Stasiun kereta api: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Information
Baris 18:
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur [[rel]] [[kereta api]] yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian [[kereta api]], stasiun juga berfungsi bila terjadi persilangan antar [[kereta api]] sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa [[kereta api]] masih ditarik oleh [[lokomotif|lokomotif uap]].
 
Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana [[kereta api]] di [[Indonesia]] yang dibangun pada masa zaman [[Belanda]], maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di [[Pulau Jawa|Jawa]] dihubungkan dengan jalur [[kereta api]] sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api.
 
Pada zaman Belanda, jalur rel selalu bermuara di Pelabuhan (Tj. Priok dan Tj, Perak, Belawan) karena dimaksudkan lebih utama mengangkut hasil bumi. Sedangkan stasiun kecil di pedalaman merupakan pusat pengumpul hasil bumi. Sekarang kereta api lebih diutamakan untuk angkutan penumpang