Utara (Mahabharata): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 23:
Dalam kitab kedua ''[[Mahabharata]]'', yaitu ''[[Sabhaparwa]]'', dikisahkan bahwa para pangeran [[Hastinapura]]—seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]]—bermain [[dadu]] dengan taruhan bahwa yang kalah harus menjalani hukuman pengasingan selama 12 tahun, dan pada tahun ke-13 mereka diwajibkan untuk hidup dalam penyamaran selama setahun. Setelah itu, yang kalah berhak pulang kembali ke [[Hastinapura]]. Apabila identitas mereka terbongkar oleh pihak yang menang, maka yang kalah harus mengulangi hukuman yang sama. Permainan tersebut dimenangkan oleh para [[Korawa]] yang dipimpin [[Duryodana]]. Para Pandawa pun menerima kekalahan mereka. Kisah pengasingan para Pandawa diceritakan dalam naskah ''[[Wanaparwa]].
 
Kitab ''[[Wirataparwa]]'' memuat kisah penyamaran para Pandawa setelah menjalani masa pengasingan. Dalam kitab tersebut diceritakan bahwa para Pandawa memilih [[kerajaan Matsya]] sebagai tempat tinggal mereka dalam menjalani masa penyamaran. Menjelang berakhirnya masa penyamaran, sekutu Duryodana yang bernama [[Susarma]] dari [[kerajaan Trigarta|Trigarta]], memperkirakan bahwa para Pandawa tinggal di kerajaan Matsya,. Pendapatnya diterima Duryodana. sehinggaIa iapun mengerahkan pasukannya ke kerajaan tersebut sebagai pancingan agar para Pandawa mau menampakkan diri mereka. Pada saat pasukan Hastinapura telah mencapai perbatasan Matsya, pasukan Matsya yang dipimpin Raja [[Wirata]] sedang mempertahankan diri dari serangan [[kerajaan Trigarta]] yang menyerbu dari selatan.
 
Pasukan [[Kerajaan Trigarta|Trigarta]] yang dipimpin Susarma mengepung kerajaan Matsya dari selatan. Pada saat itu, seluruh pasukan Matsya yang dipimpin Raja [[Wirata]] memusatkan pertahanan diri di sana. Di arah lain, pasukan Hastinapura juga telah mencapai perbatasan Matsya. Ketika berita penyerbuanpengepungan pasukan Hastinapura sampai ke keraton Raja Wirata, Utara membusungkan dada untuk menghadang mereka sendirian. Atas nasihat dan petunjuk dari ibunya (Ratu [[Sudesna]]), ia pun berangkat dengan penuh percaya diri untuk menghadang mereka, dengan hanya ditemani oleh seorang [[waria]] bernama [[Arjuna|Wrehanala]], sebagai kusir kereta perangnya. Tanpa diketahui olehnya, Wrehanala adalah [[Arjuna]]—salah satu [[Pandawa]]—yang sedang menyamar.
 
Ketika sampai di hadapan pasukan musuh, Utara merasa gentar. Ia segera turun dari keretanya lalu lari ketakutan. Ia dikejar oleh Wrehanala hingga ke tengah hutan. Di sana, Wrehanala membuka rahasia bahwa sesungguhnya ia adalah [[Arjuna]] dari keluarga Pandawa yang sedang menjalani hukuman akibat kalah bermain dadu melawan para Korawa. Ia pun mengantar sang pangeran menuju sebuah pohon tempat para Pandawa menyembunyikan senjatanya. Setelah senjata diperlihatkan untuk meyakinkan sang pangeran, mereka pun kembali ke rana. Di sana, mereka bertukar posisi. Arjuna sebagai Wrehanala berdiri sebagai kesatria, sedangkan Utara duduk sebagai kusir. Maka, Arjuna sebagai Wrehanala pun mengambil alih peran Utara menghadapi musuh yang saat itu sudah mulai merampas peternakan milik Kerajaan Matsya.<ref>Pilikian, Vaughan. Mahabharata. New York: New York UP, 2009. Print.</ref>