Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-asal-usul, +asal usul
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 57:
 
== Etimologi ==
[[Berkas:Minangkabau on Sumatra (ru).svg|thumbjmpl|leftkiri|260px|Peta yang menunjukan wilayah penganut kebudayaan Minangkabau di pulau Sumatera.]]
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, ''minang'' dan ''kabau''. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda yang dikenal di dalam [[Tambo Minangkabau|tambo]]. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai [[Majapahit]]) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama ''Minangkabau'',<ref name="Djamaris">{{cite book|last=Djamaris|first=Edwar|year=1991|title=Tambo Minangkabau|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta|pages=220-221|ISBN=978-979-1477-09-3}}</ref> yang berasal dari ucapan "''Manang kabau''" (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama ''Pariangan'' menggunakan nama tersebut.<ref>{{cite book|last=Hill|first=A.H.|year=1960|title=Hikayat Raja-raja Pasai|publisher=Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|location=London|ref=Pasai}}</ref> Selanjutnya penggunaan nama ''Minangkabau'' juga digunakan untuk menyebut sebuah [[nagari]], yaitu Nagari [[Minangkabau, Sungayang, Tanah Datar|Minangkabau]], yang terletak di [[Sungayang, Tanah Datar|Kecamatan Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]].
 
Dalam catatan sejarah kerajaan [[Majapahit]], [[Nagarakretagama]]<ref>{{cite book|last=Brandes|first=J.L.A.|year=1902|title=Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op Koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, Naar Het Eenige Daarvan Bekende Handschrift, Aangetroffen in de Puri te Tjakranagara op Lombok|ref=Brandes}}</ref> bertanggal 1365, juga telah menyebutkan nama '''Minangkabwa''' sebagai salah satu dari negeri [[Melayu]] yang ditaklukannya. Begitu juga dalam Tawarikh [[Dinasti Ming|Ming]] tahun [[1405]], terdapat nama kerajaan ''Mi-nang-ge-bu'' dari enam kerajaan yang mengirimkan utusan menghadap kepada [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]].<ref>Geoff Wade, translator, ''Southeast Asia in the Ming Shi-lu: an open access resource'', Singapore: Asia Research Institute and the Singapore E-Press, National University of Singapore.</ref> Di sisi lain, nama "Minang" ([[kerajaan Minanga]]) itu sendiri juga telah disebutkan dalam [[Prasasti Kedukan Bukit]] tahun 682 dan ber[[bahasa Sanskerta]]. Dalam [[prasasti]] itu dinyatakan bahwa pendiri kerajaan [[Sriwijaya]] yang bernama [[Dapunta Hyang]] bertolak dari "Minānga" ....<ref>{{cite book|last=Cœdès|first=George|year=1930|title=Les Inscriptions Malaises de Çrivijaya|publisher=BEFEO|ref=Cœdès}}</ref> Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi '''mināngatāmvan''' dan diterjemahkan dengan makna ''sungai kembar''. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran [[Sungai Kampar]], yaitu ''Sungai Kampar Kiri'' dan ''Sungai Kampar Kanan''.<ref>{{cite book|last=Purbatjaraka|first=R.M. Ngabehi|year=1952|title=Riwajat Indonesia|publisher=Jajasan Pembangunan|location=Jakarta|ref=Purbatjaraka}}</ref> Namun pendapat ini dibantah oleh Casparis, yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu", karena kata ''temu'' dan ''muara'' juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.<ref>{{cite book|last=Casparis|first=J.G. De|year=1956|title=Prasasti Indonesia II|publisher=Masa Baru|location=Bandung|ref=Casparis}} Dinas Purbakala Republik Indonesia.</ref> Oleh karena itu kata ''Minanga'' berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan ''Minang'' itu sendiri.
[[Berkas:Flag of Minang.svg|thumbjmpl|Bendera atau ''marawa'' yang digunakan suku-suku Minangkabau.]]
 
== Asal usul ==
Baris 73:
Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan [[Melayu]] mulai dibedakan melihat budaya [[matrilineal]] yang tetap bertahan berbanding [[patrilineal]] yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.<ref>{{cite book|last=Andaya|first=L.Y.|year=2008|title=Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka|publisher=University of Hawaii Press|ISBN=0-8248-3189-6|ref=Andaya}}</ref> Kemudian pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan [[sensus]] penduduk maupun [[politik]].
 
[[Berkas:Minangkabaumosque.jpg|thumbjmpl|Sebuah masjid di [[Padang Lua, Banuhampu, Agam]] sekitar tahun 1900-an dengan arsitektur khas Minangkabau sekitar tahun 1900-an.]]
 
== Agama ==
Baris 82:
Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari [[Mekkah]] sekitar tahun 1803,<ref>{{cite book|last=Azra|first=Azyumardi|authorlink=Azyumardi Azra|year=2004|title=The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern "Ulamā" in the Seventeenth and Eighteenth Centuries|publisher=University of Hawaii Press|ISBN=0-8248-2848-8|ref=Azra}}</ref> memainkan peranan penting dalam penegakan [[hukum]] Islam di pedalaman Minangkabau. Walau pada saat bersamaan muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari konflik ini muncul [[Perang Padri]] sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama bahwa ''adat berasaskan Al-Qur'an''.<ref name="Nain">{{cite book|last=Nain|first=Sjafnir Aboe|year=2004|title=Memorie Tuanku Imam Bonjol (Terjemahan)|publisher=PPIM|location=Padang}}</ref>
 
[[Berkas:Randai Padang Panjang.jpg|thumbjmpl|[[Randai]], sebuah pertunjukan kesenian yang dimainkan secara berkelompok.]]
 
== Adat dan budaya ==
Baris 91:
 
=== Matrilineal ===
[[Berkas:Girls in traditional minang bride costumes in a carnival.jpg|thumbjmpl|leftkiri|150px|Pakaian perempuan Minang dalam pesta adat atau perkawinan.]]
[[Matrilineal]] merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang. Adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada [[ibu]] yang dikenal dengan ''Samande'' (se-ibu), sedangkan [[ayah]] mereka disebut oleh masyarakat dengan nama ''Sumando'' ([[ipar]]) dan diperlakukan sebagai [[tamu]] dalam keluarga.
 
Baris 99:
 
=== Bahasa ===
[[Berkas:Aksara Minangkabau.jpg|thumbjmpl|leftkiri|150px|[[Aksara]] yang pernah diduga sebagai aksara Minangkabau.]]
{{utama|Bahasa Minangkabau}}
 
Baris 111:
 
=== Kesenian ===
[[Berkas:Talempong.jpg|thumbjmpl|leftkiri|150px|Sebuah pertunjukan kesenian [[talempong]], salah satu alat musik pukul tradisional Minangkabau.]]
 
Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di antara tari-tarian tersebut misalnya ''[[Tari Pasambahan|tari pasambahan]]'' merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya ''[[Tari Piring|tari piring]]'' merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh ''[[talempong]]'' dan ''[[saluang]]''.
Baris 124:
 
=== Rumah adat ===
[[Berkas:Rumah Gadang.jpg|rightka|thumbjmpl|[[Rumah Gadang]] dengan dua [[Rangkiang]] di depannya.]]
{{utama|Rumah Gadang}}
Rumah adat Minangkabau disebut dengan ''Rumah Gadang'', yang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam [[suku]] tersebut secara turun temurun.<ref>{{cite book|last=Graves|first=Elizabeth E.|title=Asal usul Elite Minangkabau Modern: Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX|year=2007|publisher=Yayasan Obor Indonesia|location=Jakarta|ISBN=978-979-461-661-1|ref=Graves2}}</ref> Rumah adat ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan belakang.<ref>{{cite book|last=Sayuti|first=Azinar|last2=Abu|first2=Rifai|title=Sistem Ekonomi Tradisional Sebagai Perwujudan Tanggapan Aktif Manusia Terhadap Lingkungan Daerah Sumatera Barat|year=1985|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|pages=202|ref=Sayuti}}</ref> Umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah panggung dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau yang biasa disebut ''gonjong''<ref>{{cite book|last=Navis|first=A.A.|authorlink=A.A. Navis|title=Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3|publisher=Grasindo|ISBN=979-759-551-X|ref=Navis2}}</ref> dan dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap [[seng]]. Di halaman depan Rumah Gadang, biasanya didirikan dua sampai enam buah ''[[Rangkiang]]'' yang digunakan sebagai tempat penyimpanan [[padi]] milik keluarga yang menghuni Rumah Gadang tersebut.
Baris 133:
 
=== Perkawinan ===
[[Berkas:Minangkabau wedding 2.jpg|thumbjmpl|Pakaian adat yang dikenakan oleh pengantin Minangkabau.]]
{{utama|Pernikahan Minangkabau}}
Dalam adat budaya Minangkabau, [[perkawinan]] merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru pelanjut keturunan. Bagi lelaki Minang, perkawinan juga menjadi proses untuk masuk lingkungan baru, yakni pihak keluarga istrinya. Sementara bagi keluarga pihak istri, menjadi salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas [[Rumah Gadang]] mereka.
Baris 140:
 
=== Masakan khas ===
[[Berkas:Rendang daging sapi asli Padang.JPG|thumbjmpl|220px|rightka|[[Rendang]] daging sapi yang tengah dihidangkan dengan [[ketupat]].]]
{{utama|Masakan Padang}}
Masyarakat Minang juga dikenal akan aneka masakannya. Dengan citarasanya yang pedas, membuat masakan ini populer di kalangan masyarakat [[Indonesia]], sehingga dapat ditemukan di hampir seluruh [[Nusantara]].<ref name="Rice93">{{cite book|last=Owen|first=Sri|title=The Rice Book|publisher=Doubleday|year=1993|isbn=0-7112-2260-6}}</ref> Di [[Malaysia]] dan [[Singapura]], masakan ini juga sangat digemari, begitu pula dengan negara-negara lainnya. Bahkan, seni memasak yang dimiliki masyarakat Minang juga berkembang di kawasan-kawasan lain seperti [[Riau]], [[Jambi]], dan [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]. Salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal adalah [[Rendang]], yang mendapat pengakuan dari seluruh dunia sebagai hidangan terlezat.<ref>{{cite book|first=Sri|last=Owen|title=Indonesian Regional Food and Cookery Doubleday|location=London dan Sydney|year=1994|publisher=Frances Lincoln Ltd|ISBN=978-1862056787}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.cnngo.com/explorations/eat/readers-choice-worlds-50-most-delicious-foods-012321|title=World's 50 Most Delicious Foods by CNN GO|date=2011-09-07|accessdate=2012-05-18}}</ref> Masakan lainnya yang khas antara lain [[Asam Pedas]], [[Soto Padang]], [[Sate Padang]], dan [[Dendeng Balado]]. Masakan ini umumnya dimakan langsung dengan tangan.
Baris 158:
 
=== Nagari ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Poserende Minangkabause mannen TMnr 10005045.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Pakaian khas suku Minangkabau pada tahun 1900-an.]]
{{utama|Nagari}}
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak [[nagari]]. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri [[Adat Minangkabau|adat]] di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal [[Adat Minangkabau|adat]] yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan [[Kerapatan Adat Nagari]] (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.
Baris 175:
 
=== Kerajaan ===
[[Berkas:Pagaruyung.jpg|thumbjmpl|220px|leftkiri|[[Istana Pagaruyung]] sebuah legitimasi institusi kerajaan Minangkabau.]]
{{utama|Kerajaan Melayu|Dharmasraya|Kerajaan Pagaruyung}}
Dalam laporan [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|De Stuers]]<ref name="Stuers">{{cite book|last=De Stuers|first=Hubert Joseph Jean Lambert|authorlink=Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|coauthors=|title=Laporan Kepada Gubernur Jendral|publisher=|year=30 Agustus 1825|location=|url=|doi=|isbn=|page=33}} ''Exhibitum''. 24 Agustus 1826. No. 41.</ref> kepada pemerintah [[Hindia Belanda]], dinyatakan bahwa di daerah pedalaman Minangkabau, tidak pernah ada suatu kekuasaan pemerintahan terpusat di bawah seorang [[raja]]. Tetapi yang ada adalah nagari-nagari kecil yang mirip dengan pemerintahan polis-polis pada masa [[Yunani]] kuno.<ref>{{cite book|first=Robert Johnson|last=Bonner|coauthors=|title=Aspects of Athenian Democracy Vol. 11|publisher=University of California Press|year=1933|isbn=|pages=25-86|ref=Bonner}}</ref> Namun dari beberapa [[prasasti]] yang ditemukan pada kawasan pedalaman Minangkabau, serta dari [[Tambo Minangkabau|tambo]] yang ada pada masyarakat setempat, etnis Minangkabau pernah berada dalam suatu sistem kerajaan yang kuat dengan daerah kekuasaan meliputi pulau Sumatera dan bahkan sampai [[Semenanjung Malaya]]. Beberapa kerajaaan yang ada di wilayah Minangkabau antara lain [[Kerajaan Dharmasraya]], [[Kerajaan Pagaruyung]], dan [[Kerajaan Inderapura]].
Baris 182:
 
== Minangkabau perantauan ==
[[Berkas:Putri Minang.jpg|thumbjmpl|Seorang putri Minang meramaikan acara [[Grebeg Sudiro]] di [[Surakarta]]]]
Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk orang Minang yang hidup di luar kampung halamannya.Bagi laki-laki Minang merantau erat kaitannya dengan pesan nenek moyang “karatau madang di hulu babuah babungo balun” (anjuran merantau kepada laki-laki karena di kampung belum berguna). Dalam kaitan ini harus dikembangkan dan dipahami, apa yang terkandung dan dimaksud “satinggi-tinggi tabangnyo bangau kembalinya ke kubangan juo”. Ungkapan ini ditujukan agar urang Minang agar akan selalu ingat pada ranah asalnya. Merantau merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan geografis, dengan meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di negeri orang. Keluarga yang telah lama memiliki tradisi merantau, biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota utama di Indonesia dan Malaysia. Keluarga yang paling kuat dalam mengembangkan tradisi merantau biasanya datang dari keluarga pedagang-pengrajin dan penuntut ilmu agama.<ref>Graves (1981). hlm. 40.</ref>
 
Baris 247:
 
Menurut [[Rudolf Mrazek]], sosiolog [[Belanda]], dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas, hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat Minangkabau.<ref>{{cite web|url=http://www.antara-sumbar.com/id/index.php?sumbar=perspektif&j=&id=1|title=Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma'arif, Satu Nomor Contoh Produk Tradisi Merantau|publisher=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA]]|date=2008-11-05|accessdate=2011-07-22}}</ref> Semangat untuk mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan ''Karatau madang dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun'' (lebih baik pergi merantau karena di kampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda.
[[Berkas:Bamboofabric.gif|thumbjmpl|rightka|200px|Salah satu motif tenun [[songket]] Minangkabau khas nagari [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]].]]
 
==== Faktor ekonomi ====
Baris 263:
==== Faktor perang ====
{{utama|Perang Padri|Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia}}
[[Berkas:Tuanku Imam Bonjol.jpg|thumbjmpl|leftkiri|150px|[[Tuanku Imam Bonjol]], salah seorang pemimpin [[Perang Padri]], yang diilustrasikan oleh [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|de Stuers]].]]
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:30%; margin:0 0em 1em .25em; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Orang Minang merupakan masyarakat yang gelisah, dengan tradisi pemberontakan dan perlawanan yang panjang. Selalu merasa bangga dengan perlawanan mereka terhadap kekuatan luar, baik dari Jawa maupun Eropa".<ref name="Kahin"/><p style="text-align: right;">— Pendapat dari [[Audrey R. Kahin]].</blockquote>
Beberapa peperangan juga menimbulkan gelombang perpindahan masyarakat Minangkabau terutama dari daerah konflik, setelah [[Perang Padri]],<ref name="Nain"/> muncul [[Pemberontakan di Pantai Barat Sumatera (1841)|pemberontakan di Batipuh]] menentang tanam paksa Belanda, disusul pemberontakan [[Siti Manggopoh]] dalam [[Perang Belasting]] menentang ''belasting'' dan pemberontakan komunis tahun 1926–1927.<ref name="Kahin">{{cite book|last=Kahin|first=Audrey R.|authorlink=|coauthors=|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926-1998|year=2005|publisher=Yayasan Obor Indonesia|location=|url=|doi=|ISBN=978-979-461-519-5|pages=|ref=Kahin}}</ref> Setelah kemerdekaan muncul [[PRRI]] yang juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran masyarakat Minangkabau ke daerah lain.<ref name="Syam">{{cite book|last=Syamdani|first=|authorlink=|coauthors=|title=[[PRRI]], Pemberontakan atau Bukan|year=2009|publisher=Media Pressindo|location=|url=|doi=|ISBN=978-979-788-032-3|pages=}}</ref> Dari beberapa perlawanan dan peperangan ini, memperlihatkan karakter masyarakat Minang yang tidak menyukai penindasan. Mereka akan melakukan perlawanan dengan kekuatan fisik, namun jika tidak mampu mereka lebih memilih pergi meninggalkan kampung halaman ([[merantau]]). [[Orang Sakai]] berdasarkan cerita turun temurun dari para tetuanya menyebutkan bahwa mereka berasal dari Pagaruyung.<ref>{{cite book|last=Suparlan|first=Parsudi|title=Orang Sakai di Riau|edition=|year=1995|publisher=|location=|doi=|pages=73|ref=Suparlan}}</ref> [[Suku Kubu|Orang Kubu]] menyebut bahwa orang dari Pagaruyung adalah saudara mereka. Kemungkinan masyarakat terasing ini termasuk masyarakat Minang yang melakukan resistansi dengan meninggalkan kampung halaman mereka karena tidak mau menerima perubahan yang terjadi di negeri mereka. [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|De Stuers]] sebelumnya juga melaporkan bahwa masyarakat ''[[Dataran Tinggi Padang|Padangsche Bovenlanden]]'' sangat berbeda dengan masyarakat di Jawa, di Pagaruyung ia menyaksikan masyarakat setempat begitu percaya diri dan tidak minder dengan orang Eropa. Ia merasakan sendiri, penduduk lokal lalu lalang begitu saja dihadapannya tanpa ia mendapatkan perlakuan istimewa, malah ada penduduk lokal meminta rokoknya, serta meminta ia menyulutkan api untuk rokok tersebut.<ref name="Stuers"/>
Baris 274:
== Orang Minangkabau dan kiprahnya ==
{{utama|Daftar tokoh Minangkabau}}
[[Berkas:Famousminang.jpg|thumbjmpl|[[Imam Bonjol]], [[Mohammad Hatta]], [[Sjahrir]] dan [[Fahmi Idris]].]]
Orang Minang terkenal sebagai kelompok yang terpelajar, oleh sebab itu pula mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, antara lain sebagai politisi, penulis, ulama, pengajar, jurnalis, dan [[Pedagang Minangkabau|pedagang]]. Berdasarkan jumlah populasi yang relatif kecil (2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak pencapaian.<ref name="Kato"/> [[Majalah Tempo]] dalam edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia pada abad ke-20 merupakan orang Minang.<ref>''Majalah Tempo Edisi Khusus Tahun 2000''. Desember 1999.</ref> 3 dari 4 orang pendiri Republik Indonesia adalah putra-putra Minangkabau.<ref>{{cite book|last=Tim Wartawan [[Tempo]]|first=|title=4 Serangkai Pendiri Republik|year=2010|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|location=Jakarta|doi=|pages=|ref=Tempo1}}</ref><ref>Empat pendiri Republik Indonesia adalah [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Sutan Sjahrir]], dan [[Tan Malaka]].</ref>
 
Baris 293:
Di samping menjadi politisi dan penulis, kiprah Orang Minang juga cukup menonjol di bidang intelektualisme.<ref>{{cite book|last=Azyumardi|first=Azra|title=Membangkik Batang Tarandam, Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa|publisher=Mizan|year=2008}}</ref> Kebiasaan mereka yang suka berpikir dan menelaah, telah melahirkan beberapa pakar di dunia kedokteran, humaniora, hukum, dan ekonomi, yang kesemuanya memberikan sumbangan besar terhadap bangsa Indonesia. Di antara mereka yang cukup dikenal adalah [[Ahmad Syafii Maarif]], [[Hazairin]], [[Sjahrir (ekonom)|Syahrir]], [[Taufik Abdullah]], dan [[Azrul Azwar]].
[[Berkas:Sultan Malaysia I.jpg|thumbjmpl|leftkiri|150px|[[Tuanku Abdul Rahman]], salah seorang tokoh Minang yang berpengaruh di kawasan rantau.]]
Di Indonesia dan Malaysia, selain orang [[Tionghoa]], orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha ulung. Banyak pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah makan, perhotelan, pendidikan, keuangan, dan kesehatan. Di antara figur pengusaha sukses adalah, [[Abdul Latief]] (pemilik ''ALatief Corporation''), [[Basrizal Koto]] (pemilik peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara), [[Hasyim Ning]] (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia), dan [[Tunku Tan Sri Abdullah]] (pemilik ''Melewar Corporation'' Malaysia).