Mitologi Yunani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-asal-usul, +asal usul
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Jacopo Zucchi - The Assembly of the Gods.jpg|250px|thumbjmpl|rightka|''Pertemuan Para Dewa'', oleh [[Jacopo Zucchi]] .]]
{{wikibooks|{{PAGENAME}}}}
'''Mitologi Yunani''' adalah sekumpulan [[mitos]] dan [[legenda]] yang berasal dari [[Yunani Kuno]] dan berisi kisah-kisah mengenai [[dewa]] dan [[Pahlawan Yunani|pahlawan]], [[Kosmologi|sifat dunia]], dan asal usul serta makna dari praktik [[ritual]] dan [[Kultus (praktik keagamaan)|kultus]] orang Yunani Kuno. Mitologi Yunani merupakan bagian dari [[Agama di Yunani kuno|agama di Yunani Kuno]]. Para sejarawan modern mempelajari mitologi Yunani untuk mengetahui keadaan politik, agama, dan peradaban di Yunani Kuno, serta untuk memperoleh pemahaman mengenai pembentukan mitos itu sendiri.<ref name="Helios">{{cite encyclopedia|title=Volume: Hellas, Article: Greek Mythology|encyclopedia=Encyclopaedia The Helios|year=1952}}</ref>
Baris 34:
Naskah kuno ''Fabulae'' dan ''Astronomica'' buatan penulis Romawi, Pseudo-[[Gaius Julius Hyginus|Hyginus]], adalah dua kompendium mitos non-puitis yang sangat penting. ''Eikones'' buatan [[Filostratos Tua]] dan [[Filostratos Muda]] serta ''Ekhpraseis'' buatan [[Kallistratos]] adalah dua sumber sastra lainnya yang juga mengambil tema dari mitologi.
 
[[Berkas:Anforagrega-atenas.jpg|200px|leftkiri|thumbjmpl|[[Amphora]] di [[Museum Arkeologi Nasional Athena]] yang menggambarkan dewi [[Athena (mitologi)|Athena]].]]
Pada akhirnya, [[Arnobius]] dan sejumlah penulis Yunani Bizantium menyediakan rincian penting mitos, kebanyakan diambil dari karya-karya Yunani lebih awal yang kini telah hilang. Naskah kuno yang memelihhara mitos itu di antaranya adalah leksikon buatan [[Hesikhios dari Iskandariyah|Hesikhios]], ''[[Suda]]'', dan risalah-risalah buatan [[Yohanes Tzetzes]] dan [[Eustathios dari Thessalonika|Eustathios]]. Pandangan moral Kristen terhadap mitologi Yunani terangkum dalam perkataan, {{Polytonic|ἐν παντὶ μύθῳ καὶ τὸ Δαιδάλου μύσος}} / ''en panti muthōi kai to Daidalou musos'' ("Dalam setiap mitos ada pencemaran Daidalos"). Dalam gaya ini, [[Suda]] yang ensiklopedis menceritakan peran [[Daidalos]] dalam rangka memuaskan "nafsu berahi" [[Pasifae]] yang "tak wajar" kepada [[Banteng Kreta|banteng kiriman Poseidon]]: "Karena asal mula dan kesalahan dialamatkan kepada Daidalos dan dia dibenci untuk itu, dia pun menjadi subyek pepatah itu."<ref>[http://www.theoi.com/Titan/Pasiphae.html Pasiphae], Encyclopedia: Greek Gods, Spirits, Monsters</ref>
 
Baris 47:
Penghuni [[Balkan|Semenanjung Balkan]] yang lebih awal merupakan masyarakat agraris yang menganut [[Animisme]] dan mempercayai keberadaan roh pada setiap unsur alam. Dalam perkembangan selanjutnya, roh-roh yang samar-samar itu diberikan wujud manusia dan terlibat dalam mitologi lokal sebagai dewa.<ref name="Johnson17">Albala-Johnson-Johnson, ''Understanding the Odyssey'', hlm. 17</ref> Kemudian muncul suku-suku dari sebelah utara semenanjung Balkan yang datang menyerang. Dalam invasinya, mereka membawa serta kepercayaan baru yang di dalamnya terdapat [[pantheon]] dewa-dewa baru, yang didasarkan pada penaklukan, keberanian dalam perang, dan kepahlawanan yang kejam. Dewa-dewa yang telah lebih dulu ada kemudian menyatu dengan dewa sembahan para penyerang yang lebih kuat. Semantara dewa-dewa yang tidak terasimilasi akhirnya menghilang dan tak lagi dianggap penting.<ref name="Johnson18">Albala-Johnson-Johnson, ''Understanding the Odyssey'', hlm. 18</ref>
 
[[Berkas:Jupiter und Ganymed (Mengs).jpg|200px|rightka|thumbjmpl|''Zeus Mencium Ganimede'' (1758-59) oleh [[Anton Raphael Mengs]]. Kisah [[Zeus]] dan [[Ganimede]] adalah salah satu contoh hubungan antarlelaki dalam mitologi Yunani.]]
Setelah pertengahan periode Arkais, mitos mengenai hubungan cinta dan seksual antara dewa pria dengan manusia pria muncul lebih sering, mengindikasikan adanya perkembangan yang paralel dengan [[Perjantanan di Yunani kuno|pejantanan pedagogis]] ''(Eros paidikos, παιδικός ἔρως),'' yang dpercaya telah diperkenalkan sekitar tahun 630 SM. Pada akhir abad kelima SM, para penyair telah memberikan setidaknya satu [[eromenos]] (pemuda remaja yang menjadi pasangan untuk hubungan seksual) untuk setiap dewa yang penting kecuali dewa [[Ares]]. Kekasih pria juga dimiliki oleh para tokoh-tokoh manusia yang legendaris.<ref name="Gallimach109">A. Calimach, ''Lovers' Legends: The Gay Greek Myths;'', hlm. 12–109</ref> Mitos yang telah ada sebelumnya, seperti misalnya hubungan persahabatan antara [[Akhilles]] dan [[Patroklos]], juga dijadikan [[LGBT dalam mitologi klasik|hubungan cinta sesama jenis]].<ref name="Percy">W.A. Percy, ''Pederasty and Pedagogy in Archaic Greece'', hlm. 54</ref> Fenomena ini dimulai oleh para penyair Iskandariyah, dan kemudian dilakukan juga oleh para mitografer yang lebih umum di Kekaisaran Romawi awal. Mereka sering mengadaptasi ulang cerita-cerita mitologi Yunani dengan gaya itu.
 
Baris 63:
== Mitologi ==
=== Zaman para dewa ===
[[Berkas:The Mutiliation of Uranus by Saturn.jpg|450px|thumbjmpl|leftkiri|''Pengebirian Uranus'': lukisan dinding oleh Vasari & [[Cristofano Gherardi]] (c. 1560, Sala di Cosimo I, Palazzo Vecchio, Firenze).]]
==== Kosmogoni dan kosmologi ====
{{Lihat pula|Dewa awal Yunani|Silsilah Dewa-Dewi Yunani}}
"Mitos asal-usul" atau "mitos penciptaan" melambangkan usaha untuk menguraikan alam semesta dan menjelaskan asal mula dunia supaya dapat dipahami oleh akal manusia.<ref name="Klattx">Klatt-Brazouski, ''Ancient Greek and Roman Mythology'', 10</ref> Versi yang paling banyak diterima pada saat ini, meskipun merupakan suatu kisah filosofis mengenai asal usul segala sesuatu, diceritakan oleh [[Hesiodos]], dalam karyanya ''[[Theogonia]]''. Dia mulai dengan [[Khaos]], suatu entitas yang tak berbentuk dan msterius. Dari Khaos ini muncullah [[Gaia]] atau Gê (dewi bumi) serta beberapa makhluk dewata primer lainnya, di antaranya adalah [[Eros]] (Cinta), [[Tartaros]] (Perut bumi), [[Erebos]] (Kegelapan), dan [[Niks]] (Malam). Niks bercinta dengan Erebos dan melahirkan [[Aither]] (Langit atas) dan [[Hemera]] (Siang).<ref name="Theogony116-138">Hesiod, ''Theogony'', 116–138</ref> Tanpa pasangan pria, Gaia melahirkan [[Uranus (mitologi)|Uranus]] (dewa langit) dan [[Pontos]] (dewa laut). Uranus kemudian menjadi suami Gaia. Dari hubungan mereka, terlahirlah para [[Titan (mitologi)|Titan]] pertama, yang terdiri dari enam Titan pria, yaitu [[Koios]], [[Krios]], [[Kronos]], [[Hiperion]], [[Iapetos]], dan [[Okeanos]], serta enam Titan wanita, yaitu [[Mnemosine]], [[Foibe]], [[Rea]], [[Theia]], [[Themis]], dand [[Tethis]]. Setelah Kronos lahir, Gaia dan Uranus memutuskan bahwa tidak ada Titan lagi yang boleh lahir. Anak-anak Gaia dan Uranus yang lahir kemudian adalah para [[Kiklops]] (raksasa bermata satu) dan [[Hekatonkheire]] (raksasa bertangan seratus). Karena memiliki rupa yang mengerikan, para Kiklops dan Hekatonkheire dikurung oleh Uranus.<ref>Hesiodos, ''Theogonia'' 147-163</ref> Gaia marah atas tindakan Uranus dan mengajak para Titan untuk memberontak melawan Uranus. Kronos, anak Gaia yang "paling cerdik, muda, dan mengerikan",<ref name="Theogony116-138" /> melaksanakan perintah Gaia dan dia pun memotong alat kelamin ayahnya sendiri. Setelah itu Kronos menjadi penguasa para dewa dengan Rea, yang merupakan kakak sekaligus istrinya, sebagai pasangannya, dan para Titan yang lain menjadi anak buahnya.
 
[[Berkas:Rubens saturn.jpg|170px|rightka|thumbjmpl|''Kronos Menelan Anaknya'', menggambarkan Kronos yang sedang memakan bayi [[Poseidon]]. Lukisan oleh [[Peter Paul Rubens]].]]
Kisah mengenai konflik antara ayah dan anak kembali terulang ketika Kronos dikonfrontasi oleh putranya, [[Zeus]]. Ini bermula dari rasa takut ronos. Karena Kronos telah mengkhianati ayahnya, dia takut bahwa keturunannya akan melakukan hal yang sama. Jadi tiap kali Rea melahirkan, Kronos merebut bayinya dan menelannya. Rea marah atas tindakan suaminya dan memutuskan untuk melakukan suatu tipuan. Setelah melahirkan Zeus, Rea langsung menyembunyikannya dan memberikan batu yang terbungkus kain pada Kronos, yang langsung saja menelannya. Setelah dewasa, Zeus berhasil memperdaya Kronos untuk meminum suatu ramuan yang mengakibatkan Kronos memuntahkan semua anak-anak yang pernah ditelannya. Zeus lalu menyatakan perlawanan terhadap Kronos untuk merebut kepemimpinan para dewa. Pada akhirnya, dengan bantuan para Kiklops dan Hekatonkheire (yang dibebaskan oleh Zeus) serta melalui [[Titanomakhia]] (perang Titan) selama sepuluh tahun, Zeus dan saudara-saudarinya memperoleh kemenangan. Sementara itu Kronos dan para Titan pria, kecuali [[Atlas (mitologi)|Atlas]], dikurung di Tartaros.<ref name="Theogony713-735">Hesiodos, ''Theogony'', 713–735</ref> Atlas sendiri memperoleh hukuman khusus, yakni dia mesti memikul langit.
 
[[Berkas:Amphora birth Athena Louvre F32.jpg|thumbjmpl|leftkiri|[[Amphora]] berfigur hitam yang menggambarkan dewi [[Athena (mitologi)|Athena]] sedang "lahir" dari kepala [[Zeus]], yang sudah menelan [[Metis]], sementara itu dewi kelahiran, [[Eileithiia]], berada di bagian kanan, 550–525 SM ([[Museum Louvre]], [[Paris]]).]]
Zeus juga dihinggapi rasa kehawatiran yang sama, dan, setelah adanya ramalan bahwa putra dari istri pertamanya, [[Metis]], akan menjadi dewa yang lebih kuat dari Zeus, maka Zeus pun menelan Metis. Ketika ditelan oleh Zeus, Metis sedang hamil. Setelah menelan Metis, Zeus mengalami sakit kepala yang luar biasa. Kemudian dari kepala Zeus terlahirlah dewi [[Athena (mitologi)|Athena]] yang sudah mengenakan baju perang lengkap. "Kelahiran" dari Zeus ini digunakan sebagai alasan mengapa Zeus tidak "digantikan" oleh dewa dari generasi selanjutnya, tetapi Zeus tetap tercatat sebagai asal-mula munculnya Athena. Ada kemungkinan bahwa ketika kisah ini muncul, perubahan kultural sudah berlangsung dan menyerap kultus lokal yang sudah berjalan lama mengenai pemujaan dewi Athena di kota [[Athena (kota)|Athena]]. Pemujaan itu kemudian berubah menjadi [[pantheon]] [[Dewa Olimpus|dewa-dewa Olimpus]], dan proses perubahnnya sendiri terjadi tanpa konflik.
 
Baris 82:
==== Pantheon Yunani ====
{{See also|Agama di Yunani Kuno|Dewa Olimpus}}
[[Berkas:0036MAN Poseidon.jpg|200px|leftkiri|thumbjmpl|Patung [[Poseidon]] di [[Museum Arkeologi Nasional Athena]]. Poseidon merupakan salah [[dewa Olimpus]].]]
Berdasarkan mitologi Era Klasik, setelah kekuasaan para Titan dijatuhkan, [[Pantheon]] [[dewa]] dan [[dewi]] baru pun muncul. Salah satu kelompok dewa Yunani yang paling utama adalah para [[dewa Olimpus]], yang tinggal di puncak [[Gunung Olimpus]] di bawah kepemimpinan Zeus. Gagasan yang membatasi bahwa jumlahnya harus dua belas kemungkinan berasal dari masa modern.<ref name="Stoll8">H.W. Stoll, ''Religion and Mythology of the Greeks'', 8</ref> Selain para dewa Olimpus, bangsa Yunani juga menyembah berbagai dewa pedesaan, misalnya dewa-[[satir]] [[Pan]] dan para [[nimfa]] (peri alam), para dewa laut, para satir, dan banyak lagi yang lainnya. Nimfa sendiri terdiri dari para [[Naiad]] (nimfa mata air), [[Driad]] (nimfa pohon), dan [[Nereid]] (nimfa laut). Selain itu, ada juga para dewa di dunia bawah, misalnya para [[Erinyes]] (dewa angkara murka), yang dikatakan memburu orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap keluarga sendiri.<ref name="BrRel">{{cite encyclopedia|title=Greek Religion|encyclopedia=Encyclopaedia Britannica|year=2002}}</ref> Untuk menghormati Pantheon Yunani Kuno, para penyair menyusun Himne Homeros (tiga belas sajak untuk para dewa).<ref name="Cashford174">J. Cashford, ''The Homeric Hymns'', vii</ref> [[Gregory Nagy]] menganggap bahwa "Himne Homeros adalah suatu pembuka sederhana (dibandingkan dengan ''Theogonia''), yang masing-masingnya ditujukan untuk satu dewa yang berbeda-beda'.<ref name="Nagy54">G. Nagy, ''Greek Mythology and Poetics'', 54</ref>
 
Baris 89:
Setiap dewa masing-masing memiliki asal-usul, silsilah, minat, ketertarikan, kepentingan, keahlian, kekuasaan dan kepribadian tersendiri. Akan tetapi, penggambaran para dewa muncul dari banyaknya variasi arkais lokal, yang tidak selalu sama antara satu dengan yang lainnya. Ketika dewa-dewa itu disebut dalam sajak, puisi, doa, atau kultus, mereka disebutkan dengan gabungan nama serta julukannya, yang membedakan mereka berdasarkan perbedaan-perbedaan itu dari perwujudan mereka yang lainnya. Salah satu contohnya adalah ''Apollo Mousagetes'', yang artinya adalah "[[Apollo (mitologi)|Apollo]], pemimpin para [[Mousai]]". Selain itu, julukan juga dapat mengidentifikasi aspek yang khusus dan terlokalisasi dari para dewa, kadang-kadang julukan-julukan para dewa dipercaya sudah ada sebelum masa Yunani Klasik.
 
[[Berkas:Dionysos satyr Altemps Inv8606.jpg|200px|rightka|thumbjmpl|Patung [[Dionisos]] dan [[satir]]. Dibuat dari marmer. Salinan [[Romawi]] (abad ke-2 M) dari patung asli Yunani. Dionisos adalah dewa [[wine|anggur]] dan merupakan salah satu dewa yang memiliki karakteristik yang kompleks.]]
Dalam keberagaman yang luas mengenai mitos dan legenda yang terdapat dalam mitologi Yunani, orang Yunani Kuno percaya bahwa para dewa pada dasarnya memiliki tubuh jasmani namun tubuh para dewa adalah tubuh yang ideal. Menurut [[Walter Burkert]], ciri penting dari antropomorfisme Yunani adalah bahwa "para dewa Yunani berwujud orang, dan bukanlah sesuatu yang abstrak, ide ataupun konsep".<ref name="Burkert182">W. Burkert, ''Greek Religion'', 182</ref> Terlepas dari bentuk yang mendasari mereka, para dewa Yunani Kuno memiliki banyak sekali kemampuan yang luar biasa, yang paling penting adalah bahwa para dewa tidak dapat terkena penyakit, dan hanya dapat terluka melalui keadaan yang sangat tidak biasa. Orang Yunani menganggap bahwa keabadian adalah karakteristik paling unik dari dewa mereka. Keabadian, seperti halnya keadaan awet muda, dihasilkan dari konsumis [[nektar]] dan [[ambrosia]] secara terus-menerus. Dengan mengonsumsi itu, darah di pembuluh para dewa terus-menerus diperbaharui.<ref name="Stoll4">H.W. Stoll, ''Religion and Mythology of the Greeks'', hlm. 4</ref>
 
Baris 99:
Ada masa ketika hanya ada para dewa yang hidup di dunia, dan ada pula masa ketika campur tangan para dewa terhadap kehidupan manusia cukup terbatas. Di antara kedua masa itu, ada masa tradisional ketika para dewa dan manusia hidup bersama-sama. Masa tersebut adalah masa-masa awal dunia ketika kelompok dewa dan manusia dapat bergaul lebih bebas daripada masa-masa setelahnya. Banyak dari cerita mengenai tema tersebut muncul dalam ''[[Metamorphoses]]'' karya [[Ovidius]]. Kisah-kisahnya sering dibagi menjadi dua kelompok cerita tematik, yaitu cerita cinta, dan cerita hukuman.<ref name="Mile38">G. Mile, ''Classical Mythology in English Literature'', hlm. 38</ref>
 
[[Berkas:Mainade Staatliche Antikensammlungen 2645.jpg|230px|leftkiri|thumbjmpl|Seorang [[Mainad]] yang sedang marah, membawa sebuah [[thirsos]] dan sekor [[macan tutul]], dengan seekor ular membelit di kepalanya. Tondo dari [[Kylix]] [[Attika]] [[Yunani Kuno]] berlatar putih, 490-480 SM.]]
Kisah cinta seringkali melibatkan [[hubungan sedarah]], atau hubungan seksual atau perkosaan yang dilakukan oleh dewa terhadap manusia perempuan. Hasil dari hubungan antara dewa dan manusia adalah manusia setengah dewa atau yang sering disebut [[Pahlawan Yunani|pahlawan]]. Kisah-kisah yang ada secara umum menunjukkan bahwa hubungan antara dewa dan manusia adalah sesuatu yang perlu dihindari. Hubungan cinta dewa-manusia jarang ada yang berakhir bahagia.<ref name="Mile39">G. Mile, ''Classical Mythology in English Literature'', 39</ref> Dalam beberapa kasus, ada pula dewi yang menjalin hubungan dengan manusia pria, seperti misalnya dalam ''Himne Homeros untuk Afrodit'', yang menceritakan bahwa dewi Afrodit berhubungan seksual dengan [[Ankhises]] dan melahirkan [[Aineias]].<ref>''Himne Homeros untuk Afrodit'', [http://courses.dce.harvard.edu/~clase116/txt_aphrodite.html 75–109]</ref>
 
Baris 107:
 
=== Zaman Pahlawan ===
[[Berkas:Pompeii - Casa dei Dioscuri - Perseus and Andromeda.jpg|200px|rightka|thumbjmpl|Lukisan dinding di [[Pompeii]] yang menggambarkan [[Perseus]] dan [[Andromeda]]. Perseus adalah pahlawan Yunani dari generasi awal.]]
Periode ketika para pahlawan hidup disebut dengan istilah [[Zaman Pahlawan]].<ref name="Kelsey30">F.W. Kelsey, ''An Outline of Greek and Roman Mythology'', 30</ref> Sajak-sajak epik dan genelaogis menciptakan kisah-kisah yang bercerita seputar pahlawan atau peristiwa tertentu, serta memunculkan hubungan antara para pahlawan dari cerita yang berbeda-beda; ceita-cerita itu kemudian disusun secara berurutan. Menurut Ken Dowden, "bahkan ada efek saga: kita dapat mengikuti cerita beberapa keluarga dalam generasi-generasi yang saling berurutan".<ref name="Dowden11"/>
 
Baris 118:
Beberapa sejarawan percaya<ref name="Rose10">H. J. Rose, ''A Handbook of Greek Mythology'', hlm. 10</ref> bahwa di balik mitologi Herakles yang sangat rumit mungkin terdapat manusia sungguhan, barangkali seorang pemimpin-pengikut di Kerajaan [[Argos]]. Beberapa sejarawan lainnya berpendapat bahwa kisah Herakles adalah alegori untuk perjalanan tahunan matahari, yang melewati dua belas rasi bintang [[zodiak]]<ref name="Dupuis">C. F. Dupuis, ''The Origin of All Religious Worship'',hlm. 86</ref> Sementara yang lainnya merujuk pada mitos-mitos yang lebih awai dari beebapa budaya lainnya, dan menunjukkan bahwa kisah Herakles merupakan adaptasi lokal dari mitos pahlawan yang sudah lebih dulu ada. Pada umumnya, Herakels dikenal sebagai putra dari Zeus dan [[Alkmene]], cucu perempuan [[Perseus]].<ref name="BrHer">{{cite encyclopedia|title=Heracles|encyclopedia=Encyclopaedia Britannica|year=2002}}</ref> Perjalanan luar biasa yang dilakukannya sendirian, juga banyaknya tema [[Budaya rakyat|cerita rakyat]] yang menyertainya, menghasilkan banyak cerita mengenai Herakles untuk legenda populer. Dia digambarkan sebagai seorang pemberi kurban dan disebut sebagai pendiri altar-altar. Dalam drama komedi Yunani Kuno, dia sering diperlihatkan sebagai seorang pemakan yang rakus. Sedangkan akhir hidupnya yang tragis banyak diceritakan dalam drama tragedi. Menurut Thalia Papadopoulou, drama ''[[Herakles (drama)|Herakles]]'' gubahan [[Euripides]] merupakan "suatu drama yang amat sangat penting dari drama-drama Euripides lainnya".<ref name="PapadopoulouBurkert">W. Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 211<br />* T. Papadopoulou, ''Heracles and Euripidean Tragedy'', hlm. 1</ref> Dalam sastra dan seni, Herakles digambarkan sebagai pria yang sangat kuat dan memiliki tinggi yang sedang. Senjata khasnya adalah panah namun dia juga sering membawa [[gada]]. Herakles sangat populer dalam [[tembikar Yunani kuno|tembikar Yunani Kuno]], pertarungannya dengan [[Singa Nemea]] diabadikan dalam ratusan lukisan vas, mengindikasikan bahwa dia adalah salah stau pahlawan paling terkenal dalam mitologi Yunani.<ref name="Burkert211">W. Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 211</ref>
 
[[Berkas:Heracles and the Horses of Diomedes.jpg|230px|leftkiri|thumbjmpl|[[Herakles]] dan [[Kuda betina Diomedes|Kuda-kuda betina Diomedes]]. Patung kecil buatan J. M. Félix Magdalena.]]
Herakles juga diadaptasi ke dalam kultus dan mitologi Etruska dan Romawi sebagai [[Herkules]], dan seruan "mehercule" menjadi sama lazimnya bagi orang Romawi seperti halnya "Herakleis" untuk orang Yunani.<ref name="Burkert211" /> Di [[Italia]], dia disembah sebagai dewa para saudagar dan pedagang, meskipun beberapa orang lainnya menyembahnya untuk keberuntungan, nasib baik, serta penyelamatan dari marabahaya.<ref name="BrHer" />
 
Baris 134:
 
==== Wangsa Atreus ====
[[Berkas:Reconst Kilyx Edipo y la Esfinge.svg|200px|rightka|thumbjmpl|[[Oidipus]] dan [[sphinx]], [[tondo]] dari [[kylix]] [[Attika]] berfigur merah, 480–470 SM. Oidipus merupakan salah satu pahlawan yang muncul dalam [[Siklus Thebes]].]]
Pada periode antara petualangan Argonaut dan Perang Troya, ada sebuah generasi yang cukup dikenal karena kejahatannya yang mengerikan. Ini meliputi perbuatan-perbuatan [[Atreus]] dan [[Thiestes]] di Argos. Di balik mitos tentang wangsa Atreus (yang merupakan satu dari dua dinasti kepahlawanan terpenting bersama dengan wangsa [[Labdakos]]) terdapat suatu masalah yang berkutat seputar peralihan kekuasaan serta masalah mengenai kebangkitan menuju kekuasaan. Si kembar Atreus dan Thiestes beserta keturunan-keturunan mereka memainkan peran yang menentukan dalam cerita-cerita tragedi tentang peralihan kekuasaan di Mykenai.<ref name="Bonnefoy103">Y. Bonnefoy, ''Greek and Egyptian Mythologies'', hlm. 103</ref>
 
Baris 148:
Mitologi Yunani berpuncak pada [[Perang Troya]] serta peristiwa-peristwia setelahnya. Perang Troya terjadi ketika pasukan Yunani menyerang kota [[Troya]] di Asia Kecil. Dalam karya-karya Homeros, misalnya ''[[Iliad]]'', cerita utamanya sudah memiliki bentuk dan substansi, sedangkan tema-tema individunya baru muncul kemudian, khususnya dalam drama Yunani. Perang Troya juga menimbulkan ketertarikan yang besar dalam [[Budaya Romawi kuno|budaya Romawi]] karena adanya kisah mengenai [[Aineias]], seorang pahlawan Troya yang berhasil menyelamatkan diri ketika Troya dihancurkan. Dikisahkan bahwa dalam perjalanannya, Aineias mendirikan kota yang kemudian menjadi kota [[Roma]]. Kisah tersebut diceritakan dalam ''[[Aeneid]]'' karya [[Virgilus]]. Buku satu dalam ''Aeneid'' sendiri berisi versi paling terkenal mengenai penghancuran Troya.<ref name="HeliosBr">{{cite encyclopedia|title=Trojan War|encyclopedia=Encyclopaedia The Helios|year=1952}}<br />* {{cite encyclopedia|title=Troy|encyclopedia=Encyclopaedia Britannica|year=2002}}</ref> Sumber lainnya mengenai Perang Troya adalah dua pseudo-kronik dalam bahasa Latin yang ditulis atas nama [[Diktis Kretensis]] dan [[Dares Phrygios]].<ref>J. Dunlop, ''The History of Fiction'', hlm. 355</ref>
 
[[Berkas:Triumphant Achilles in Achilleion levelled.jpg|400px|thumbjmpl|leftkiri|Lukisan dinding di istana [[Achilleion]] yang menggambarkan [[Akhilles]] sedang menyeret jenazah [[Hektor]] menggunakan [[kereta perang]]nya. Konflik antara Akhilles dan Hektor merupakan bagian penting dari ''[[Iliad]]'', yang menceritakan tentang [[Perang Troya]].]]
[[Siklus Epik|Siklus Perang Troya]], suatu kumpulan [[wiracarita]] mengena Perang Troya, dimulai dengan sejumlah peristiwa yang kemudian berujung pada peperangan, antara lain kisah tentang [[Eris (mitologi)|Eris]] dan [[apel emas]] [[Apel Perselisihan|Kallistinya]], [[Keputusan Paris]], penculikan [[Helene]], dan pengurbanan [[Ifigeneia]] di [[Aulis]]. Untuk mendapat Helene kembali, pasukan Yunani melakukan ekpspedisi besar-besaran di bawah komando saudara [[Menelaos]], yakni [[Agamemnon]], raja [[Argos]] atau [[Mykenai]]. Namun pihak Troya tidak mau menyerahkan Helene sehingga pasukan Yunani harus menggunakan cara-cara kekerasan. ''Iliad'', yang berlatar pada tahun kesepuluh dalam Perang Troya, mengisahkan persilisihan antara Agamemnon dan [[Akhilles]], yang merupakan salah satu prajurit Yunani terhebat. ''Iliad'' juga menceritakan kematian [[Patroklos]], sahabat dan kekasih pria Akhilles, yang mengabaikan nasihat Akhilles sehingga pada akhirnya Patroklos dibunuh oleh [[Hektor]], putra sulung [[Priamos]]. Akhilles marah besar dan balas membunuh Hektor. Setelah Hektor meninggal, pihak Troya dibantu oleh dua sekutu tambahan, yaitu [[Penthesileia]], ratu [[suku Amazon]], dan [[Memnon (mitologi)|Memnon]], raja [[Ethiopia]] dan putra [[Eos]], dewi fajar.<ref name="TrBr">{{cite encyclopedia|title=Troy|encyclopedia=Encyclopaedia Britannica|year=2002}}</ref> Akhilles membunuh keduanya, namun kemudian Paris berhasil membunuh Akhilles dengan cara memanahnya di bagian tumitnya. Tumit Akhilles adalah satu-satunya bagian tubuhnya yang tidak kebal terhadap senjata manusia. Sebelum dapat menaklukan Troya, pasukan Yunani harus terlebih dahulu mengambil [[Palladium]] (patung kayu Athena) dari kuil di Troya. Dan pada akhirnya, dengan bantuan dewi Athena, pasukan Yunani membuat sebuah [[Kuda Troya|kuda kayu raksasa]] dan berpura-pura pergi dari Troya. Sebenarnya [[Kassandra]], putri Priamos, sudah memperingatkan bahwa kuda itu berbahaya, akan tetapi rakyat Troya dipengaruhi oleh [[Sinon]], orang Yunani yang berpura-pura telah melepaskan diri dari pasukan Yunani. Rakyat Troya pun membawa kuda itu masuk ke dalam kota sebagai persembahan untuk dewi Athena. [[Laokoon]], seorang pendeta mencoba menghancurkan kuda itu, akibatnya dia tewas dimakan oleh ular laut kiriman Poseidon. Pada malam harinya, armada Yunani kembali ke Troya, sementara para prajurit Yunani yang berdiam dalam kuda kayu keluar dan membuka gerbang Troya. Malam itu pun menjadi malam kehancuran untuk Troya. Priamos dan semua putranya dibantai, sedangkan semua wanita Troya dijadikan budak dan dijual ke berbagai kota di Yunani.
 
Baris 166:
 
=== Filsafat ===
[[Berkas:Plato-raphael.jpg|thumbjmpl|[[Plato]] dalam lukisan dinding ''[[Mazhab Athena]]'' karya [[Raphael]] (kemungkinan disesuaikan dengan wajah [[Leonardo da Vinci]]). Plato adalah [[filsuf]] yang membuang studi Homeros, serta kisah-kisah tragedi dan tradisi mitologi terkait, dalam utopia ''[[Republik (Plato)|Republiknya]]''.]]
Setelah kebangkitan [[filsafat]], sejarah, prosa dan [[rasionalisme]] pada akhir abad ke-5 SM, nasib mitos menjadi tidak jelas, dan silsilah mitologi memberi tempat pada pembentukan sejarah yang berusaha meniadakan unsur-unsur supranatural, misalnya sejarah yang dicatat oleh [[Thukydides]].<ref name="Griffin80">J. Griffin, ''Greek Myth and Hesiod'', hlm. 80</ref> Ketika para penyair dan penulis drama mengolah lagi mitologi, para sejarawan dan filsuf Yunani malah mulai mengkritik mitos.<ref name="Miles7">G. Miles, ''Classical Mythology in English Literature'', hlm. 7</ref>
 
Baris 193:
 
=== Rasionalisme Romawi ===
[[Berkas:M-T-Cicero.jpg|200px|leftkiri|thumbjmpl|Patung kepala Cicero di [[Kopenhagen]]. [[Cicero]] melihat dirinya sebagai pembela tatanan yang teratur, terlepas dari skeptisisme pribadinya terhadap mitos dan kecenderungannya yang lebih menyukai konsepsi para dewa yang lebih bersifat filosofis.]]
Merasionalisasi [[hermeneutika]] mitos bahkan menjadi lebih populer lagi pada masa [[Kekaisaran Romawi]]. Ini dapat terjadi berkat teori-teori fisikalis dari filsafat [[Stoikisme|Stoik]] dan [[Epikureanisme|Epikurean]]. Orang-orang Stoik memberikan penjelasan bahwa para dewa dan pahlawan adalah fenomena fisika, sedangkan para Euhemeris berusaha memberikan penjelasan rasional bahwa tokoh-tokoh mitologi merupakan figur-figur dalam sejarah. Pada saat yang sama, orang-orang Stoik dan [[Neoplatonisme|Neoplatonis]] mengajukan teori mengenai signifikasi moral dari tradisi mitologis, kadang didasarkan pada etimologi Yunani.<ref name="Chance69">J. Chance, ''Medieval Mythography'', hlm. 69</ref> Melalui pesan Epikureannya, [[Lucretius]] berusaha membuang ketakutan takhayul dari pikiran warga Romawi.<ref name="Walshxxvi">P.G. Walsh, ''The Nature of Gods'' (Introduction), hlm. xxvi</ref>
 
Baris 206:
=== Penggabungan ===
{{see also|Mitologi Romawi}}
[[Berkas:Belvedere Apollo Pio-Clementino Inv1015.jpg|200px|thumbjmpl|uprightlurus|Apollo Belvedere, patung marmer buatan Romawi (antara 130–140 M), tiruan dari patung perunggu Yunani (antara 330–320 SM). Dalam agama Romawi kuno, pemujaan dewa [[Apollo]], yang berasal dari Yunani, digabungkan dengan kultus pemujaan [[Sol Invictus]]. Bangsa Romawi menyembah Sol Invictus sebagai pelindung spesial kaisar, dan Sol Invitus menjadi dewa utama di Kekasairan Romawi sampai akhirnya digantikan oleh agama [[Kristen]].]]
Pada masa [[Romawi kuno]], lahir mitologi Romawi yang baru melalui sinkretisasi (penggabungan atau pencampuran) berbagai dewa Yunani dan dewa-dewa asing lainnya. Hal ini terjadi karena bangsa Romawi hanya memiliki sedikit mitologi. Selain itu pewarisan tradisi mitologi Yunani kepada bangsa Romawi menjadikan dewa-dewa Romawi mengadopsi ciri-ciri dewa Yunani yang menjadi padanan mereka.<ref name="Gale88" /> Dewa [[Zeus]] dan [[Yupiter (mitologi)|Yupiter]] merupakan salah satu contoh tumpang tindih mitologi Yunani dan Romawi. Selain adanya penggabungan dua tradisi mitologi, bangsa Romawi juga mengaitkan diri dengan agama-agama dari daerah Timur. Hal ini yang semakin memperkuat proses sinkretisasi.<ref>North-Beard-Price, ''Religions of Rome'', hlm. 259</ref> Sebagai contohnya, kultus pemujaan matahari diperkenalkan di Romawi setelah kaisar [[Aurelianus]] sukses melaksanakan kampanye militer di [[Suriah]]. Dewa dari Asia, yakni [[Mithras]] (yang dapat disebut sebagai personifikasi matahari) dan [[Ba'al]] dipadukan dengan dewa Apollo dan Helios menjadi satu dewa tunggal yang disebut [[Sol Invictus]], yang memiliki banyak atribut campuran dan dipuja dengan ritus gabungan.<ref>J. Hacklin, ''Asiatic Mythology'', hlm. 38</ref> Apollo kemungkinan semakin sering diidentikkan dalam agama dengan Helios atau bahkan Dionisos, namun naskah-naskah mengenainya jarang memperlihatkan perkembangan semacam ini. Ini barangkali menunjukkan bahwa mitologi dalam sastra semakin lama semakin tidak berkaitan dengan kegiataan keagamaan yang sesungguhnya.
 
Baris 215:
Munculnya pemahaman modern mengenai mitologi Yunani dianggap oleh para sejarawan sebagai reaksi ganda pada akhir abad kedelapan belas melawan "sikap tradisional rasa permusuhan Kristen", yang mana sikap agama Kristen, yang mengganggap bahwa mitos merupakan suatu "kebohongan" atau [[fabel]], telah dipertahankan.<ref>Robert Ackerman, 1991. ''Introduction to Jane Ellen Harrison's "A Prolegomena to the Study of Greek Religion"'', xv</ref> Di [[Jerman]], sekitar tahun 1795, berkembang rasa ketertarikan terhadap Homeros dan mitologi Yunani. Di [[Göttingen]], [[Johann Matthias Gesner]] mulai membangkitkan kembali studi mitologi Yunani, sedangkan penerusnya, [[Christian Gottlob Heyne]], bekerja dengan [[Johann Joachim Winckelmann]], dan mendirikan dasar bagi riset mitologi baik di Jerman maupun di tempat-tempat lainnya.<ref name="Graf9">F. Graf, ''Greek Mythology'', hlm. 9</ref>
 
[[Berkas:Kerényi Károly.jpg|thumbjmpl|200px|leftkiri|Bagi [[Karl Kerényi]] mitologi adalah "sekummpulan materi yang terkandung dalam kisah-kisah tentang makhluk mirip dewa, pertempuran pahlawan dan perjalanan ke Dunia bawah—''mythologem'' adalah kata Yunani yang terbaik untuk itu—kisah-kisahnya sudah banyak dikenal namun tidak dapat menerima pembentukan ulang".<ref name="Jungkerenyi">Jung-Kerényi, ''Essays on a Science of Mythology'', hlm. 1–2</ref>]]
=== Pendekatan psikoanalitis dan komparatif ===
{{See also|Mitologi perbandingan}}
Baris 224:
=== Teori asal usul ===
{{See also|Kemiripan antara mitologi Etruska, Yunani, dan Romawi}}
[[Berkas:Max Muller.jpg|thumbjmpl|200px|rightka|[[Max Müller]] dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu perbandingan mitologi. Dalam karyanya ''Mitologi Perbandingan'' (1867) Müller menganalisa kemiripan yang "mengganggu" antara mitologi-mitologi dari "ras biadab" dengan mitologi milik bangsa Eropa awal.]]
Ada beragam teori modern mengenai asal usul mitologi Yunani. Menurut Teori Kitab, semua legenda mitologi berasal dari cerita-cerita dalam [[Kitab suci|naskah kuno]], meskipun fakta nyata telah disamarkan dan dimodifikasi.<ref name="Bulfinch241">T. Bulfinch, ''Bulfinch's Greek and Roman Mythology'', hlm. 241</ref> Menurut Teori Sejarah semua orang yang disebutkan dalam mitologi dulunya merupakan manusia nyata, dan legenda mengenai mereka merupakan tembahan pada masa selanjutnya. Jadi cerita [[Aiolos]] muncul dari fakta nyata bahwa Aiolos merupakan penguasa beberapa pulau di [[Laut Tyrrhenia]].<ref name="Bulfinch241-242">T. Bulfinch, ''Bulfinch's Greek and Roman Mythology'', hlm. 241–242</ref> Teori Alegori menyatakan bahwa semua mitos kuno bersifat simbolis dan merupakan alegori atau kiasan. Sementara Teori Fisik menyebutkan gagasan bahwa unsur-unsur semacam udara, api, dan air, pada awalnya merupakan obejk pemujaan relijius, sehingga dewa-dewa utama merupakan personifikasi dari kekuatan alam tersebut.<ref name="Bulfinch242">T. Bulfinch, ''Bulfinch's Greek and Roman Mythology'', 242</ref> Max Müller berupaya untuk memahami bentuk keagamaan [[Agama Proto-India-Eropa|India-Eropa]] dengan cara melacaknya kembali pada [[India-Arya|banga Arya]], perwujudan "asli"nya. Pada tahun 1891, dia menyebutkan bahwa "penemuan terpenting yang pernah dibuat pada abad kesembilan belas dengan rasa hormat pada sejarah kuno umat manusia ... adalah persamaan sederhana ini: [[Dyaus Pita|Dyaus-pitar]] [[Sansakerta]] = Zeus Yunani = [[Yupiter (mitologi)|Yupiter]] Latin = [[Tyr]] Nordik Kuno".
 
Baris 240:
Agama Kristen yang menyebar secara luas tidak menghentikan kepopuleran mitologi Yunani. Dengan ditemukannya kembali antikuitas klasik pada [[Abad Renaisans]], sajak-sajak Ovidius memberi banyak pengaruh terhadap para penyair, penulis drama, musikus, dan seniman barat.<ref name="BrBurn">{{cite encyclopedia|title=Greek mythology|encyclopedia=Encyclopaedia Britannica|year=2002}}<br />* L. Burn, ''Greek Myths'', hlm. 75</ref> Sejak tahun-tahun awal Renaisans, para seniman semacam [[Leonardo da Vinci]], [[Michaelangelo Buonarroti]], dan [[Raffaello Sanzio]], banyak menggambarkan tema-tema [[Paganisme|Pagan]] mitologi Yunani bersama dengan tema-tema Kristen, yang lebih konvensional.<ref name="BrBurn" /> Melalui bahasa Latin dan karya-karya Ovidius, mitologi Yunani mempengaruhi para penyair Abad Pertengahan dan Renaisans, misalnya [[Petrarca]], [[Giovanni Boccaccio]], dan [[Dante Alighieri]] di Italia.<ref name="Br" />
 
[[Berkas:Personifikasi hari.jpg|450px|leftkiri|thumbjmpl|Personifikasi hari dalam mitologi Yunani. Dari kiri ke kanan: [[Apollo]]/[[Helios]] - personifikasi siang hari, [[Hesperos]] - personifikasi petang hari, dan [[Artemis]]/[[Selene]] - personifikasi malam hari. Lukisan karya [[Anton Raphael Mengs]] di Istana Moncloa, [[Madrid]], [[Spanyol]].]]
Di Eropa Utara, mitologi Yunani tidak memberi pengaruh dalam seni visual sebesar di daerah Eropa lainnya. Pengaruh mitologi Yunani di Eropa Utara lebih terlihat dalam sastra. Di Inggris, mitologi Yunani dalam sastra dipelopori oleh [[Geoffrey Chaucer]] dan [[John Milton]], dan terus berlanjut melalui [[William Shakespeare]] sampai [[Robert Bridges]] pada abad ke-20. [[Jean Racine]] di [[Perancis]] dan [[Johann Wolfgang von Goethe]] di [[Jerman]] membangkitkan kembali drama Yunani, dan mengerjakan ulang mitos-mitos kuno.<ref name="BrBurn" /> Meskipun pada [[Zaman Pencerahan]] pada abad ke-18 muncul reaksi melawan mitologi Yunani yang menyebar di seluruh Eropa, mitologi Yunani terus menjadi sumber materi untuk para penulis drama, termasuk mereka yang menulis [[libretto]] untuk banyak opera buatan [[George Frideric Handel]] dan [[Wolfgang Amadeus Mozart]].<ref name="Burn75">l. Burn, ''Greek Myths'', hlm. 75</ref>