D.N. Aidit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti kategori Wakil Ketua MPR dengan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; perubahan kosmetika
G 30 S PKI
Baris 34:
Dalam kampanye [[Pemilu 1955]], Aidit dan PKI berhasil memperoleh banyak pengikut dan dukungan karena program-program mereka untuk rakyat kecil di Indonesia. Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi pengimbang dari unsur-unsur konservatif di antara partai-partai politik Islam dan militer. Berakhirnya sistem parlementer pada tahun 1957 semakin meningkatkan peranan PKI, karena kekuatan ekstra-parlementer mereka. Ditambah lagi karena koneksi Aidit dan pemimpin PKI lainnya yang dekat dengan Presiden Sukarno, maka PKI menjadi organisasi massa yang sangat penting di Indonesia.
 
=== Peristiwa G-30-S PKI ===
{{utama|Gerakan 30 September}}
[[Berkas:Bundesarchiv Bild 183-57000-0312, Berlin, V. SED-Parteitag, 3.Tag.jpg|jmpl|250px|DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 [[Partai Persatuan Sosialis Jerman]] (''Sozialistische Einheitspartei Deutschlands'') di [[Berlin]] (1958).]]
Pada [[1965]], PKI menjadi partai politik terbesar di Indonesia, dan menjadi semakin berani dalam memperlihatkan kecenderungannya terhadap kekuasaan. Pada tanggal [[30 September]] [[1965]] terjadilah tragedi nasional yang dimulai di [[Jakarta]] dengan diculik dan dibunuhnya enam orang [[jenderal]] dan seorang [[perwira]]. Peristiwa ini dikenal sebagai [[Peristiwa G-30-S]]. PKI
 
Pemerintah [[Orde Baru]] di bawah Jenderal [[Soeharto]] mengeluarkan versi resmi dia bahwa PKI-lah pelakunya, dan sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan ini tidak sempat terbukti, karena Aidit meninggal dalam pengejaran oleh militer ketika ia melarikan diri ke [[Yogyakarta]] dan dibunuh di sana oleh militer.