Candi Sewu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-kuna +kuno)
Kurniawn.bagas (bicara | kontrib)
k Suntingan huruf kapital dan kata baku
Baris 23:
[[Berkas:Sewu09 4.jpg|thumb|250px|Kompleks Candi Sewu, tampak candi utama di sebelah kiri dan salah satu candi ''penjuru'' atau ''perwara utama'' di sebelah kanan]]
 
'''Candi Sewu''' atau '''Manjusrighra''' adalah [[candi]] [[Buddha]] yang dibangun pada abad ke-8 Masehi yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara [[Candi Prambanan]]. Candi Sewu merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah [[Candi Borobudur]] di [[Jawa Tengah]]. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya memiliki 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan "Sewu" yang berarti ''seribu'' dalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda [[Loro Jonggrang]].
 
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa [[Bugisan, Prambanan, Klaten|Bugisan]], Kecamatan [[Prambanan, Klaten|Prambanan]], Kabupaten [[Klaten]], Provinsi Jawa Tengah.
Baris 31:
Berdasarkan [[Prasasti Kelurak]] yang berangka tahun 782 dan [[Prasasti Manjusrigrha]] yang berangka tahun 792 dan ditemukan pada tahun 1960, nama asli candi ini adalah ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Istilah ''Prasada'' bermakna [[candi]] atau kuil, sementara ''Vajrajasana'' bermakna tempat [[Wajra]] (intan atau halilintar) bertakhta, sedangkan ''Manjusri-grha'' bermakna Rumah Manjusri. [[Manjusri]] adalah salah satu [[Boddhisatwa]] dalam ajaran buddha. Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 masehi pada akhir masa pemerintahan [[Rakai Panangkaran]]. Rakai Panangkaran (746–784) adalah raja yang termahsyur dari [[kerajaan Mataram Kuno]].
 
Kompleks candi ini mungkin dipugar, dan diperluas pada masa pemerintahan [[Rakai Pikatan]], seorang pangeran dari [[dinasti Sanjaya]] yang menikahi [[Pramodhawardhani]] dari dinasti [[Sailendra]]. Setelah dinasti Sanjaya berkuasa rakyatnya tetap menganut agama sebelumnya. Adanya candi Sewu yang bercorak buddha berdampingan dengan candi Prambanan yang bercorak hindu menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu di Jawa umat Hindu dan Buddha hidup secara harmonis dan adanya toleransi beragama. Karena keagungan dan luasnya kompleks candi ini, candi Sewu diduga merupakan Candi Buddha Kerajaan, sekaligus pusat kegiatan agama buddha yang penting pada masa lalu. Candi ini terletak di lembah Prambanan yang membentang dari lereng selatan [[gunungGunung Merapi]] di utara hingga pegunungan Sewu di selatan, di sekitar perbatasan [[Yogyakarta]] dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di lembah ini tersebar candi-candi dan situs purbakala yang berjarak hanya beberapa ratus meter satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan kawasan penting artinya dalam sektor keagamaan, politik, dan kehidupan urban masyarakat Jawa kunoKuna.
 
Candi ini rusak parah akibat gempa pada bulan Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan. Kerusakan struktur bangunan sangat nyata dan candi utama menderita kerusakan paling parah. Pecahan bebatuanbatu candi berserakan di atas tanah, retakan dan rekahan antar sambungan batu terlihat. Untuk mencegah keruntuhan bangunan, kerangka besi dipasang di keempat sudut bangunan untuk menunjang dan menahan tubuh candi utama. Meskipun situs dibuka kembali untuk pengunjung beberapa pekan kemudian setelah gempa pada tahun 2006, seluruh bagian candi utama tetap ditutup dan tidak boleh dimasuki demi alasan keamanan.
 
Kini setelah dipugar, kerangka logam penopangperancah candi utama telah dilepas dan pengunjung dapat memasuki ruangan dalam candi utama.
 
== Kompleks candi ==
Baris 42:
Pintu masuk kompleks dapat ditemukan di keempat penjuru mata angin, tetapi mencermati susunan bangunannya, diketahui pintu utama terletak di sisi timur. Tiap pintu masuk dikawal oleh sepasang arca [[Dwarapala]]. Arca raksasa penjaga berukuran tinggi sekitar 2,3 meter ini dalam kondisi yang cukup baik, dan replikanya dapat ditemukan di [[Keraton Yogyakarta]].
 
Aslinya terdapat 249 bangunan candi di kompleks ini yang disusun membentuk [[mandala]] wajradhatu, perwujudan alam semesta dalam kosmologi Buddha [[Mahayana]]. Selain satu candi utama yang terbesar, pada bentangan poros tengah, utara-selatan dan timur-barat, pada jarak 200 meter satu sama lain, antara baris ke-2 dan ke-3 candi ''Perwara'' (pengawal) kecil terdapat 8 Candi ''Penjuru'', candi-candi ini ukurannya kedua terbesar setelah candi utama. Aslinya di setiap penjuru mata angin terdapat masing-masing sepasang candi penjuru yang saling berhadapan, tetapi kini hanya candi penjuru kembar timur dan satu candi penjuru utara yang masih utuh. Berdasarkan penelitian fondasipondasi bangunan, diperkirakan hanya satu candi penjuru di utara dan satu candi penjuru di selatan yang sempat dibangun, keduanya menghadap timur. Itu berarti mungkin memang candi penjuru utara sisi timur dan penjuru uselatanselatan sisi timur memang tidak pernah (tidak sempat) dibangun untuk melengkapi rancangan awalnya.
 
Candi ''perwara'' (pengawal) yang berukuran lebih kecil aslinya terdiri atas 240 buah dengan disaindesain yang hampir serupa dan tersusun atas empat barisan yang konsentris. Dilihat dari bagian terdalampaling dalam (tengah), baris pertama terdiri atas 28 candi, dan baris kedua terdiri atas 44 candi yang tersusun dengan interval jarak tertentu. Dua barisan terluarpaling luar, baris ketiga terdiri dari 80 candi, sedangkan baris keempat yang terluar terdiri atas 88 candi-candi kecil yang disusun berdekatan.
 
Dari keempat baris candi perwara ini terdapat dua junisjenis rancangan candi perwara; baris keempat (terluar) memiliki rancang bentuk yang serupa dengan baris pertama (terdalam), yaitu pada bagian penampang gawang pintunya, sedangkan baris kedua dan ketiga memiliki rancang bentuk yang lebih tinggi dengan gawang pintu yang berbeda. Banyak patung dan ornamen yang telah hilang dan susunannya telah berubah. Candi-candi perwara ini diisi arca-arca [[Dhyani Buddha]]. Ditemukan empat jenis Dhyani Buddha di kompleks Candi Sewu. Arca-arca buddha yang dulu mengisi candi-candi ini mengkinmungkin serupa dengan arca buddha di Borobudur.<ref>Dumarçay, Jacques (1978). edited and translated by Michael Smithies, "Borobudur", pp. 46-47. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-580379-2.</ref>.
 
Candi-candi yang lebih kecil ini mengelilingi candi utama yang paling besar tetapi beberapa bagiannya sudah tidak utuh lagi. Di balik barisan ke-4 candi kecil terdapat pelataran beralas batu dan ditengahnyadi tengahnya berdiri candi utama.
 
== Candi utama ==
Candi utama memiliki denah poligon bersudut 20 yang menyerupai [[salib]] atau silang yang berdiameter 29 meter dan tinggi bangunan mencapai 30 meter. Pada tiap penjuru mata angin terdapat struktur bangunan yang menjorok ke luar, masing-masing dengan tangga dan ruangan tersendiri dan dimahkotai susunan stupa. Seluruh bangunan terbuat dari [[batu andesit]]. Ruangan di empat penjuru mata angin ini saling terhubungkandihubungkan oleh galeri sudut berpagar langkan.
 
Berdasarkan temuan pada saat pemugaran, diperkirakan rancangan awal bangunan hanya berupa candi utama berkamar tunggal. Candi ini kemudian diperluas dengan menambahkan struktur tambahan di sekelilingnya. Pintu dibuat untuk menghubungkan bangunan tambahan dengan candi utama dan menciptakan bangunan candi utama dengan lima ruang. Ruangan utama di tengah lebih besar dengan [[atap]] yang lebih tinggi, dan dapat dimasuki melalui ruang timur. Kini tidak terdapat [[arca|patung]] di kelima ruangan ini.<ref>Soetarno, Drs. R. second edition (2002). "Aneka Candi Kuno di Indonesia" (Ancient Temples in Indonesia), pp. 53-54. Dahara Prize. Semarang. ISBN 979-501-098-0.</ref>. Akan tetapi berdasarkan adanya landasan atau singgasana batu berukir [[teratai]] di ruangan utama, diduga dahulu dalam ruangan ini terdapat arca [[bodhisattwa]] Manjusri atau buddha dari bahan perunggu yang tingginya mencapai 4 meter. Akan tetapi kini arca itu telah hilang, mungkin telah dijarah untuk mengambil [[logam]]nya sejak berabad-abad lalu.