Transgender: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
k →‎Pranala luar: studi gender -> kajian gender
RXerself (bicara | kontrib)
Baris 73:
Mayoritas ahli kesehatan jiwa merekomendasikan terapi terhadap konflik internal mengenai identitas gender atau ketidaknyamanan terkait peran gender, terutama jika seseorang memiliki keinginan untuk melakukan [[transisi (transgender)|transisi]]. Orang yang mengalami ketidaksesuaian antara gendernya dengan ekspektasi orang lain atau orang yang identitas gendernya bertentangan dengan tubuhnya dapat merasa lebih baik dengan berbicara mendalam soal perasaannya.<ref name="Brown&Rounsley">{{cite book|last=Brown |first=M.L. |last2=Rounsley |first2=C.A. |year=1996 |title=True Selves: Understanding Transsexualism&nbsp;– For Families, Friends, Coworkers, and Helping Professionals |publisher=Jossey-Bass |city=San Francisco |isbn=0-7879-6702-5}}</ref> Istilah ''transseksualisme'', ''transvestisme dengan peran ganda'', ''[[gangguan identitas gender]] pada remaja atau orang dewasa'', dan ''gangguan identitas gender yang tidak dispesifikasi'' merupakan entri yang tertera di dalam [[International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems|International Statistical Classification of Diseases (ICD)]] dari [[Organisasi Kesehatan Dunia|WHO]] dan American [[Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders|''Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders'' (DSM)]] masing-masing pada kode F64.0, F64.1, 302.85, dan 302.6.<ref name="DSM-IV"/> Sementara itu, ''[[DSM-5|DSM edisi ke-5]]'' memiliki entri ''[[disforia gender]]'' sembari menegaskan gagasan bahwa kondisi transgender bukanlah sebuah penyakit kejiwaan.<ref>{{cite news|last1=Garloch|first1=K.|title=What it means to be transgender: Answers to 5 key questions|url=http://www.charlotteobserver.com/living/health-family/article76580862.html|accessdate=18 Desember 2016|publisher=Charlotte Observer|date=9 Mei 2016}}</ref> Perancis pada bulan Februari 2010 menjadi negara pertama yang menghapuskan identitas transgender dari daftar penyakit kejiwaan.<ref>{{cite web |url=http://trans.ilga.org/trans/welcome_to_the_ilga_trans_secretariat/news/france_transsexualism_will_no_longer_be_classified_as_a_mental_illness_in_france |title=France: Transsexualism will no longer be classified as a mental illness in France |author=eZ systems |publisher=ilga.org}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.lemonde.fr/societe/article/2010/02/12/le-transsexualisme-n-est-plus-une-maladie-mentale-en-france_1305090_3224.html |title=Le transsexualisme n'est plus une maladie mentale en France |date=12 Februari 2010 |work=Le Monde.fr}}</ref>
 
Individu transgender memenuhi diagnosis [[gangguan identitas gender]] (''gender identity disorder'', GID) hanya jika kondisinya tersebut menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuatnya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.<ref name="apatransgenderanswers"/> Rasa kecemasan tersebut disebut sebagai ''[[disforia gender]]'' yang bisa berwujud [[depresi]] ataupun ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, dan membangun hubungan sosial yang sehat dengan orang lain. Bentuk diagnosis ini seringkali disalahtafsirkan&mdash;bahwa orang transgender itu orang yang menderita gangguan identitas gender. OrangSebetulnya, orang transgender yang nyaman dengan gender mereka tanpa disertai dengan rasa tertekan atau kesulitan dalam beraktivitas tidak memenuhi diagnosis GID. Terlebih lagi, GID belum tentu bersifat permanen dan sering dapat diselesaikan melaluidengan terapi atau transisi. Perasaan tertekan oleh perilaku-perilaku negatif orang lain atau pemerintah bukan merupakan gejala GID. GID bukanlah persoalan mengenai masalah perbedaan moral. Kalangan ilmu psikologi menekankan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan atau emosional dalam bentuk apapun tidak pantas menerima [[stigma]]. Penyelesaian dari GID mencakup apapun yang dapat mengakhiri rasa ketidaknyamanan dan mengembalikan fungsi normal dalam beraktivitas. Solusi tersebut umumnya (namun tidak selalu) adalah menjalani [[transisi (transgender)|transisi gender]].<ref name="Brown&Rounsley" />
 
Pelatihan tenaga medis yang ada dinilai kurang dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan agar tenagaindividu medistransgender dapat melayani individu transgenderdilayani dengan baik. Hal tersebut menyebabkan tenaga-tenaga medis yang tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam melayani populasiklien transgender.<ref name="L. Carroll, P.J. Gilroy, and J. Ryan">{{cite journal |last1=Carroll |first1=L. |last2=Gilroy |first2=P. J. |last3=Ryan |first3=J. |title=Transgender issues in counselor education |journal=Counselor Education and Supervision |year=2002 |volume=41 |issue=3 |pages=233–242 |doi=10.1002/j.1556-6978.2002.tb01286.x}}</ref> Banyak dari penyedia layanan kesehatan jiwa hanya tahu sedikit mengenai permasalahan transgender. Individu transgenderKlien yang kemudiansedang mencari bantuan medis malahjustru yang kemudian memberikan pengetahuan terhadapkepada tenaga medis dan justrumalah tidak menerima pelayanan.<ref name="Brown&Rounsley" />
 
Kurangnya pelatihan medis terhadap permasalahan transgender mulai banyak diketahui. Meskipun begitu, penelitian mengenai masalah-masalah spesifik kesehatan jiwa yang dihadapi oleh individu transgender masih berfokus terhadap pengalaman dari tenaga medis dan bukan dari sisi pengalaman individu trans itu sendiri.<ref name="H.E. Benson">{{cite journal |last1=Benson |first1=H. E. |title=Seeking support: Transgender client experiences with mental health services |journal=Journal of Feminist Family Therapy |year=2013 |volume=25 |pages=17–40 |doi=10.1080/08952833.2013.755081}}</ref> Tidak semua orang transgender mencari bantuan terapi denganmengingat kondisi kesehatan jiwa individutiap orang yang berbeda-beda. Sebelum versi ketujuh dari [[Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People|Standards of Care]] (SOC, standar pelayanan medis bagi individu transgender keluaran [[WPATH]]), seseorang harus didiagnosis dengan gangguan identitas gender terlebih dahulu untuk berlanjut ke fase penanganan hormon atau operasi. Versi terbaru kini mengurangi fokus terhadap diagnosis dan lebih menekankan kepada pentingnya keterbukaan secara medis agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang berbeda-beda untukbagi orang transseksualtransgender, transgendertransseksual, dan orang dengan variasi gender lainnya.<ref name=SOC>{{cite web |title=Standards of care for the health of transsexual, transgender, and gender nonconforming people—7th version |url=http://www.wpath.org/documents/Standards%20of%20Care%20V7%20-%202011%20WPATH.pdf |website=The World Professional Association for Transgender Health |accessdate=30 November 2014}}</ref>
 
Tujuan dari seorang individu ketika mencari bantuan medis dapat bervariasi. Hal tersebut sederhananya disebabkan karena orang transgender yang meminta pelayanan medis belum tentu berarti bahwa mereka memiliki masalah dengan identitas gender mereka. Tekanan emosional dari keberadaan stigma dan [[transfobia]] mendorong banyak orang transgender untuk mencari pelayanan medis untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Benson (2013) menjelaskan bahwa seorang wanita trans berkata, "Individu transgender datang ke terapis namun masalah mereka yang paling besar tidak ada hubungannya dengan semata-mata karena mereka transgender, tetapi karena mereka harus sembunyi, mereka harus berdalihmembuat alasan, dan mereka telahsudah selama ini merasakan rasamerasa bersalahsalah dan malu, yang sangat disayangkan karena biasanya telahitu sudah mereka alami hal itu selama bertahun-tahun!"<ref name="H.E. Benson" /> Identifikasi transgender dari seorang individu masih dapat menimbulkan kesulitan yang terkait dengan keberadaan stigma. Banyak orang kemudian mencari penanganan kesehatan jiwa untuk [[depresi]] dan [[kegelisahan|ansietas]]. Beberapa orang transgender menekankan pentingnya tenaga medis mengakui identitas gender mereka oleh tenaga medis agar dapat berkonsultasi dengan baik.<ref name="H.E. Benson" />
 
Masih terdapat masalah mengenai kesalahpahaman tentang hal yang menyangkut kondisi transgender yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental individu transgender. Benson (2013) juga mencatat mengenai seorang mahasiswa trans di jenjang magister psikologi yang berkata bahwa, "Kebanyakan orang mungkin tidak merasa asing dengan kata ''transgender'', tetapi ya hanya sampai di situ saja. Saya rasa saya tidak pernah menerima pendidikan formal apapun selama di perkuliahan... saya pikir tidak semua [psikolog] pun tahu. Kebanyakan terapis—tingkat magister, doktor—mereka hanya pernah mengambil... satu kelas mengenai permasalahan GLBT. Satu kelas dari bermacam-macamnya pelatihan. Satu kelas. Dan itu paling-paling kebanyakan soal gaya hidup gay."<ref name="H.E. Benson" /> Banyak dari kebijakan perusahaan asuransi tidak mencakup pelayanan medis yang terkait dengan transisi gender sementara banyak orang tidak atau hanya memiliki sedikit cakupan asuransi. Hal tersebut menjadi perhatian terlebih dengan kurangnya pelatihan yang mencukupi bagi kebanyakan terapis dalam melayani klien transgender, yang kemudian dapat meningkatkan biaya pelayanan bagi klien dan menyulitkannya dalam menerima bantuan.<ref name="H.E. Benson" /> Kebanyakan tenaga medis yang melayani klien transgender hanya menerima pelatihan biasa mengenai identitas gender meskipun kini telah ada pelatihan awal mengenai bagaimana berinteraksi dengan orang transgender bagi tenaga medis untuk meningkatkan tingkatkualitas pelayanan bagi individu transgender.<ref name=Hanssman,Morrison,&Russian>{{cite journal|last1=Hanssmann |first1=C. |last2=Morrison |first2=D. |last3=Russian |first3=E. |title=Talking, gawking, or getting it done: Providing trainings to increase cultural and clinical competence for transgender and gender-nonconforming patients and clients |journal=Sexuality Research and Social Policy |year=2008 |volume=5 |pages=5–23 |doi=10.1525/srsp.2008.5.1.5}}</ref>
 
=== Kesehatan fisik ===