Konflik di Negara Bagian Rakhine (2016–sekarang): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abdur rokib (bicara | kontrib)
Aung San Suu Kyi dikecam lima peraih Nobel Perdamaian
Abdur rokib (bicara | kontrib)
Media pemerintah Myanmar, Kamis (22/6/2017), melaporkan, petugas menyita banyak senjata, amunisi, dan mesiu di kamp-kamp militan
Baris 29:
 
Kebanyakan orang Myanmar memandang peliputan media internasional berpihak, terlalu condong ke Rohingya, dan tidak cukup meliput penderitaan orang non-Rohingya di Rakhine yang melarikan diri dari kekerasan di desa mereka. Akses media di daerah yang terdampak di Rakhine sangat terbatas, jurnalis asing tak bisa datang ke sana dengan bebas dan karenanya tak bisa memverifikasi kisah-kisah mereka. <ref>[http://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/06593121/bagaimana-orang-myanmar-memandang-warga-rohingya]</ref> Penasihat Keamanan Nasional Myanmar, Thaung Tun, menyampaikan pernyataan sebagai berikut: "Saya amat kecewa dan sedih dengan kampanye informasi yang berlangsung di seluruh dunia mengenai situasi di Rakhine. Sejumlah berita yang dibuat-buat itu ditulis dan diterbitkan untuk menyesatkan khalayak umum". <ref>[https://news.detik.com/bbc/3631951/myanmar-media-tulis-berita-palsu-soal-rohingya-untuk-sesatkan-publik]</ref>
 
Media pemerintah Myanmar, Kamis (22/6/2017), melaporkan, petugas menyita banyak senjata, amunisi, dan mesiu di kamp-kamp militan yang terletak di Pegunungan Mayu, sebuah daerah terpencil di perbatasan barat laut, yang menjadi pusat minoritas Muslim Rohingya. Lebih dari 70.000 warga Rohingya telah melarikan dari ke daerah di dekat perbatasan Banglades sejak Oktober 2016, dan bahkan ada yang telah menyeberang ke wilayah negara tetangga itu, demikian kantor berita Perancis, AFP. Mereka mengungsi ketika pasukan keamanan Myanmar meluncurkan operasi besar untuk merespons serangan militan yang menewaskan sembilan polisi di sebuah pos perbatasan. <ref>http://internasional.kompas.com/read/2017/06/22/12071301/myanmar.bunuh.tiga.terduga.militan.rohingya.di.rakhine]</ref>Selasa, 12 September 2017
 
Krisis Rohingya menjadi perhatian sejumlah media dunia. Salah satu situs berita utama di Inggris, The Guardian, pada edisi tengah hari, Kamis 07/09) waktu setempat, misalnya, menurunkan laporan ekskulif berjudul 'Pembunuhan masal di Tula Toli: penduduk Rohingya mengenang horor serangan militer Myanmar'. Ditulis oleh wartawan Oliver Holmes dari kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh, antara lain mengutip Zahir Ahmed yang mengatakan kalangan remaja dan dewasa ditembak dengan senapan, sementara bayi dan anak kecil -termasuk adik bungsu perempuanya- dilempar ke dalam air. Holmes melaporkan dari wawancara dengan belasan warga Rohingya dari Tula Toli, didapat gambaran tentang 'pembantaian besar-besaran' ketika tentara Myanmar mendatangi kampung itu pada tanggal 30 Agustus 2017. The Guardian -yang beraliran politik kiri- juga masih menempatkan di situsnya ulasan pengamat sosial politik Inggris, George Monbiot, yang berpendapat Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi seharusnya dicabut karena dia tidak lagi layak mendapatkannya.