Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: Cidera → Cedera using AWB
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Egypt.Giza.Sphinx.01.jpg|thumbjmpl|250px|[[Piramida Khafre]] ([[dinasti keempat Mesir]]) dan [[Sphinx Agung Giza]] (± 2500 SM atau lebih tua).]]
[[Berkas:Ancient Egypt map-id.svg|thumbjmpl|250px|Peta Mesir Kuno, menunjukkan kota dan situs utama pada periode dinasti (c. 3150 SM hingga 30 SM)]]
 
'''Mesir Kuno''' adalah suatu [[peradaban]] kuno di bagian timur laut [[Afrika]]. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir [[sungai Nil]]. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi [[Mesir Hulu]] dan [[Mesir Hilir|Hilir]] sekitar [[3150 SM]],<ref>{{cite web|url=http://www.digitalegypt.ucl.ac.uk/chronology/index.html|title=Chronology|accessdate=25 March 2008|publisher=Digital Egypt for Universities, University College London}}</ref> dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing di antarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada masa [[Kerajaan Baru]]. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar [[31 SM]], ketika [[Kekaisaran Romawi]] menaklukkan dan menjadikan wilayah [[Mesir Ptolemeus]] sebagai bagian dari provinsi Romawi.<ref>Clayton (1994) hal. 217</ref> Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.
Baris 34:
|accessdate = 22 Juli 2009}} {{lccn|1997||140867}}</ref>
 
[[Berkas:Egypte louvre 316.jpg|thumbjmpl|leftkiri|uprightlurus|Guci pada periode pradinasti.]]
Sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil yang menetap di lembah sungai Nil telah berkembang menjadi peradaban yang menguasai pertanian dan peternakan. Peradaban mereka juga dapat dikenal melalui tembikar dan barang-barang pribadi, seperti sisir, gelang tangan, dan manik. Peradaban yang terbesar di antara peradaban-peradaban awal adalah [[Badari]] di Mesir Hulu, yang dikenal akan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.<ref>Hayes (1964) hal. 220</ref>
 
Baris 45:
=== Periode Dinasti Awal ===
{{Main|Periode Dinasti Awal Mesir}}
[[Berkas:NarmerPalette ROM-gamma.jpg|thumbjmpl|leftkiri|200px|[[Pelat Narmer]] menggambarkan penyatuan Mesir Hulu dan Hilir.<ref>Robins (1997) hal. 32</ref>]]
Pendeta Mesir pada abad ke-3 SM, [[Manetho]] mengelompokan garis keturunan firaun yang panjang dari Menes ke masanya menjadi 30 dinasti. Sistem ini masih digunakan hingga hari ini.<ref>Clayton (1994) hal. 6</ref> Ia memilih untuk memulai sejarah resminya melalui raja yang bernama "Meni" (atau [[Menes]] dalam bahasa Yunani), yang dipercaya telah menyatukan kerajaan [[Mesir Hulu]] dan [[Mesir Hilir|Hilir]] (sekitar 3200 SM).<ref>Shaw (2002) hal. 78–80</ref> Transisi menuju negara kesatuan sejatinya berlangsung lebih bertahap, berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis-penulis Mesir Kuno, dan tidak ada catatan kontemporer mengenai Menes. Beberapa ahli kini meyakini bahwa figur "Menes" mungkin merupakan [[Narmer]], yang digambarkan mengenakan tanda kebesaran kerajaan pada [[pelat Narmer]] yang merupakan simbol unifikasi.<ref>Clayton (1994) hal. 12–13</ref>
 
Baris 52:
=== Kerajaan Lama ===
{{Main|Kerajaan Lama}}
[[Berkas:Menkaura-ColossalStatue MuseumOfFineArtsBoston.png|thumbjmpl|leftkiri|200px|Patung firaun [[Menkaura]] di [[Museum of Fine Arts, Boston|Boston Museum of Fine Arts]].]]
Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi dibuat pada masa [[Kerajaan Lama]]. Kemajuan ini didorong oleh meningkatnya produktivitas pertanian, yang dimungkinkan karena pemerintahan pusat dibina dengan baik.<ref>James (2005) hal. 40</ref> Di bawah pengarahan [[wazir]], pejabat-pejabat negara mengumpulkan pajak, mengatur proyek irigasi untuk meningkatkan hasil panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di proyek-proyek pembangunan, dan menetapkan sistem keadilan untuk menjaga keamanan.<ref>Shaw (2002) hal. 102</ref> Dengan sumber daya surplus yang ada karena ekonomi yang produktif dan stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-proyek kolosal dan menugaskan pembuatan karya-karya seni istimewa. Piramida yang dibangun oleh [[Djoser]], [[Khufu]], dan keturunan mereka, merupakan simbol peradaban Mesir Kuno yang paling diingat.
 
Baris 66:
=== Kerajaan Pertengahan ===
{{Main|Kerajaan Pertengahan Mesir}}
[[Berkas:Egypte louvre 231 visage.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|Amenemhat III, penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan.]]
Firaun Kerajaan Pertengahan berhasil mengembalikan kesejahteraan dan kestabilan negara, sehingga mendorong kebangkitan seni, sastra, dan proyek pembangunan monumen.<ref>Shaw (2002) hal. 148</ref> Mentuhotep II dan sebelas dinasti penerusnya berkuasa dari Thebes, tetapi wazir [[Amenemhat I]], sebelum memperoleh kekuasaan pada awal [[dinasti ke-12]] (sekitar tahun 1985&nbsp;SM), memindahkan ibukota ke [[Itjtawy]] di [[Oasis Faiyum]].<ref>Clayton (1994) hal. 79</ref> Dari Itjtawy, firaun dinasti ke-12 melakukan reklamasi tanah dan irigasi untuk meningkatkan hasil panen. Selain itu, tentara kerajaan berhasil merebut kembali wilayah yang kaya akan emas di Nubia, sementara pekerja-pekerja membangun struktur pertahanan di Delta Timur, yang disebut "[[tembok-tembok penguasa]]", sebagai perlindungan dari serangan asing.<ref>Shaw (2002) hal. 158</ref>
 
Baris 81:
Setelah mundur, raja Thebes melihat situasinya yang terperangkap antara Hyksos di utara dan sekutu Nubia Hyksos, [[Kerajaan Kush]], di selatan. Setelah hampir 100&nbsp;tahun mengalami masa stagnansi, pada tahun 1555&nbsp;SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun.<ref name="Ryholt310"/> Firaun [[Seqenenre Tao II]] dan [[Kamose]] berhasil mengalahkan orang-orang Nubia. Pengganti Kamose, [[Ahmose I]], berhasil mengusir Hyksos dari Mesir. Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan militer menjadi prioritas utama firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir dan menancapkan kekuasaan atas wilayah [[Timur Dekat]].<ref>Shaw (2002) hal. 224</ref>
 
[[Berkas:Egypt NK edit.svg|uprightlurus|thumbjmpl|Wilayah terluas Mesir Kuno (abad ke-15 SM).]]
 
=== Kerajaan Baru ===
Baris 87:
Firaun-firaun Kerajaan Baru berhasil membawa kesejahteraan yang tak tertandingi sebelumnya. Perbatasan diamankan dan hubungan diplomatik dengan tetangga-tetangga diperkuat. Kampanye militer yang dikobarkan oleh [[Thutmose I|Tuthmosis I]] dan cucunya [[Thutmose III|Tuthmosis III]] memperluas pengaruh firaun ke Suriah dan Nubia, memperkuat kesetiaan, dan membuka jalur impor komoditas yang penting seperti [[perunggu]] dan kayu.<ref>James (2005) hal. 48</ref> Firaun-firaun Kerajaan juga memulai pembangunan besar untuk mengangkat dewa [[Amun]], yang kultusnya berbasis di [[Karnak]]. Para firaun juga membangun monumen untuk memuliakan pencapaian mereka sendiri, baik nyata maupun imajiner. Firaun perempuan [[Hatshepsut]] menggunakan propaganda semacam itu untuk mengesahkan kekuasaannya.<ref>{{cite web |url=http://www.digitalegypt.ucl.ac.uk/chronology/hatshepsut.html |title=Hatshepsut|accessdate=9 December 2007 |publisher=Digital Egypt for Universities, University College London}}</ref> Masa kekuasaannya yang berhasil dibuktikan oleh ekspedisi perdagangan ke [[Tanah Punt|Punt]], [[kuil kamar mayat]] yang elegan, pasangan obelisk kolosal, dan kapel di Karnak.
 
[[Berkas:SFEC EGYPT ABUSIMBEL 2006-003.JPG|thumbjmpl|uprightlurus|leftkiri|Patung [[Ramses II]] di pintu masuk kuil [[Abu Simbel]].]]
Sekitar tahun 1350&nbsp;SM, stabilitas Kerajaan Baru terancam ketika [[Amenhotep IV]] naik tahta dan melakukan reformasi yang radikal dan kacau. Ia mengubah namanya menjadi [[Akhenaten]]. Akhenaten memuja dewa matahari [[Aten]] sebagai dewa tertinggi. Ia lalu menekan pemujaan dewa-dewa lain.<ref>Aldred (1988) hal. 259</ref> Akhenaten juga memindahkan ibukota ke kota baru yang bernama Akhetaten (kini [[Amarna]]). Ia tidak memperdulikan masalah luar negeri dan terlalu asyik dengan gaya religius dan artistiknya yang baru. Setelah kematiannya, kultus Aten segera ditinggalkan, dan firaun-firaun selanjutnya, yaitu [[Tutankhamun]], [[Ay]], dan [[Horemheb]], menghapus semua penyebutan mengenai [[bidaah]] Akhenaten.<ref>Cline (2001) hal. 273</ref>
 
Baris 93:
 
Kekayaan menjadikan Mesir sebagai target serangan, terutama oleh [[orang-orang Laut]] dan [[Libya Kuno|Libya]]. Tentara Mesir mampu mengusir serangan-serangan itu, namun Mesir akan kehilangan kekuasaan atas Suriah dan Palestina. Pengaruh dari ancaman luar diperburuk dengan masalah internal seperti korupsi, penjarahan makam, dan kerusuhan. Pendeta-pendeta agung di [[kuil Amun]], Thebes, mengumpulkan tanah dan kekayaan yang besar, dan kekuatan mereka memecahkan negara pada masa Periode Menengah Ketiga.<ref>James (2005) hal. 54</ref>
[[Berkas:Third Intermediate Period map.svg|thumbjmpl|uprightlurus|Pada tahun 730 SM, orang-orang Libya dari barat memecahkan kesatuan politik Mesir Kuno.]]
 
=== Periode Menengah Ketiga ===
Baris 118:
 
=== Dominasi Romawi ===
[[Berkas:Fayum-22.jpg|thumbjmpl|leftkiri|100px|uprightlurus|[[Potret-potret mumi Fayum]] melambangkan pertemuan budaya Mesir dengan Romawi.]]
Mesir menjadi provinsi [[Kekaisaran Romawi]] pada tahun 30 SM setelah [[Augustus]] berhasil mengalahkan [[Mark Antony]] dan Ratu [[Cleopatra VII]] dalam [[Pertempuran Actium]]. Romawi sangat memerlukan gandum dari Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan ''praefectus'' yang ditunjuk oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang besar, serta mencegah serangan bandit.<ref>James (2005) hal. 63</ref>
 
Baris 127:
== Pemerintahan dan ekonomi ==
=== Administrasi dan perdagangan ===
[[Berkas:Pharaoh.svg|thumbjmpl|uprightlurus|Firaun biasanya digambarkan menggunakan simbol kebangsawanan dan kekuasaan.]]
[[Firaun]] adalah raja yang berkuasa penuh atas negara—setidaknya dalam teori—dan memegang kendali atas semua tanah dan sumber dayanya. Firaun juga merupakan komandan militer tertinggi dan kepala pemerintahan, yang bergantung pada birokrasi pejabat untuk mengurusi masalah-masalahnya. Yang bertanggung jawab terhadap masalah administrasi adalah orang kedua di kerjaan, sang [[wazir]], yang juga berperan sebagai perwakilan raja yang mengkordinir survey tanah, kas negara, proyek pembangunan, sistem hukum, dan arsip-arsip kerajaan.<ref name="Manuelian358">Manuelian (1998) hal. 358</ref> Di level regional, kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah administratif yang disebut [[Nome (Mesir)|nome]], yang masing-masing dipimpin oleh seorang [[nomark]], yang bertanggung jawab kepada wazir. Kuil menjadi tulang punggung utama perekonomian yang berperan tidak hanya sebagai pusat pemujaan, namun juga berperan mengumpulkan dan menyimpan kekayaan negara dalam sebuah sistem lumbung dan perbendaharaan dengan meredistribusi biji-bijian dan barang-barang lainnya.<ref>Manuelian (1998) hal. 363</ref>
 
Baris 137:
Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa pun kecuali budak, sama di mata hukum.<ref name=UCJohnson/> Baik pria maupun wanita memiliki hak untuk memiliki dan menjual properti, membuat kontrak, menikah dan bercerai, serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui kontrak pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila terjadi perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan bahkan tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno memiliki kesempatan memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti Hatshepsut dan Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun, wanita di Mesir Kuno tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang memiliki pendidikan dari rata-rata pria ketika itu.<ref name=UCJohnson/>
 
[[Berkas:Louvre-antiquites-egyptiennes-p1020372 Cropped and bg reduced.png|thumbjmpl|leftkiri|uprightlurus|Juru tulis adalah golongan elit dan terdidik. Mereka menghitung pajak, mencatat, dan bertanggung jawab untuk urusan administrasi.]]
 
=== Sistem hukum ===
Baris 149:
 
=== Pertanian ===
[[Berkas:Tomb of Nakht (2).jpg|thumbjmpl|uprightlurus|Relief yang menggambarkan pertanian di Mesir.]]
 
Kondisi geografi yang mendukung dan tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa Mesir mampu memproduksi banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya dalam pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat penting di Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang dimiliki seseorang.<ref>Manuelian (1998) hal. 361</ref>
Baris 156:
 
Bangsa Mesir menanam [[gandum emmer]] dan [[jelai]], serta beberama gandum sereal lain, sebagai bahan roti dan bir.<ref>Nicholson (2000) hal. 510</ref> Tanaman-tanaman [[Flax]] ditanam dan diambil batangnya sebagai serat. Serat-serat tersebut dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya digunakan untuk menenun [[linen]] dan membuat pakaian. [[Papirus]] ditanam untuk pembuatan kertas. Sayur-sayuran dan buah-buahan dikembangkan di petak-petak perkebunan, dekat dengan permukiman, dan berada di permukaan tinggi. Tanaman sayur dan buah tersebut harus diairi dengan tangan. Sayur-sayuran meliputi bawang perai, bawang putih, melon, ''squash'', kacang, selada, dan tanaman-tanaman lain. Anggur juga ditanam untuk diolah menjadi [[wine]].<ref>Nicholson (2000) hal. 577 dan 630</ref>
[[Berkas:Maler der Grabkammer des Sennudem 001.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Sennedjem membajak ladangnya dengan sepasang lembu, yang dimanfaatkan sebagai hewan pekerja dan sumber makanan.]]
 
=== Hewan ===
Baris 179:
=== Kesusasteraan ===
{{Main|Sastra Mesir Kuno}}
[[Berkas:Edwin Smith Papyrus v2.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|rightka|[[Papirus Edwin Smith]] (sekitar abad ke-16 SM) yang menggambarkan anatomi dan perawatan medis.]]
Tulisan pertama kali ditemukan di lingkungan kerajaan, terutama pada barang-barang di makam keluarga kerajaan. Pekerjaan menulis biasanya hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang juga menjalankan institusi ''Per Ankh'' atau Rumah Kehidupan, serta perpustakaan (disebut Rumah Buku), laboratorium, dan observatorium.<ref>Strouhal (1989) hal. 235</ref> Karya-karya literatur yang terkenal sebagian ditulis dalam bahasa Mesir Klasik, yang terus digunakan secara bahasa tertulis hingga sekitar tahun 1300 SM. Bahasa Mesir Akhir mulai digunakan mulai masa Kerajaan Baru sebagaimana direpresentasikan dalam dokumen administratif [[Periode Ramses|Ramses]], puisi dan kisah cinta, serta teks-teks Demotik dan Koptik. Selama periode ini, berkembang tradisi menulis autografi di makam. Genre ini dikenal sebagai ''[[Sebayt]]'' (''instruksi'') dan dikembangkan sebagai usaha untuk menurunkan ajaran dan tuntunan bangsawan terkenal.
 
Baris 191:
== Budaya ==
=== Kehidupan sehari-hari ===
[[Berkas:LowClassAncientEgyptianStatuettes.png|thumbjmpl|Patung yang menggambarkan kegiatan masyarakat kecil Mesir Kuno.]]
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari [[tanah liat]] yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti.<ref>Manuelian (1998) hal. 401</ref> Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur.<ref>Manuelian (1998) hal. 403</ref>
 
Baris 206:
=== Arsitektur ===
{{Main|Arsitektur Mesir Kuno}}
[[Berkas:S F-E-CAMERON EGYPT 2006 FEB 00289.JPG|thumbjmpl|[[Kuil Edfu]] adalah salah satu hasil karya arsitektur bangsa Mesir Kuno.]]
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: [[Piramida Giza]] dan [[Karnak|kuil di Thebes]]. Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.<ref>Clarke (1990) hal. 94–7</ref>
 
Baris 214:
 
=== Seni ===
[[Berkas:Nefertiti 30-01-2006.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|[[Patung dada Nefertiti]], karya [[Thutmose (pemahat)|Thutmose]], adalah salah satu mahakarya terkenal bangsa Mesir Kuno.]]
{{Main|Seni Mesir Kuno}}
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran lain.<ref>Robins (1997) hal. 29</ref> Standar artistik—garis-garis sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun patung.<ref>Robins (1997) hal. 21</ref>
Baris 223:
 
=== Agama dan kepercayaan ===
[[Berkas:BD Hunefer.jpg|thumbjmpl|300px|[[Buku Kematian]] adalah panduan perjalanan untuk kehidupan setelah kematian.]]
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
 
[[Berkas:Ka Statue of horawibra.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|leftkiri|[[Patung Ka]] dipercaya dapat menjadi tempat bersemayam bagi mereka yang telah meninggal.]]
Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari marabahaya.<ref>James (2005) hal. 117</ref> Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem ramalan (''oracle'') untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.<ref name="Shaw313">Shaw (2002) hal. 313</ref>
 
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia juga memiliki ''šwt'' (bayangan), ''ba'' (kepribadian atau jiwa), ''ka'' (''nyawa''), dan nama.<ref>Allen (2000) hal. 79, 94–5</ref> Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ''ka'' dan ''ba'' dan menjadi "arwah yang diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual.<ref>Wasserman, ''et al.'' (1994) hal. 150–3</ref>
[[Berkas:tutmask.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|Makam firaun dipenuhi oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya adalah topeng emas dari mumi [[Tutankhamun]].]]
 
=== Adat pemakaman ===
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah : proses mengawetkan tubuh melalui [[mumifikasi]], upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal, membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam [[sarkofagus]] berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples kanopik.<ref>{{cite web|url= http://www.digitalegypt.ucl.ac.uk/mummy/ok.html|title=Mummies and Mummification: Old Kingdom|accessdate=9 March 2008|publisher=Digital Egypt for Universities, University College London}}</ref>
 
[[Berkas:Anubis attending the mummy of Sennedjem.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Anubis adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi.]]
Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya, selama waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan mayat asli mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini masyarakat mesir kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.<ref name="James 2005 hal. 124">James (2005) hal. 124</ref>
Baris 241:
 
=== Militer ===
[[Berkas:Egyptian-Chariot.png|thumbjmpl|rightka|[[Kereta perang]] Mesir.]]
Angkatan perang Mesir kuno bertanggung jawab untuk melindungi Mesir dari serangan asing, dan menjaga kekuasaan Mesir di [[Timur Dekat Kuno]]. Tentara Mesir kuno melindungi ekspedisi penambangan ke Sinai pada masa Kerajaan Lama, dan terlibat dalam perang saudara selama Periode Menengah Pertama dan Kedua. Angkatan perang Mesir juga bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap jalur perdagangan penting, seperti kota [[Buhen]] pada jalan menuju [[Nubia]]. Benteng-benteng juga didirikan, seperti benteng di Sile, yang merupakan basis operasi penting untuk melancarkan ekspedisi ke [[Levant]]. Pada masa Kerajaan Baru, firaun menggunakan angkatan perang Mesir untuk menyerang dan menaklukan [[Kerajaan Kush]] dan sebagian Levant.<ref>Shaw (2002) hal. 245</ref>
 
Baris 251:
Dalam bidang tekonologi, pengobatan, dan matematika, Mesir kuno telah mencapai standar yang relatif tinggi dan canggih pada masanya. [[Empirisme]] tradisional, sebagaimana dibuktikan oleh [[Papirus Edwin Smith]] dan [[Papirus Ebers|Ebers]] (c. 1600&nbsp;SM), ditemukan oleh bangsa Mesir. Bangsa Mesir kuno juga diketahui menciptakan alfabet dan [[desimal|sistem desimal]] mereka sendiri.
 
[[Berkas:Egyptian glass jar.jpg|thumbjmpl|leftkiri|uprightlurus|Salah satu peninggalan Mesir kuno yang bernilai seni tinggi.]]
 
=== Tembikar glasir bening dan kaca ===
Baris 260:
=== Pengobatan ===
{{Main|Pengobatan Mesir kuno}}
[[Berkas:Ancient Egyptian medical instruments.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|Prasasti yang menggambarkan alat-alat pengobatan Mesir kuno.]]
Permasalahan medis di Mesir kuno kebanyakan berasal dari kondisi lingkungan di sana. Hidup dan bekerja di dekat sungai Nil mengakibatkan mereka terancam penyakit seperti [[malaria]] dan parasit [[schistosomiasis]], yang dapat mengakibatkan kerusakan hati dan dan pencernaan. Binatang berbahaya seperti buaya dan kuda nil juga menjadi ancaman. Cedera akibat pekerjaan yang sangat berat, terutama dalam bidang konstruksi dan militer, juga sering terjadi. Kerikil dan pasir di tepung (muncul akibat proses pembuatan tepung yang belum canggih) merusak gigi, sehingga menyebabkan mereka mudah terserang [[abses]].<ref>Filer (1995) hal. 94</ref>
 
Baris 288:
 
== Peninggalan ==
[[Berkas:Egypt.ZahiHawass.01.jpg|thumbjmpl|Dr. [[Zahi Hawass]], Sekretaris Jenderal ''Supreme Council of Antiquities''.]]
Budaya dan monumen Mesir kuno telah menjadi peninggalan sejarah yang abadi. Pemujaan terhadap dewi [[Isis]], sebagai contoh, menjadi populer pada masa [[Kekaisaran Romawi]].<ref>Siliotti (1998) hal. 8</ref> Orang Romawi juga mengimpor [[bahan bangunan]] dari Mesir untuk mendirikan struktur dengan gaya Mesir. Sejarawan seperti [[Herodotus]], [[Strabo]] dan [[Diodorus Siculus]] mempelajari dan menulis tentang Mesir kuno yang kemudian dipandang sebagai tempat yang penuh misteri.<ref>Siliotti (1998) hal. 10</ref> Pada [[Abad Pertengahan]] dan [[Renaissance]], perkembangan budaya pagan Mesir mulai menurun seiring dengan berkembangnya agama Kristen dan [[Islam]], namun ketertarikan terhadap budaya tersebut masih tersirat dalam karya-karya ilmuwan abad pertengahan, misalnya karya [[Dhul-Nun al-Misri]] dan [[al-Maqrizi]].<ref>El-Daly (2005) hal. 112</ref>