]].<ref name="ybk" /> Pada tahun [[2003]], Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena [[Pekan Raya Jakarta]].<ref name="kisah" /> Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.<ref name="kisah" /> Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut.<ref name="kisah" /> Di antaranya adalah kaus, jam [[emas]], koin emas, [[CD]] berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.<ref name="kisah" />
 
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.<ref name="kisah" /> Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari [[Batalyon]] [[Artileri]] Pertahanan Udara Sedang.<ref name="kisah" /> Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di [[Cileungsi]], [[Bogor]].<ref name="kisah" /> Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM [[London]], emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat [[logam]] berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa [[deposito]] hibah.<ref name="kisah" /> Selain itu terdapat pula uang UBCN ([[Brasil]]) dan [[Yugoslavia]] serta sertifikat deposito [[obligasi]] garansi di [[Bank]] [[Swiss]] dan Bank Netherland.<ref name="kisah" /> Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.<ref name="suara merdeka">{{cite news|first =|last =|author =|coauthors =|url = http://www.suaramerdeka.com/harian/0305/17/nas6.htm|title = ''Satria Piningit'' Mengaku Temukan Harta Karun Bung Karno|work =|publisher = Suara Merdeka|pages =|page =|date = 17 Mei 2003|accessdate = 3 Agustus 2010|quote =}}</ref>
 
== Penghargaan ==
=== Gelar Doctor Honoris Causa ===
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar [[Doktor]] [[Honoris Causa]] dari 26 [[universitas]] di dalam dan luar negeri.<ref name="gelar">[http://www.yayasanbungkarno.or.id/biografi.php Apa dan Siapa Ir. Sukarno], ''Yayasan Bung Karno''. Diakses pada 3 Agustus 2010.</ref>
 
{| class="wikitable"
Baris 388 ⟶ 389:
|-
|}
 
 
=== Lain-lain ===
Pada bulan [[April]] [[2005]], Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden [[Afrika Selatan]] [[Thabo Mbeki]].<ref name="kisah" /> Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu ''The Order of the Supreme Companions of OR Tambo'' yang diberikan dalam bentuk [[medali]], [[pin]], [[tongkat]], dan [[lencana]] yang semuanya dilapisi [[emas]].<ref name="kisah" /> Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan [[penjajahan]] dan membebaskan diri dari [[apartheid]].<ref name="kisah" /> Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di [[Pretoria]] dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.<ref name="kisah" /> Penghargaan lainnya [[Bintang Mahaputera Adipurna]] (1959),<ref>{{cite web|url=http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/en/award/?box=detail&id=31&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|title=Awards|authors=|publisher=kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id|date=|accessdate=17 Oct 2015 02:05:58 UTC|archiveurl=https://archive.is/TjFj8|archivedate=17 Oct 2015 02:05:58 UTC}}</ref> [[Lenin Peace Prize]] (1960),<ref>{{cite book|title=Yearbook of the Great Soviet Encyclopedia|year=1961|publisher=Sovetskaya Entsyiklopediya|location=Moscow. Russian}}</ref> [[Philippine Legion of Honor]] (Chief Commander, 3 Februari 1951).<ref name="lohbrief">{{cite web|url=http://www.gov.ph/briefer-on-the-philippine-legion-of-honor/ |title=Briefer on the Philippine Legion of Honor |work=Official Gazette of the Republic of the Philippines |publisher=Gov.ph |date= |accessdate=2013-04-13}}</ref>
 
== Karya tulis ==
Baris 418:
* Sukarno. (1984). Pancasila sebagai Dasar Negara.
* Sukarno. (1984). Ilmu dan Perjuangan.
* Sukarno. (1986). Amanat Proklamasi Jilid IV: 1961-19661961–1966.
* Sukarno. (1987). Bung Karno Dan Pemuda: Kumpulan Pidato Bung Karno Di Hadapan Pemuda, Pelajar, Mahasiswa Dan Sarjana, 1952-19601952–1960.
* Sukarno. (1988). Warisilah api Sumpah Pemuda: kumpulan pidato Bung Karno di hadapan pemuda, 1961-19641961–1964.
* Sukarno. (1988). Kepada Bangsaku.
* Sukarno. (1989). Bung Karno dan ABRI: kumpulan pidato Bung Karno dihadapan ABRI, 1950-19661950–1966.
* Sukarno. (1990). Bung Karno dan Islam: kumpulan pidato tentang Islam, 1953-19661953–1966.
* Sukarno. (2000). Bebaskan Irian Barat: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno Tentang Pembebasan Irian Barat, 17 Agustus 1961, 17 Agustus 1962.
* Sukarno. (2001). Bung Karno dan Tata Dunia baru.
* Sukarno. (2001). Bung Karno Menggali Pancasila: Kumpulan Pidato.
* Sukarno. (2001). Empat Pidato Penting Bung Karno.
* Sukarno. (2001). Bung Karno: Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia - Kumpulan Pidato.
* Sukarno. (2001). Bung Karno dan Ekonomi Berdikari: Kenangan 100 Tahun Bung Karno.
* Sukarno. (2001). Mutiara Kata Bung Karno.
Baris 437:
-->
{{end-col}}
{{wikisourceWikisource|Pengarang:Soekarno}}
 
== Pidato ==
Baris 512:
| Jumat, 30 September 1960
| Sidang Umum PBB ke-XV
| Membangun Dunia Kembali<br />''To Build The World Anew''
|-
| Kamis, 17 Agustus 1961
| HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-16
| Revolusi - Sosialisme Indonesia - Pimpinan Nasional
|-
| Jumat, 17 Agustus 1962
Baris 528:
| Senin, 17 Agustus 1964
| HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-19
| Tahun "Vivere Pericoloso"
|-
| Selasa, 17 Agustus 1965
Baris 556:
* Clifford Geertz, Benedict Anderson, Wim F. Wertheim. Sukarno di Panggung Sejarah
* Justus Maria van der Kroef. Indonesia After Sukarno.
* Peter Kasenda. Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-19331926–1933.
* Ayub Ranoh. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno.
* Books LLC. Sukarno: Indonesia-Malaysia Confrontation, Transition to the New Order, Mohammad Hatta, Megawati Sukarnoputri, Constitution of Indonesia.
Baris 565:
* John D. Legge (1972) Sukarno: A Political.
* Christiaan Lambert Maria Penders (1974). The Life and Times of Sukarno.
* Lambert J. Giebels, 1999, ''Soekarno. Nederlandsch onderdaan. Biografie 1901-19501901–1950''. Deel I, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
* Lambert J. Giebels, 2001, ''Soekarno. President, 1950-19701950–1970'', Deel II, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.
* Lambert J. Giebels, 2005, ''De stille genocide: de fatale gebeurtenissen rond de val van de Indonesische president Soekarno'', ISBN 90-351-2871-0
* Rex Mortimer. (1974). Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-19651959–1965.
* Bambang S. Widjanarko, Antonie C.A. Dake (Introduction), Rahadi S. Karni (Ed.). (1974). The Devious Dalang: Sukarno and the So-Called Untung-Putsch.
* Hal Kosut (Ed.). (1976). Indonesia: The Sukarno Years.
* Franklin B. Weinstein. (1976). Indonesian Foreign Policy and the Dilemma of Dependence: From Sukarno to Soeharto.
* Masashi Nishihara, Dean Praty R. (Translator). (1976). Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-19661951–1966.
* Ganis Harsono. (1977). Recollections of an Indonesian Diplomat in the Sukarno Era.
* Fatmawati Sukarno. (1978). Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno (Book, #1).
* Guntur Sukarno. (1981). Bung Karno & Kesayangannya.
* Rosihan Anwar. (1981). Sukarno, Tentara, PKI : Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961-19651961–1965.
* Ramadhan Kartahadimadja. (1981). Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno.
* Marshall Green. (1990). Dari Sukarno ke Soeharto: G30 S-PKI dari Kacamata Seorang Duta Besar.
* Willem Oltmans. (1995). Mijn vriend Sukarno.
* John Subritzky. (2000). Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961-651961–65.
* Angus McIntyre, David Reeve. (2002). Sukarno in Retrospect: Annual Indonesia Lecture Series # 24.
* Victor M. Fic. (2004). Anatomy of the Jakarata Coup: October 1, 1965: The Collusion with China Which Destroyed the Army Command, President Sukarno and the Communist Party of Indonesia.
* Antonie C.A. Dake. (2005). Sukarno File: Berkas-berkas Soekarno 1965-19671965–1967 - Kronologi Suatu Keruntuhan.
* Wijanarka. (2006). Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya.
* Reni Nuryanti. (2007). Perempuan dalam Hidup Sukarno: Biografi Inggit Garnasih.
Baris 600:
* Hong Liu. (2011). Sukarno, Tiongkok, & Pembentukan Indonesia (1949–1965).
* Hephaestus Books. (2011). National Heroes Of Indonesia, including: Tuanku Imam Bonjol, Sukarno, Wage Rudolf Supratman, Diponegoro, Mohammad Hatta, Adam Malik, Yos Sudarso, Sudirman, Hamengkubuwono Ix, Sutan Sjahrir, Kartini, Sultan Agung Of Mataram, Abdul Muis, Rizal Nurdin.
* Peter Kasenda. (2012). Hari - Hari Terakhir Sukarno.
* Jesse Russell (Editor), Ronald Cohn (Editor). (2012). Rukmini Sukarno.
* Joseph H. Daves. (2013). The Indonesian Army from Revolusi to Reformasi Volume 1: The Struggle for Independence and the Sukarno Era.
* Joseph H Daves. (2013). The Indonesian Army from Revolusi to Reformasi: Volume 1 - The Struggle for Independence and the Sukarno Era.
* Stefan Seefelder. (2014). Die Bedeutung Der Fruhen Komintern Fur Die Kommunistischen Antikolonialen Bewegungen Asiens. Maos Und Sukarnos.
* Peter Kasenda. (2014). Sukarno, Marxisme & Leninisme: Akar Pemikiran Kiri & Revolusi Indonesia.
Baris 609:
* Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal. ''PT. Bina Ilmu'', 1994, pp 110–111.
* Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. ''Pacific Affairs'', vol. 30, No, 2 (Jun. 1957), pp 101–119.
* Bob Hering, 2001, ''Soekarno, architect of a nation, 1901-19701901–1970'', KIT Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-510-8, [[KITLV]] Leiden, ISBN 90-6718-178-1
* Stefan Huebner, [http://nuspress.nus.edu.sg/products/pan-asian-sport-and-the-emergence-of-modern-asia-1913-1974 Pan-Asian Sports and the Emergence of Modern Asia, 1913-19741913–1974.] Singapore: NUS Press, 2016, 174-201.
{{end-col}}
 
=== Lagu ===
 
* Lagu berjudul "[[Untuk Paduka Jang Mulia Presiden Soekarno]]" ditulis pada awal dekade [[1960]]-an oleh [[Soetedjo]] dan dipopulerkan oleh [[Lilis Suryani]], solis perempuan terkenal Indonesia era itu. Liriknya penuh dengan puja-puji untuk Presiden seumur hidup tersebut.
 
=== Film, televisi, dan panggung pertunjukan ===
{{mainMain|Aktor pemeran Bung Karno}}
Di kancah perfilman, hiburan televisi, dan panggung teater Indonesia dan negara lain, ada beberapa aktor yang memerankan sosok Bung Karno. Semua aktor tersebut, tentu saja bermain dalam film dan panggung pertunjukan dan judul yang berbeda. Kebanyakan aktor itu, ketika mendapatkan tawaran main, merasa bangga karena memerankan tokoh besar, pahlawan proklamator, bapak pendiri bangsa, sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.
 
Baris 630:
== Lihat pula ==
{{Col|3}}
* [[Algemeene Studieclub|Algemeene Studie Club (ASC)]], ([[1926]]).
* [[Marhaenisme]], ([[1926]]-[[1927]]1926–1927).
* [[Partai Nasional Indonesia|Perserikatan Nasional Indonesia]], 4 Juli ([[1927]]).
* [[Fikiran Ra'jat]], ([[1932]]).
* [[Pancasila]], ([[1945]]).
* [[Nasakom|Nasonalisme, Agama, Komunisme]], ([[1956]]).
* [[Demokrasi terpimpin]] ([[1959]]).
* [[Manipol USDEK|Manifesto politik, Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek)]], ([[1959]]).
* [[Operasi Trikora]], [[19 Desember]] [[1961]]).
* [[Pasukan Rakyat Kalimantan Utara|Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan Rakyat Kalimantan Utara]], ([[1962]]-[[1966]]1962–1966).
* [[Ganyang Malaysia]], ([[1962]]-[[1966]]1962–1966).
* [[Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang|Games of the New Emerging Forces (Ganefo)]], ([[1962]]).
* [[Sarinah]], ([[1963]])
* [[Indonesia Raya (politik)|Unifikasi Indonesia Raya (Indonesia dengan rumpun Melayu)]], [[1920]]-[[1950]]-an.
* [[Mafilindo|Unifikasi Mafilindo (Malaya, Filipina dan Indonesia)]], [[1963]].
* ''[[Vivere pericoloso]]'', ([[1964]]).
* [[Trisakti]], ([[1964]]).
* [[Berdikari]], ([[1965]]).
* [[CONEFO|Conference of The New Emerging Forces (Conefo)]], 7 Januari ([[1965]])
* [[Gerakan 30 September]], 1 Oktober ([[1965]])
* [[Nawaksara|Nawa Aksara]], 22 Juni ([[1966]]).
* [[Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah]], 17 Agustus ([[1966]]).
* [[Surat Perintah Sebelas Maret]], 11 Maret ([[1966]]).
* [[De-Soekarnoisasi]], ([[1967]]-[[1998]]1967–1998).
{{EndDiv}}
 
== Pranala luar ==
{{commonsCommons}}
{{wikiquote-id}}
{{wikisourceWikisource|Soekarno}}
{{wikiportal|Indonesia}}
* [http://www.soekarnoinstitut.com/ Situs web resmi Soekarno Institut]
* [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/242-soekarno Bio Soekarno di Ensiklopedi Tokoh Indonesia]
* [http://www.gatra.com/2001-06-07/versi_cetak.php?id=6900 Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat Wanita - Edisi Khusus Gatra Nomor 29 Beredar 4 Juni 2001] oleh Dewi Sri Utami
* [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah09.shtml Garis Waktu Soekarno tahun 1950 - 19651950–1965]
* [http://www.youtube.com/watch?v=4manHf7iAhg Video Soekarno Ketika Berpidato di Depan Rakyat Jakarta]
* [http://www.youtube.com/watch?v=rJFJW5DSNus&feature=related Video Pelantikan Soekarno sebagai Presiden]
* [https://archive.is/20130707075454/img144.imageshack.us/img144/8996/u1314795inplq1.jpg Gambar Sukarno ketika pertemuannya serta [[Marilyn Monroe]] di [[Amerika Serikat]] pada bulan [[Juni]] [[1956]]].
 
{{S-start}}
{{s-off}}
{{S-new|reason=Kemerdekaan Indonesia<br />''Lihat: [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda]]''}}
{{S-ttl|title=[[Presiden Indonesia]]|years=1945–1967}}
{{s-aft|after=[[Soeharto]]}}
|-
{{Kotak suksesi|jabatan = [[Perdana Menteri Indonesia]]|tahun = 1959–1966|pendahulu = [[Djuanda Kartawidjaja]]|pengganti = [[Soeharto]]<br /><small>''sebagai Ketua Presidium Kabinet''}}
{{End}}
 
Baris 698:
{{Normdaten}}
 
[[KategoriCategory:Soekarno| ]]