Hamka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 92:
 
=== Menulis dan mengarang ===
Malik kembali ke Tanah Air setelah tujuh bulan bermukim di Mekkah. Namun, bukannya pulang ke Padangpanjang, ia memilih turun di [[Medan]], kota tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang. Medan menandai awal terjunnya Malik dalam jurnalistik. Ia mulai menulis danartikel mengirimkantentang tulisannyapengalamannya kemenunaikan berbagaiibadah majalah.haji Sejak laporan perjalanannya ke Mekkah dimuat di surat kabaruntuk ''Pelita Andalas,'', tulisannyasurat diminati banyakkabar milik orang Tionghoa. Muhammad Ismail Lubis, pimpinan majalah ''Seruan Islam'' mengirimkan permintaan kepada Malik untuk menulis. Selain menulis untuk surat kabar dan majalah lokal, Malik mengirimkan tulisannya ke ''Suara Muhammadiyah'' pimpinan Abdul Azis dan ''Bintang Islam'' pimpinan Fakhroedin. Namun, karena penghargaan atas karya tulis saat itu masih demikian kecil, Malik mengandalkan honor dari mengajar untuk menutup biaya hidupnya. Ia memenuhi permintaan mengajar dari pedagang-pedagang kecil di Kebun Bajalinggi. Waktu itulah ia menyaksikan kehidupan kuli dari dekat yang kelak menggerakkannya menulis ''[[Merantau Ke Deli]]''.{{sfn|Hamka|1974|loc=jilid II|pp=94}}
 
Sewaktu di Medan, kerabat dan ayahnya berkali-kali berkirim surat memintanya pulang. Malik baru memutuskan pulang setelah mendapat bujukan kakak iparnya, Sutan Mansur. Sutan Mansur singgah di Medan dalam perjalanan pulang dari Lhoksumawe pada akhir 1927. Malik menyusul ayahnya di Sungai Batang—rumah mereka di Padangpanjang luluh lantah akibat [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa bumi setahun sebelumnya]]. Setiba di kampung halamannya, Malik bertemu ayahnya secara mengharukan. Ayahnya terkejut mengetahui Malik telah berangkat haji dan pergi dengan ongkos sendiri. "Mengapa tidak engkau beri tahu bahwa begitu mulia dan suci maksudmu? ''Abuya'' ketika itu sedang susah dan miskin." Peneriman ayahnya membuat Malik sadar betapa besar kasih ayahnya terhadap dirinya. Menebus rasa bersalah, Malik bersedia memenuhi permintaan ayahnya untuk dinikahkan. Ia menikah dengan Sitti Raham pada 5 April 1929.