Ratna Ani Lestari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 46:
Lahir dari orang tua Banyuwangi yang merantau, Ratna pun banyak menghabiskan hidupnya di luar Banyuwangi. Bahkan ketika menikah Ratna ikut pada suaminya yang menjadi bupati di [[Jembrana]], Bali.<ref>[http://www.desantara.or.id/02-2009/119/banyuwangi-sebuah-catatan/ Banyuwangi: Sebuah Catatan]</ref> Hal yang menarik adalah Dengan bekal dukungan 18 partai kecil, Ratna Ani Lestari bisa mengalahkan calon bupati dari partai-partai kelas kakap. Yang menarik, 18 partai kecil pendukungnya itu tidak ada satu orang pun yang duduk di DPRD Banyuwangi. Maka dari itu gelombang protes selalu datang dari orang-orang yang tidak setuju dengan kepemimpinannya. 45 Kursi DPRD Banyuwangi sendiri diduduki oleh [[PDI-Perjuangan]], [[Partai Golongan Karya|Golkar]], [[Partai Kebangkitan Bangsa|PKB]], [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]], dan [[Partai Demokrat]]. Lima partai besar ini masing-masing mengusung calon dalam pilkada lalu. Hanya PPP yang berkongsi dengan Partai Demokrat dan mengusung pasangan Masduki Suud-Moch Syafii. PDIP mengusung pasangan Ali Syachroni-Yusuf Widyatmoko, Golkar mengusung Soesanto Suwandi-Abdul Kadir, dan PKB mengusung Achmad Wahyudi-Eko Sukartono. Dalam penghitungan final 28 Juni 2006 lalu oleh KPUD Banyuwangi, perolehan pasangan Ratna Ani Lestari-M Yusuf Nuris mengejutkan. Pasangan ini berhasil mengantongi 39 persen suara, dan hanya kalah di 3 kecamatan dari 24 kecamatan di kota Banyuwangi. Hasil ini jelas tidak diterima begitu saja oleh para kandidat lain. Mereka tidak bisa menerima hasil ini.<ref name="rt1"/>, Ratna mempunyai basis massa yang mengakar di [[Banyuwangi]] ia termasuk Kader [[PDI Perjuangan]] pernah menjabat sebagai Anggota DPRD Jembrana dari fraksi partai terswbut. Hanya saja ia kurang disukai elit politik namun masa nasionalis mengakar di desa desa dan solid karena memang gerakan yang murni wong cilik.
 
Bupati Banyuwangi pertama yang dipilih secara langsung ini mendapat serangan terus menerus dari lawan politiknya, namun ia mampu bertahan hingga akhir masa jabatan, hasil pembangunan yang dilakukan pada masa Ratna Ani Lestari diantaranya 100% jalan desa diaspal, pendidikan 9 Tahun Gratis dan Jaminan Kesehatan Banyuwangi, namun hal ini justru diputar balik oleh lawan politiknya diantaranya konflik yang meradang antara [[PGRI]] Banyuwangi dengan Bupati akibat kebijakan pembebasan bea sekolah yang terlalu keras sehingga tidak memungkinkan tiap sekolah atau guru untuk berbisnis, alasannya telah ada BOS (biaya operasional sekolahh) dan subisdi disamping dorongan akibat kebencian pasca Pilkada 2005.
 
Pembangunan infrastruktur Lapangan Terbang Sayu Wiwit yang belakangan di ubah lagi namanya menjadi [[Bandar Udara Blimbingsari|Lapter Blimbingsari]], STIKES, [[Politeknik Negeri Banyuwangi|Politeknik Banyuwangi]] dan pembangunan 24 gedung kecamatan dihasilkan pada masa pemerintahannya. Ratna mampu dicintai rakyat bawah karena programnya yang langsung diturunkan ke bawah melalui Kelompok Masyarakat. Gapoktan, dan [[PNPM]] disamping Ratna adalah figur yang merakyat, Program bedah rumah, dan berbagai bantuan langsung ke rakyat menjadi tulang punggung masanya, hal ini membuat [[Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa]] Banyuwangi sangat padat kegiatan, pelayanan publik khususnya perizinan di era Ratna menjadi raw model nasional ia tegas melarang pungli ke setiap dinas tidak sedikit kepala Dinas hingga kepala sekolah di copot karena kasus tersebut.