Filsafat fisika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
{{sains}}
 
'''Filsafat Fisika''' adalah interdisiplin ilmu yang mengkaji ilmu [[fisika]] berdasarkan interpretasinya secara konseptual terhadap [[materi]] atau(dan) [[gelombang]], [[Ruang waktu|ruang dan waktu,]] serta [[Kenyataan|realitas.]] Meskipun saat ini kajian filsafat fisika menitik-beratkan bahasannya pada ilmu [[fisika modern]] atau yang telah jauh berkembang seperti [[mekanika kuantum]], [[kosmologi]] dan [[Mekanika statistika|mekanika statistik]] , [[fisika klasik]] secara konseptual tidak dapat dipungkiri telah menjadi batu loncatan bagimana para [[ilmuwan]] dan [[filsuf]] modern mendekripsikan realitas serta segala entitas yang ada di dalamnya.
 
Alasan mengapa ditinggalkannya pandangan klasik dalam kajian filsafat fisika, adalah sifat [[Fisika|ilmu fisika]] yang sangat bergantung kepada hasil pengamatan dan eksperimen. Suatu teori fisika akan ditinggalkan saat ada pengamatan atau eksperimen yang mengindikasikan suatu hasil yang berbeda sehingga dibutuhkan teori baru sebagai penjelasan. Untuk bahasan yang cenderung aplikatif, hal ini tidak begitu berpengaruh ; [[Hukum gerak Newton|hukum gerak]] [[Isaac Newton|Newton]] masih umum digunakan dalam bidang keteknikan ataupun kehidupan sehari-hari, namun untuk kajian yang lebih mendalam secara konseptual, [[teori relativitas]] [[Albert Einstein|Einstein]] akan memberikan sudut pandang baru terhadap ruang, waktu serta materi<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/spr2017/entries/spacetime-theories/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Huggett|first=Nick|last2=Hoefer|first2=Carl|date=2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Spring 2017}}</ref>, dan tentunya cocok terhadap hasil pengamatan dan eksperimen.
 
Filsafat fisika memberikan perhatian terhadap seluruh aspek fisis dari realitas. Aspek ini berupa aspek spasial (berkaitan dengan ruang) dan aspek temporal (berkaitan dengan waktu), sehingga dalam filsafat fisika, eksistensi dan sifat alami dari ruang-waktu menjadi bahasan utama.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/761850799|title=Philosophy of physics : space and time|last=Tim.|first=Maudlin,|date=2012|publisher=Princeton University Press|isbn=0691143099|location=Princeton|oclc=761850799}} "...the existence and nature of space and time (or space-time) is a central topic.</ref> Selain itu materi juga menjadi bahasan penting, karena dunia yang dapat kita lihat dan rasakan tersusun dari "tak hingga" materi,. namunNamun materi dalam bahasan filsafat fisika tidak hanya yang memiliki wujud fisis, [[Medan (fisika)|medan]] dan gelombang contohnya termasuk dalam bahasan<ref name=":0" />, karena medan dan gelombang merupakan penyusun dari entitas berwujud fisis dalam realitas.
 
== Sejarah awal filsafat fisika ==
 
====== Permulaan, dan peradaban Yunani kuno ======
Manusia sejak awal kemunculannya merupakan makhluk hidup dengan rasa penasaran yang tinggi terhadap fenomena alam yang terjadi disekelilingnya, seperti : seperti terbit tenggelamnya matahari, kemunculan gerhana, pergantian musim, pola yang dibentuk rasi bintang dan lain-lain<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.trentu.ca/physics/history_895.html|title=A Brief History and Philosophy of Physics|website=www.trentu.ca|access-date=2017-10-09}}</ref>. Pengamatan terhadap suatu fenomena alam yang terjadi dapat memudahkan aktifitas manusia sendiri,. sepertiSeperti memilih waktu untuk bercocok tanam yang tepat, navigasi pelayaran, migrasi hewan buruan dan masih banyak lagi. Dengan segala keterbatasannya pada zaman tersebut manusia mencoba menjelaskan mengapa fenomena tersebut terjadi. Penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal mistis pun bermunculan. Seperti pada zaman Yunani kuno misalnya, fenomena alam seperti petir dikaitkan dengan [[Zeus]] sang dewa petir. <ref name=":1" />
 
Penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal mistis mudah diterima oleh kalangan awam, namun hampir tidak memiliki aspek aplikatif terkecuali mengandalkan kebetulan. Sains secara umum menawarkan penjelasan rasional terhadap keteraturan alam semesta <ref name=":1" />. Pun, perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban manusia terjadi tidak secara serempak, misalnya [[Bangsa Maya|suku Maya]] di [[Meksiko]] telah mengembangkan pengertian angka desimal dan nol (0) sebelum banga [[Eropa]] mengenalnya.<ref>Cole, M.D., ''The Maya'', 3rd ed. (Thames and Hudson, London) 1984.</ref> Pencarian penjelasan rasional terhadap fenomena alam di eropa dimulai pada abad ke-6 SM. Diperakarsai filsuf-filsuf Yunani seperti [[Pythagoras]] dengan [[Teorema Pythagoras|teorema geometri]] dan teori musiknya<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/162502037|title=Roots to research : a vertical development of mathematical problems|last=D.|first=Sally, Judith|date=2007|publisher=American Mathematical Society|isbn=0821844032|location=Providence, R.I.|oclc=162502037}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/61691613|title=Music in theory and practice|last=Bruce.|first=Benward,|date=2003|publisher=McGraw-Hill|isbn=9780072942620|edition=7th ed|location=Boston|oclc=61691613}}</ref>, atau [[Leukippos|Leucippus]] (~440 SM.), [[Demokritos|Democritus]] (~420 SM.) dan [[Epikuros|Epicurus]] (342-270 SM.) yang mengemukakan hipotesis bahwa setiap materi tersusun dari atom yang tidak dapat terbagi lagi.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/244768656|title=The atomists, Leucippus and Democritus : fragments : a text and translation with a commentary|last=Leucippus.|last2=1936-|first2=Taylor, C. C. W. (Christopher Charles Whiston),|date=1999|publisher=University of Toronto Press|isbn=0802043909|location=Toronto [Ont.]|oclc=244768656}}</ref><ref name=":1" /> [[Aristoteles]] (~384 - 322 SM) dan [[Empedokles|Empedocles]] (~490-430 SM) mengemukakan lima elemen penyusun yakni : air, api, udara, tanah dan [[Ether|aether]].<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/221108071|title=History of western philosophy : and its connection with political and social circumstances from the earliest times to the present day|last=1872-1970.|first=Russell, Bertrand,|date=1991|publisher=Routledge|isbn=0415078547|edition=2nd ed|location=London|oclc=221108071}} hlm 62, 72.</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/308104|title=Aristotle: the growth and structure of his thought,|last=1933-|first=Lloyd, G. E. R. (Geoffrey Ernest Richard),|date=1968|publisher=Cambridge U.P|isbn=0521094569|location=London,|oclc=308104}}</ref>Aristoteles juga mengemukakan hipotesis tentang gerak dan bumi sebagai pusat alam semesta<ref>Aristotle (translated by J.L Stocks). {{Cite web|url=https://ebooks.adelaide.edu.au/a/aristotle/heavens/|title=On the Heavens|website=ebooks.adelaide.edu.au|language=en|access-date=2017-10-09}} hlm 1-2.</ref>
 
====== Zaman pertengahan ======
Baris 20:
 
====== Zaman Renaisans dan pengembangan metode ilmiah ======
Zaman ini dipandang sebagai kelahiran kembali ([[Abad Renaisans|renaisans]]) dari ilmu pengetahuan danserta kajiannya di Eropa.<ref name=":1" /> Penemuan kembali literatur pembelajaran sains yang dikembangkan oleh peradaban Islam dan Yunani kuno mempengaruhi masyarakat Eropa pada masanya, sekaligus menjadi fondasi dari perkembangan sains pada masa renaisans di Eropa.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/33948732|title=The foundations of modern science in the Middle Ages : their religious, institutional, and intellectual contexts|last=1926-|first=Grant, Edward,|date=1996|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521567629|location=Cambridge|oclc=33948732}} Hlm 55-63, 87-104.</ref>Melalui teori heliosentris, [[Nicolaus Copernicus|Copernicus]] mendobrak pemikiran masyarakat tentang pertanyaan akan eksistensi manusia di alam semesta. Sebelumnya pada model [[Klaudius Ptolemaeus|Ptolemaeus]], bumi dan manusia ditempatkan spesial yang mana menjadi pusat dari alam semesta itu sendiri<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/535467|title=The Copernican revolution : planetary astronomy in the development of Western thought|last=S.|first=Kuhn, Thomas|date=1957|publisher=Harvard University Press|isbn=0674171039|location=Cambridge|oclc=535467}} Hlm 5-20</ref>. Pada model Copernicus, bumi merupakan bagian dari tujuh planet yang telah diketahui yang mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk lingkaran. Meskipun mendapat penolakan<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/30668444|title=Galileo and the church : political inquisition or critical dialogue?|last=Rivka.|first=Feldhay,|date=1995|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521344685|location=Cambridge|oclc=30668444}}Hlm 205-207.</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/747411317|title=The Copernican question : prognostication, skepticism, and celestial order|last=S.,|first=Westman, Robert|date=2011|publisher=University of California Press|isbn=9780520254817|location=Berkeley|oclc=747411317}} Hlm 195-196</ref>gagasan dari Copernicus menginspirasi ilmuwan-ilmuwan pada masanya seperti Tycho Brahe dan Johaness Kepler untuk melakukan observasi dan perhitungan lebih lanjut. Nantinya, Kepler akan menemukan bahwa lintasan planet berbentuk elips alih-alih berbentuk lingkaran<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/44777310|title=Physics, the human adventure : from Copernicus to Einstein and beyond|last=James.|first=Holton, Gerald|last2=James.|first2=Holton, Gerald|date=2001|publisher=Rutgers University Press|isbn=0813529085|edition=[3rd ed.]|location=New Brunswick, N.J.|oclc=44777310}}</ref>. Karya Copernicus juga dianggap sebagai tonggak lahirnya [[revolusi ilmiah]] di Eropa.<ref>{{Cite news|url=http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780195399301/obo-9780195399301-0006.xml|title=Scientific Revolution - Renaissance and Reformation - Oxford Bibliographies - obo|language=en|access-date=2017-10-09}}</ref>
 
Selain Copernicus, Galileo Galilei juga merupakan tokoh penting dari revolusi ilmiah. Galileo menekankan pentingnya matematika dalam pengkajian suatu fenomena alam.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/546066|title=Discoveries and opinions of Galileo.|last=1564-1642.|first=Galilei, Galileo,|date=1957|publisher=Doubleday|isbn=0385092393|edition=[1st ed.]|location=Garden City, N.Y.,|oclc=546066}}Hlm. 237-238</ref> Galileo juga menciptakan teleskop dengan 30x pembesaran yang mana akan menjadi instrumen utama dalam pengamatan satelit atau bulan Jupiter.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/3770650|title=Galileo at work : his scientific biography|last=Stillman.|first=Drake,|date=1978|publisher=University of Chicago Press|isbn=0226162265|location=Chicago|oclc=3770650}}Hlm 146.</ref><ref>In ''Sidereus Nuncius'' (Favaro, [http://moro.imss.fi.it/lettura/LetturaWEB.DLL?VOL=3&VOLPAG=81 1892, 3:81] [https://web.archive.org/web/20120127104726/http://moro.imss.fi.it/lettura/LetturaWEB.DLL?VOL=3&VOLPAG=81 Archived] 27 January 2012 at the Wayback Machine. (in Latin)) Galileo stated that he had reached this conclusion on 11 January. Drake (1978, p. 152), however, after studying unpublished manuscript records of Galileo's observations, concluded that he did not do so until 15 January.</ref> Pengamatan bulan Jupiter oleh galileo mengakibatkan revolusi di bidang astronomi. Pendapat lama dimana bumi sebagai pusat alam semesta dimana seluruh benda-benda langit mengelilingi bumi mulai diragukan akibat ada benda langit (yaitu bulan Jupiter) yang pusat revolusinya tidak terhadap bumi.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/552963366|title=From Eudoxus to Einstein : a history of mathematical astronomy|last=M.)|first=Linton, C. M. (Christopher|date=2004|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521827508|location=Cambridge, UK|oclc=552963366}}</ref>Galileo berkontribusi pada mekanika dengan percobaan geraknya dan menyimpulkan bahwa massa tidak mempengaruhi kecepatan benda, sertaseperti pendapat lama Aristoteles. Serta tanpa suatu gaya gesekhambat, suatu benda akan terus menerus bergerak lurus. Kemudian hasil percobaan Galileo dikembangkan dan dirumuskan secara matematis oleh Isaac Newton padadalam [[Hukum gerak Newton|hukum Geraknya]]. Hasil pengamatan Galileo dan Kepler tentang benda langit dijelaskan oleh Isaac Newton dengan [[Hukum gravitasi universal Newton|hukum gravitasinya]]. Newton juga kemudian memberikan pandangan tentang konsep ruang dan waktu mutlak.<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/sum2014/entries/newton-stm/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Rynasiewicz|first=Robert|date=2014|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Summer 2014}}</ref>[[Berkas:Apparent retrograde motion.gif|jmpl|Perbedaan teori heliosentris [[Nicolaus Copernicus|Copernicus]] (kirikanan) dan [[Geosentrisme|geosentris]] (kanankiri) saat menjelaskan gerak dari planet [[Mars]] terhadap Bumi (lintasan merah)|pus|512x512px]]
== Filsafat ruang (dan) waktu ==
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ruang dan waktu merupakan bahasan sentral dalam filsafat fisika. Pembahasan ruang dan waktu pun terus berkembang dari masa ke masa. Mulai dari bahasankajian yang bersifat [[metafisika]] hingga yang dibahas langsung secara matematis dan terbukti sesuai eksperimenempiris.
 
====== Descartes ======
Baris 34:
 
====== Newton ======
Berlawanan dengan [[René Descartes|Descartes]], [[Isaac Newton|Isaac Newto]]<nowiki/>n berpendapat bahwa ruang vakum, waktu mutlak dan ruang mutlak merupakan suatu entitas yang nyata di alam semesta. Ruang mutlak menurut Newton selalu sama dan tidak bisa dipindahkan.<ref name=":2">Definitions in ''Philosophiae Naturalis Principia Mathematica'', Bk. 1 (1689); trans. Andrew Motte (1729), rev. Florian Cajori, Berkeley: University of California Press, 1934. Hlm. 6-12.</ref> Begitu pula dengan waktu ; menurut Newton waktu berjalan sama (mutlak) disetiap titik di alam semesta dan tidak dipengaruhi aspek fisis eksternal (gaya, masa, kecepatan dan lain-lain).<ref name=":2" /> Newton juga menyatakan bahwa posisi yang ditempati suatu benda adalah suatu besaran dalam ruang yang ditempatinya alih-alih menurut Descartes, ruang merupakan implikasi dari aspek spasial benda. Karakterisasi dari ruang dan waktu menurut Newton dapat dibagi dalam tiga bagian sebagai berikut :<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/sum2014/entries/newton-stm/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Rynasiewicz|first=Robert|date=2014|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Summer 2014}}</ref>
# Ruang dan waktu mutlak adalah suatu entitas yang berbeda dengan materi dan keadaanya tidak bergantung pada materi atau benda apapun.
# Gerak mutlak dari suatu benda ada dan dapat ditentukan besaran sejati(mutlak)nya.
# Gerak mutlak dari suatu benda tidak dapat didefinisikan atau ditentukan besarannya berdasarkan gerak relatifnya (gerakannya terhadap [[Kerangka acuan inersial|kerangka acuan inersia]]).
Ruang mutlak menurut Newton dapat dibuktikan menggunakan percobaan Emberember berisi air yang dirotasikan terhadap suatu titik. Setiap titik di alam semesta dapat melihat gerakan dari Emberember berisi air ini karena kecekungan permukaan air saat berotasi. Ini adalah contoh dari gerak mutlak terhadap kerangka acuan mutlak menurut newton.
 
Selain gerak mutlak, Newton juga mendefinisikan gerak relatif, yakni gerakan suatu benda relatif terhadap suatu kerangka acuan Inersia. Kerangka acuan inersia atau kerangka acuan relatif yang dimaksud adalah kerangka acuan yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan dan kerangka acuan ini berada di dalam kerangka acuan mutlak Newton. Pada kerangka acuan ini berlaku [[Hukum gerak Newton|hukum gerak Newton.]] Selain itu yang hal lainnya yang membedakan konsep Newton dan Descartes adalah pandangannya terhadap momentum, Newton berpendapat bahwa momentum dari suatu benda hanya bergantung dan berbanding lurus dengan kecepatan dan massanya.<ref>{{Cite web|url=https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/newton2.html|title=Newton's Second Law of Motion|website=www.grc.nasa.gov|access-date=2017-10-10}}</ref>
 
====== Leibniz ======
[[Gottfried Leibniz|Gotffried von Leibniz]] menentang Newton dengan menyatakan bahwa ruang sepenuhnya adalah entitas yang relatif terhadap kerangka acuan <ref>{{Cite journal|last=Ballard|first=Kaith Emerson|date=1960|title=Leibniz's Theory of Space and Time|url=http://www.jstor.org/stable/2707998|journal=Journal of the History of Ideas|volume=21|issue=1|pages=49–65|doi=10.2307/2707998}} Hlm 55-57. "Space, for Leibniz, is merely the order of coexistence of matter, and is therefore established as a consequence of God's creating and arranging matter. On the relational theory it is literally nonsensical to suggest that, without any difference inthe mutual relations of the various parts, the material universe as a whole could have been created in a different region of space, for space is nothing but the order or relation of the various coexistent parts of the universe, and comes into existence only when those parts are created. Therefore, Leibniz concluded that we ought to replace the rejected absolute theory by a relational theory of space."</ref>. Leibniz juga mengemukakan teori gerak baru yang menghubungkan gerak suatu benda dengan energi kinetik dan potensial yang dimilikinya.<ref name=":0" /> Selain konsep ruang yang relatif, Leibniz dalam korespondensinya dengan [[Samuel Clarke]] juga menganggap waktu merupakan konsep yang relatif.<ref>See H. G. Alexander, ed., ''The Leibniz-Clarke Correspondence'', Manchester: Manchester University Press, pp. 25–26.</ref><ref>{{Cite book|url=https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-540-74865-6_2|title=Euler as Physicist|last=Suisky|first=Dieter|date=2009|publisher=Springer, Berlin, Heidelberg|isbn=9783540748632|pages=33–64|language=en|doi=10.1007/978-3-540-74865-6_2}}Chapter 2, Hlm 12-23.</ref>
 
====== Relativitas Einstein ======
Baris 49:
Dalam konsep fisika klasik, dipercaya bahwa gelombang cahaya atau elektromagnetik merambat melalui suatu zat yang dinamakan [[ether]]<ref>Whittaker, Edmund Taylor (1910). A History of the theories of aether and electricity (1. ed.). Dublin: Longman, Green and Co.</ref>, zat ini dipercaya juga bersifat elastis dan memenuhi ruang alam semesta. [[Albert Abraham Michelson|Albert Michelson]] selama enam tahun dari tahun 1881 hingga 1887, dengan instrumen percobaanya mencoba menemukan ether namun selalu gagal <ref>Whittaker, Edmund Taylor (1951), A History of the theories of aether and electricity Vol. 1: The classical theories (2. ed.), London: Nelson</ref><ref>Janssen, Michel; Stachel, John (2008), The Optics and Electrodynamics of Moving Bodies (PDF)</ref>. Sementara beberapa ilmuwan juga telah mulai skeptis dengan konsep ruang dan waktu mutlak yang dikemukakan oleh Newton.<ref>Lange, Ludwig (1886), Die geschichtliche Entwicklung des Bewegungsbegriffes, Leipzig: Wilhelm Engelmann</ref><ref>Giulini, Domenico (2001), [http://www.mpiwg-berlin.mpg.de/Preprints/P190.PDF "Das Problem der Trägheit"] (PDF), Preprint, Max-Planck Institut für Wissenschaftsgeschichte, 190: 11–12, 25–26</ref><ref>Robert DiSalle (Summer 2002), "Space and Time: Inertial Frames", in Edward N. Zalta, The Stanford Encyclopedia of Philosophy</ref>Kemudian pada tanggal 26 September 1905, [[Albert Einstein]] mempublikasikan karyanya tentang relativitas khusus. Dalam naskahnya, Einstein berargumen bahwa aether tidak harus ada jika kita meninggalkan konsep ruang dan waktu mutlak Newton. Basis yang mendasari relativitas khusus einstein adalah dua postulat sebagai berikut :<ref name=":3">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Relativity_Gravitation_and_Cosmology.html?id=sE47I357JjIC&redir_esc=y|title=Relativity, Gravitation and Cosmology: A Basic Introduction|last=Cheng|first=Ta-Pei|date=2005|publisher=OUP Oxford|isbn=9780198529576|language=en}} Hlm 71-112.</ref>
# Hukum fisika berlaku sama di setiap kerangka acuan inersial, dan tidak ada pengukuran fisis yang dapat menyatakan besaran suatu gerakan mutlak terhadap kerangka acuan inersial.
# Kecepatan cahaya adalah sama adalah samakonstan terhadap emuasemua pengamat dalam kerangka acuan Inersia.
Implikasi dari kedua postulat Einstein ini ialah hal yang tak lazim pada masanya seperti dilatasi waktu, kontraksi panjang dan pertambahan masa relativistik.<ref>{{Cite web|url=http://casa.colorado.edu/~ajsh/sr/sr.shtml|title=Special Relativity|website=casa.colorado.edu|access-date=2017-10-10}}</ref> Kemudian dilanjutkan dengan relativitas umum Einstein menunjukan bahwa percepatan akibat medan gravitasi sama halnya dengan percepatan pada kerangka inersia yang dipercepat, yang mana akan berimplikasi terhadap pelengkungan lintasan cahaya dan perlambatan waktu pada suatu ruang dengan medan gravitasi tertentu.<ref name=":3" />
 
Baris 55:
 
== Filsafat dalam mekanika kuantum ==
[[Mekanika kuantum]] merupakan fondasi dari [[fisika modern]] dan perkembangan teknologi digital. InterpretasinyaInterpretasi konseptual dari mekanika kuantum bertentangan dengan [[fisika klasik]]. Energi partikel yang terkuantisasi serta dualisme partikel-gelombang merupakan konsep yang tidak dikenal dalam fisika klasik, sehingga dalam interpretasinya memberikan gambaran baru bagaimana alam semesta bekerja.
 
====== Keterikatan, aspek tak terlokalisasi dari partikel ======
[[Berkas:Hydrogen Density Plots.png|kiri|jmpl|Posisi dari elektron pada atom [[Hidrogen]] yang digambarkan sebagai probabilitas dalam fungsi gelombang.]]
Keterikatan dalam mekanika kuantum didefinisikan sebagai suatu fenomena yang terjadi antar partikel atau sekelompok partikel, dimana antar partikel tersebut saling mempengaruhi keadaan kuantum satu sama lain walaupun terpisah secara spasial( misalkan milyaran kilometer ) dan partikel tidak ada interaksi fisis apapun yang terjadi antar partikel <ref name=":4">{{Cite news|url=https://www.thoughtco.com/what-is-quantum-entanglement-2699355|title=What It Means When Two Particles Are Entangled|newspaper=ThoughtCo|access-date=2017-10-10}}</ref>. Interpretasi dari keterikatan kuantum seringkali disalah artikan sebagai pengiriman informasi antar partikel secara instan (melebihi kecepatan cahaya). Keterikatan kuantum bergantung pada dua sifat dasar yang dimiliki materi yaitu ''nonlocality (tak terlokalisasi)'' dan ''nonseparability (''tak terpisah). <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/entanglement/|title=Entanglement|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref>Sifat tak terlokalisasi merupakan sifat gelombang yang dimiliki oleh suatu partikel. Dalam bahasan klasik, partikel merupakan entitas yang terlokalisasi yaitu memiliki kepastian posisi tiap satuan waktu, namun pengamatan pada partikel elementer seperti elektron bahwa partikel pada dasarnya tidak terlokalisasi ; elektron dapat berada dimanapun tiap satuan waktu dan posisinya tidak dapat dihitung secara pasti, melainkan dalam bentuk probabilitas yang didefinisikan dalam suatu fungsi gelombang. <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/nonlocality/|title=Nonlocality|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref>
 
Sementara itu sifat ''non-separability'', menyatakan fungsi gelombang dari sistem yang terdiri dari dua partikel tidak dapat dipisahkan. Artinya kedua partikel walaupun telah dikatakan "terpisah" sebenarnya kedua partikel tersebut tidak pernah betul-betul terpisah dan tetap saling mempengaruhi hingga dilakukannya pengukuran untuk mengukur posisi tiap partikel. <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/nonseparability/|title=Nonseparability|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref><ref>Karkoktas Vilos(2004). ''Forms of Quantum Nonseparability and Related Philosophical Consequence''s. [https://arxiv.org/ftp/quant-ph/papers/0502/0502099.pdf Archived.] Journal for General Philosophy of Science, 2004, 35, pp. 283-312</ref><ref>Myrvold, Wayne C. (2010) ''Nonseparability, Classical and Quantum.'' [http://philsci-archive.pitt.edu/5335/1/HolonomyBJPSFinal.pdf Archived] University of Western Ontario.</ref> Sifat keterikatan partikel memunculkan pertanyaan [[metafisika]] tentang hubungan antara materi di seluruh alam semesta.<ref name=":4" />
Baris 67:
 
== Filsafat dalam termodinamika dan mekanika statistika ==
Termodinamika adalah cabang dari fisika yang mempelajari energi dan kerja pada (dari) suatu sistem.<ref>{{Cite web|url=https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/thermo.html|title=Thermodynamics|website=www.grc.nasa.gov|access-date=2017-10-11}}</ref>Sementara mekanika statistika mempelajari "sifat" atau karakteristik rata-rata dari suatu sistem menggunakan teori probabilitas.<ref name=":7">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2015/entries/statphys-statmech/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Sklar|first=Lawrence|date=2015|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Fall 2015}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.britannica.com/science/statistical-mechanics|title=statistical mechanics {{!}} physics|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-10-11}}</ref> Termodinamika mempunyai hubungan langsung terhadap mekanika statistika karena mekanika statistika memberikan gambaran akan pergerakan materi atau partikel dalam sistem akibat energi dan kerja yang diberikan atau diambil. Termodinamika dan mekanika statistika erat kaitannya dengan [[entropi]] atau derajat kekacauan dari suatu sistem. yang kemudian akanEntropi memberikan intrepertasi matematis dari "keteraturan" di alam semesta. Selain itu mekanika statistika memberikan pandangan dalam tidak simetrisnya waktu dari suatu proses fisis (Irreversibilitas).<ref name=":7" />
 
====== Irreversibilitas ======
[[Berkas:Stephen Hawking.StarChild.jpg|jmpl|[[Stephen Hawking]] (1980), dikenal memberikan banyak kontribusi terhadap [[Kosmologi|kosmoogi]] modern.]]
Prinsip termodinamika mengharuskan bahwa dunia yang didalamnya terjadi suatu proses fisis asimetris terhadap waktu. Contoh : suatu vas bunga terbuat dari keramik jatuh ke lantai dan kemudian pecah, proses sebaliknya, yakni pecahan keramik yang membentuk vas bunga dan kembali ke atas , tidak akan pernah terjadi meskipun energi yang dibutuhkan untuk kedua proses sama besar. Implikasi langsung dari irreversibilitas adalah waktu yang mempunyai arah<ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/arrow_of_time/|title=The Arrow of Time|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref>. Proses irreversibel harus disertai bertambahnya entropi pada suatu sistem dan entropi semesta tidak pernah menurun.<ref>{{Cite web|url=http://web.mit.edu/16.unified/www/FALL/thermodynamics/notes/node48.html|title=6.5 Irreversibility, Entropy Changes, and ``Lost Work''|website=web.mit.edu|access-date=2017-10-11}}</ref> Sehingga arah dari waktu mengikuti proses ini ; yakni alam semesta dulunya harus lebih teratur dari saat ini dan secara fisika akan lebih kacau di masa depan (entropinya bertambah).
 
== Filsafat kosmologi ==
[[Kosmologi]] merupakan suatu ilmu yang berurusan dengan alam semesta pada skala yang besar.<ref name=":5">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/win2017/entries/cosmology/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Smeenk|first=Christopher|last2=Ellis|first2=George|date=2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Winter 2017}}</ref> Kosmologi berkaitan dengan bentuk serta proses terjadinya alam semesta itu sendiri. Teori kosmologi terus berkembang dari zaman ke zaman mulai dari [[Geosentrisme|teori geosentris]] [[Klaudius Ptolemaeus|Ptolemaeus,]] hingga model standar yang mencangkup [[Ledakan Dahsyat|teori ledakan besar]]. Teori kosmologi erat kaitannya dengan aspek metafisika dalam bahasan filsafat, namun seiring perkembangan teknologi dan melimpahnya data pengamatan, kosmologi saat ini sepenuhnya masuk dalam kajian ilmu alam atau sains.<ref name=":5" />
 
====== Asal mula alam semesta ======
Menurut masyarakat Boshongo di [[Afrika Tengah]], pada masa permulaan terciptanya alam semesta hanya terdapat kegelapan, air, dan dewa [[Bumba (dewa)|Bumba]] yang agung. Pada suatu hari, Bumba mengalami sakit perut dan memuntahkan Matahari, pulau-pulau, bulan , bintang, dan segala jenis binatang termasuk manusia.<ref name=":6">{{Cite web|url=http://www.hawking.org.uk/the-origin-of-the-universe.html|title=The Origin of the Universe|website=Stephen Hawking|access-date=2017-10-11}}</ref> Sementara menurut [[Wikipediawikipedia:James_Ussher|uskup Ussher]], penciptaan alam semesta terjadi 4004 tahun sebelum masehi.<ref name=":6" /><ref>{{Cite web|url=https://www.lhup.edu/~dsimanek/ussher.htm|title=Bishop Ussher Dates the World: 4004 BC|website=www.lhup.edu|access-date=2017-10-11}}</ref> Tidak semua orang setuju bahwa alam semesta memiliki suautsuatu awal. Aristoteles misalnya menganggap bahwa alam semesta telah ada dari waktu yang lampau, dan akan terus ada sampai waktu tak hingga.<ref name=":6" /><ref>{{Cite web|url=http://physics.ucr.edu/~wudka/Physics7/Notes_www/node35.html|title=Aristotelian Cosmology|website=physics.ucr.edu|access-date=2017-10-11}}</ref>
 
Kosmologi modern berbasis pada teori sains dan data hasil pengamatan. Pengamatan [[Edwin Powell Hubble|Edwin Hubble]] yang kemudian dipadukan dengan [[Relativitas umum|teori relativitas umum]] mengindikasikan bahwa alam semesta itu terbatas dan memiliki awal. Kesimpulan ini dirangkum dalam [[Ledakan Dahsyat|teori ledakan besar]] yang menyatakan bahwa pada awalnya yaitu 13,8 milyar tahun lalu, alam semesta merupakan suatu titik dengan kerapatan yang sangat tinggi dan kemudian meledak atau berkespansi hingga seperti sekarang. Hingga saat ini teori ledakan besar masih konsisten dengan pengamatan.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/56647855|title=Big bang : the most important scientific discovery of all time and why you need to know about it|last=Simon.|first=Singh,|date=2004|publisher=Fourth Estate|isbn=0007152515|location=London|oclc=56647855}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.nytimes.com/2017/02/20/science/hubble-constant-universe-expanding-speed.html|title=Cosmos Controversy: The Universe Is Expanding, but How Fast?|last=Overbye|first=Dennis|date=2017-02-20|newspaper=The New York Times|language=en-US|issn=0362-4331|access-date=2017-10-11}}</ref>