Yus Rusyana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Yus Rusyana''' merupakan bahasawan, sastrawan, dan pendidik<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2016/10/06/sawidak-taun-gurat-karya-yus-rusyana-digelar-di-upi-hari-ini|title=Sawidak Taun Gurat Karya Yus Rusyana Digelar di UPI Hari Ini - Tribun Jabar|newspaper=Tribun Jabar|language=id-ID|access-date=2017-09-23}}</ref>. Dia lahir di Pameungpeuk, [[Kabupaten Garut|Garut Selatan]], pada 24 Maret 1938. Semasa kecil, kehidupannya lekat dengan kebudayaan, terutama [[tradisi lisan]]. Dia banyak mendengar sastra lisan Sunda, baik dari orang tuanya maupun masyarakat di lingkungannya.
 
Minat Yus Rusyana dalam bidang sastra berkembang ketika menjalani perkuliahan. Ia memulai minatnya itu dengan menulis puisi yang sering dimuat di ''Sipatahoenan''. Tidak hanya aktif dalam dunia penulisan, Yus Rusyana juga piawai dalam dunia seni peran. Dia merupakan pendiri Liga Drama, kelompok teater yang banyak menampilkan drama yang ditulisnya, yaitu ''Cahaya Maratan Waja'' (1964), ''Hutbah Munggaran di Pajajaran'' (1965), dan ''Di Karaton Najasii'' (1966).
Baris 5:
Kecintaan tradisi lisan terhadap Sastra Sunda ini diwujudkan Yus dalam bentuk penelitian yang kemudian dibukukan. Salah satunya, yakni pada 1995 hingga 1996, dia mengadakan penelitian mengenai pencak silat atau ''penca'' (bahasa Sunda). Hasil penelitiannya tersebut lalu diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia dengan judul "Tuturan Tentang Pencak Silat Dalam Tradisi Lisan Sunda". Dia merupakan peneliti undangan pada Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
 
Dalam berkarya, Yus mempunyai filosofi "selamat, bermanfaat, dan nikmat". ''Selamat'' hanya dapat diraih oleh manusia jika ia senantiasa mawas diri dan berhati-hati. ''Manfaat'' hanya akan diperoleh jika manusia dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan. Sementara itu, ''nikmat'' hanya dapat  diperoleh jika manusia tidak melupakan Sang Maha Pencipta dan selalu merendahkan hati di hadapan-Nya. <ref>{{Cite web|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh/1353/Yus%20Rusyana|title=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa {{!}} Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|website=badanbahasa.kemdikbud.go.id|language=id|access-date=2017-09-23}}</ref>Filosofinya itu sering ia tanamkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika sedang mengajar dan membagikan ilmu kepada para mahasiswanya.
 
Yus menikah dengan Ami Raksanagara pada 28 April 1965. Istrinya juga memiliki minat di bidang sastra. Mereka dikaruniai lima anak laki-laki, yaitu Galih Rakasiwi, Kalih Raksasewu, Kalis Ragamulu, Kalif Ragapale (alm.), dan Galis Ragsunu. 
 
Tahun 1989, Yus mendapatkan hadiah Sastra Sunda Rancage dari sastrawan sekaligus budayawan [[Ajip Rosidi]] untuk karyanya yang berupa kumpulan cerpen ''Jajatén Ninggang Papastén.'' Hadiah tersebut merupakan hadiah Sastra Rancage pertama. Hingga kini, cerpen dalam kumpulan cerpen ''Jajatén Ninggang Papastén'' sering diadaptasi ke dalam sebuah bentuk drama. Salah satunya, cerpen "Apun Gencay" yang ditulis pada 1963. Karya Yus ini dikenal publik sastra Sunda sebagai cerita paling dramatis.<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2016/10/11/pesona-hanna-si-bunga-desa-berujung-maut|title=Pesona Hanna Si Bunga Desa Berujung Maut - Tribun Jabar|newspaper=Tribun Jabar|language=id-ID|access-date=2017-09-23}}</ref>
 
== Pendidikan ==
* Sekolah Rakyat Negeri Pameugpeuk (1946-19521946–1952)
* Sekolah Guru B Negeri 1 Garut (SGBN 1 Garut)  (1952-19551952–1955)
* Sekolah Guru A Negeri  1 Bandung (SGAN 1 Bandung) (1955-19581955–1958)
* Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda di Fakultas Keguruan Sastra Sunda, Institut Keguruan dan Pendidikan Bandung (FKSS) (1958—19641958–1964)
* Program Post Graduate Training in the Study of Indonesian Language and Philology, [[Universitas Leiden|Universitas Leiden,]], [[Belanda]] (1971-19731971–1973)
* Meraih gelar Doktor dalam bidang morfologi bahasa dari Fakultas Sastra, [[Universitas  Indonesia]] (1975)
 
Baris 23:
 
Selain berkarier di bidang akademis, Yus juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi dan lembaga sosial, yaitu:
* Ketua Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) (1975—19811975–1981);
* Anggota Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (1994—20001994–2000); dan
* Anggota Dewan Redaksi majalah ''[[Manglé|Mangle]], Wangsit,'' dan ''Lingua''.
Tidak hanya sebagai peneliti yang sering menulis makalah-makalah ilmiah tentang folklor, tetapi ia juga sering menjadi penatar dalam penataran bagi para peneliti tradisi lisan, yang diselenggarakan berbagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan.