Brunei Darussalam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.247.161.142 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Baris 7:
 
== Asal usul Brunei ==
memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun [[1962]] terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu [[Partai Rakyat Brunei]] yang ingin menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan [[Singapura]], [[Sabah]], [[Sarawak]], dan [[Tanah Melayu]] untuk membentuk [[Malaysia]] dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuSilsilahSilsilah kerajaan Brunei didapatkan pada ''Batu Tarsilah'' yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari [[Awang Alak Betatar]], raja yang mula-mula memeluk agama Islam ([[1368]]) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Brunei adalah sebuah negara tertua di antara kerajaan-kerajaan di [[tanah Melayu]]. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan [[Bangsa Arab|Arab]], [[Cina]] dan tradisi lisan. Dalam catatan Sejarah [[Cina]] dikenal dengan nama ''Po-li'', ''Po-lo'', ''Poni'' atau ''Puni'' dan ''Bunlai''. Dalam catatan [[Bangsa Arab|Arab]] dikenali dengan ''Dzabaj'' atau ''Randj''.
Baris 31:
Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun [[1888]], Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun [[1906]], Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
 
Pada tahun [[1959]], Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk sebuah badan perundangan pada tahun [[1962]] terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu [[Partai Rakyat Brunei]] yang ingin menyatukan negara Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan [[Singapura]], [[Sabah]], [[Sarawak]], dan [[Tanah Melayu]] untuk membentuk [[Malaysia]] dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada tahun [[1959]], Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasaah negara yang merdeka.
 
Pada [[1967]], [[Omar Ali Saifuddin III]] telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya [[Hassanal Bolkiah]], menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan gelar [[Paduka Seri Begawan Sultan]]. Pada tahun [[1970]], pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah namanya menjadi [[Bandar Seri Begawan]] untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun [[1986]].