Gelar kebangsawanan Eropa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
[[Berkas:Ruling-monarchs.jpg|thumb|right|250px|Kartu pos tahun 1908 menunjukkan sembilan belas [[penguasa monarki]] dunia yang sedang berkuasa: (kiri ke kanan) (1) [[Chulalongkorn|Rama V/Chulalongkorn, Raja Siam]] (2) [[George I dari Yunani|George I, Raja Yunani]] (3) Peter I, Raja Serbia (4) [[Karol I dari Rumania|Carol I, Raja Romania]] (5) [[Franz Joseph I dari Austria|Franz Joseph, Kaisar Austria-Hungaria]] (6) Ferdinand I, Tsar Bulgaria (7) [[Abdul Hamid II|Abdul Hamid II, Khalifah dan Sultan-Kaisar Utsmani]] (8) [[Vittorio Emanuele III|Vittorio Emanuele III, Raja Italia]] (9) [[Nikolai II dari Rusia|Nikolai II, Kaisar dan Autokrat Rusia]] (10) [[Edward VII dari Britania Raya|Edward VII, Raja Inggris Raya dan Kaisar India]] (11) [[Wilhelm II dari Jerman|Wilhelm II, Kaisar Jerman dan Raja Prusia]] (12) [[Gustaf V dari Swedia|Gustaf V, Raja Swedia]] (13) [[Haakon VII dari Norwegia|Haakon VII, Raja Norwegia]] (14) [[Frederick VIII dari Denmark|Frederick VIII, Raja Denmark]] (15) [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina, Ratu Belanda]] (16) [[Kaisar Guangxu|Zaitian, Kaisar Guangxu Tiongkok]] (17) [[Mutsuhito|Mutsuhito, Kaisar Meiji Jepang]] (18) [[Manuel II dari Portugal|Manuel II, Raja Portugal dan Algarves]] (19) [[Alfonso XIII dari Spanyol|Alfonso XIII, Raja Spanyol]].]]
 
Bentuk wanita dari gelar ini adalah '''''empress''''' dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni ''empress regnant'' yang merupakan seorang wanita yang memerintah ''empire'' atas namanya sendiri atau ''empress consort'' yang merupakan istri dari ''emperor''. Dalam bahasa Indonesia, gelar yang dapat disejajarkan dengan ''empress regnant'' secara umum adalah [[kaisarina|maharani]]. Sedangkan untukkhusus mengindikasikan ''empress consort'', cukup menggunakan “[[Permaisuri|permaisuri kaisar]]” atau “[[Permaisuri|permaisuri maharaja]]”.
 
Beberapa gelar non-Eropa yang dapat disejajarkan dengan ''emperor'' dan ''empress'' adalah:
Baris 29:
'''''King''''' berasal dari bahasa Jerman ''kuningaz'', yang bermakna “putra bangsa.” Gelar yang sepadan dalam bahasa Indonesia untuk ''king'' adalah raja dan wilayah kekuasaan ''king'' disebut '''''kingdom''''', dapat disejajarkan dengan "kerajaan" dalam bahasa Indonesia. Kedudukan ''king'' (raja) secara umum berada di bawah ''emperor'' (kaisar atau maharaja), sedang ''king'' yang berdaulat lebih tinggi daripada ''king'' yang menjadi bawahan pemimpin lain.
 
Bentuk wanita dari ''king'' adalah '''''queen'''''. ''Queen'' berasal dari bahasa Jerman ''kwoeniz'' atau ''kwenon'' yang bermakna “istri.” ''Queen'' sendiri dapat digunakan sebagai gelar bagi seorang wanita yang memimpin kerajaan (''queen regnant'') atau sebatas istri dari ''king'' (''queen consort''). Dalam bahasa Indonesia, gelar yang sepadan dengan ''queen'' secara umum, baik dalam konteksnya sebagai penguasa atau sebatas istri penguasa, adalah [[Ratu (gelar)|ratu]]. Sedangkan [[permaisuri]], atau lebih spesifiknya, permaisuri raja, hanya dapat disejajarkan dengan ''queen'' dalam konteksnya sebagai istri penguasa (''queen consort'').
 
Beberapa gelar non-Eropa yang dapat disejajarkan dengan ''king'' dan ''queen'' adalah:
Baris 50:
 
==== Grand Duke ====
'''''GrandSeiring berjalannya waktu, pamor Duke'''duke'' adalahsemakin menurun pada Abad Pertengahan lantaran gelar kebangsawananini kerap diberikan kepada penguasa feudal dengan wilayah kekuasaan yang beradasempit, dimenjadikan bawahkemudian ''king''dibentuklah dansebuah digelar atasbaru, yakni '''''grand duke'''''. danGelar ini dapat diterjemahkan sebagai adipati agung dalam bahasa Indonesia. GelarDi Eropa Barat, gelar ini mulaipertama digunakankali seiringdisandang semakinpenguasa merosotnyawilayah pamorTuscana danyang reputasiberada daridi gelar[[semenanjung Italia]]. ''Grand duke'' dimenunjukkan Abadpenguasa Pertengahanmonarki yang kerapmemiliki dianugerahkanperan kepadapenting pemimpindalam daribidang wilayahpolitik, feudalmiliter, yangataupun sempitekonomi, tetapi tidak cukup besar untuk dipandang sebagai kerajaan. Bentuk wanita dari gelar ini adalah '''''grand duchess''''' dan wilayah kekuasaannya disebut '''''grand duchy'''''. Di masa sekarang, satu-satunya negara berdaulat yang berbentuk ''grand duchy'' adalah [[Luksemburg]].
 
==== Archduke ====
'''''Archduke''''' (wanita: '''''archduchess''''') adalah gelar yang digunakan sejak 1358 oleh penguasa dari wangsa [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] yang memerintah Austria. GelarDalam konteks ini, dapatgelar ini diterjemahkan menjadi adipati agung, meskipundalam sebenarnyabahasa ''archduke''Indonesia dansebagaimana ''grand duke'', meskipun keduanya adalah dua gelar yang berbeda. Bentuk wanita dari gelar ini adalah '''''archduchess'''''. Di dalam [[Kekaisaran Romawi Suci]], gelar ini berada di bawah ''emperor'' dan ''king'' dan di atas ''grand duke'' (diperdebatkan) dan ''duke''. PadaWilayah masakekuasaan selanjutnya,''archduke'' gelardisebut ini disandang oleh anggota senior (pangeran dan putri) wangsa Habsburg''archduchy''.
 
Kemudian semenjak abad keenam belas, gelar ''archduke'' dan ''archduchess'' disandang oleh semua anggota Dinasti Habsburg tanpa disertai wilayah kekuasaan. Dalam konteks ini, pengertian gelar ini bergeser menjadi pangeran dan putri dalam bahasa Indonesia, dan bukannya adipati agung sebagaimana awal mula penggunaannya.
 
=== Prince ===
Baris 113 ⟶ 115:
Berbagi kedudukan yang setara juga terjadi jika pihak wanitalah yang pada dasarnya menyandang gelar kebangsawanan, seperti seorang pria akan menjadi ''king'' jika menikahi ''queen''. Namun dalam kasus ini, peran dan kewenangan dalam gelar tersebut akan jatuh ke tangan suami yang notabene hanya mendapat gelar karena menikahi wanita bangsawan. Atau paling tidak, kedua orang itu akan berbagi peran dengan setara secara hukum. Namun sangat jarang seorang wanita menjalankan peran dan kewenangannya secara mandiri selama dia masih memiliki suami. Hal ini karena biasanya urusan pemerintahan merupakan ranah kewenangan kaum pria.
 
Dengan keadaan seperti ini, meski secara teori setara, pada kenyataannya gelar kebangsawanan wanita akan dipandang lebih rendah daripada gelar kebangsawanan pria. ''Queen'' dipandang lebih rendah dari ''king'', ''duchess'' dipandang rendah dari ''duke'', dan sejenisnya. Oleh karena masalah ini, beberapa wanita yang menjadi bangsawan atas namanya sendiri memilih untuk menyandang gelar yang lazimnya dipakai pria untuk menegaskan peran dan kewenangan mereka. Contoh kasus ini adalah Ratu Jadwiga yang memerintah Polandia pada tahun 1384–1399. Dia menyandang gelar ''król'' saat memerintah, yang sering diterjemahkan menjadi ''king'' dalam bahasa Inggris atau raja dalam bahasa Indonesia, dan bukannya menyandang gelar ''króla'' (''queen'' atau ratu) yang merupakan bentuk wanita dari ''król''. Kasus yang mirip terjadi sebelumnya di [[Kekaisaran Romawi Timur]]. [[Irene dari Athena|Maharani Irene]] yang memerintah pada tahun 797–802 bahkan tidak konsisten dalam menggunakan gelarnya. SaatDia memerintah,menandatangani Irenedua menyebutdokumen dirinyadengan sebagaimemakai gelar ''basileus'' (βασιλεύς), gelar yang biasanya disandang Kaisar Romawi Timur, dan bukannya ''basilissa'' (βασίλισσα), bentuk wanita dari gelar ''basileus'' yang biasanya digunakan oleh permaisuri kaisar. Dia menandatangani dua dokumen dengan memakai gelar ''basileus'', dan gelar itu pula yang muncul di koin emasnya yang ditemukan di Sisilia. Namun dalam dokumen dan koin yang lain, Irene menggunakan gelar ''basilissa'' (βασίλισσα), bentuk wanita dari gelar ''basileus'' yang biasanya digunakan oleh permaisuri kaisar.<ref>James, p. 45, 46.</ref> Beberapa hal yang lain yang dilakukan para wanita untuk menegaskan kewenangan mereka secara mandiri adalah dengan mengadakan perjanjian tertulis, tidak menikah, atau memberikan gelar yang lebih rendah kepada suaminya. Pembahasan lebih lanjut ada di bagian "hak atas gelar: ''jure uxoris"'' di bawah.
 
== Hak atas gelar ==
Baris 120 ⟶ 122:
''Suo jure'' adalah istilah dalam bahasa Latin yang berarti "atas namanya sendiri." Maknanya adalah bahwa sang penyandang gelar menerima gelar tersebut atas namanya sendiri, karena pihak yang bersangkutan adalah pewaris dari status kebangsawanan tersebut, dan bukan hanya karena pernikahan. ''Duchess suo jure'' berarti bermakna bahwa wanita yang bersangkutan menjadi ''duchess'' atas namanya sendiri, bukan karena dia menikah dengan seorang ''duke''.
 
Untuk ''empress'' dan ''queen'' atas namanya sendiri, biasanya digunakan istilah ''regnant'' dalam bahasa Inggris daripada menggunakan ''suo jure'', yakni ''empress regnant'' (kaisarinamaharani) dan ''queen regnant'' (ratu), bertolak belakang dengan ''empress consort'' (permaisuri kaisar) maupun ''queen consort'' (permaisuri raja). Dalam penulisan dan pengucapan sehari-hari, tambahan ''regnant'' dan ''consort'' tidak digunakan, sehingga cukup ''empress'' dan ''queen'', baik mereka memerintah atas namanya sendiri maupun hanya sebatas permaisuri.
 
=== ''Jure Uxoris'' ===
Baris 129 ⟶ 131:
Pada [[Abad Pencerahan|masa pencerahan]], terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk menegaskan kemandirian wanita menyangkut peran dan kewenangannya agar tidak dibayang-bayangi suaminya. Beberapa di antaranya adalah melakukan perjanjian tertulis agar kedudukan dan peran sang wanita tetap menjadi yang paling tinggi. Hal ini terjadi saat pernikahan [[Mary I dari Inggris|Mary I]], Ratu Inggris, yang hendak menikah dengan [[Felipe II dari Spanyol|Felipe II]]. Meski Felipe dilantik menjadi Raja Inggris setelah menikah dengan Mary, kewenangannya berada di bawah istrinya. Upaya lain yang dilakukan untuk menjaga kekuasaan seorang wanita adalah dengan tidak menikah, seperti yang dilakukan oleh [[Elizabeth I dari Inggris|Elizabeth I]], Ratu Inggris dan saudari Mary I.
 
Di masa-masa selanjutnya, seorang pria yang menikahi wanita bangsawan akan dianugerahi gelar yang tingkatannya lebih rendah dari suaminyaistrinya. Hal ini untuk lebih menegaskan lagi kedudukan sang wanita. Misalnya, seorang pria yang menikahi ''queen'' (ratu) akan dianugerahi gelar ''prince'' (pangeran) dan bukannya ''king'' (raja). Suami tiga Ratu Belanda, [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]] (berkuasa 1890-1948), [[Juliana dari Belanda|Juliana]] (berkuasa 1948-1980), dan [[Beatrix dari Belanda|Beatrix]] (berkuasa 1980-2013), masing-masingnya bergelar pangeran, dan bukan raja. Di Inggris Raya, tradisi untuk tidak memberikan gelar ''king'' kepada suami ratu dimulai semenjak masa [[Anne dari Britania Raya|Ratu Anne]] (berkuasa 1702-1713). [[Victoria dari Britania Raya|Ratu Victoria]] (berkuasa 1837-1901) hendak menganugerahkan gelar ''king'' kepada suaminya, [[Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha|Albert]], tetapi parlemen tidak menyetujui hal itu karena sentimen anti-Jerman dan upaya untuk menjauhkan Albert dari politik.{{sfn|Weintraub|1997|p=88}} Suami [[Elizabeth II dari Britania Raya|Ratu Elizabeth II]] (berkuasa sejak 1952) juga tidak dianugerahidiangkat gelarmenjadi ''king''raja, begitu pula suami [[Margrethe II dari Denmark|Margrethe II]], Ratu Denmark (berkuasa sejak 1972).
 
=== ''Jure Matris'' ===
Baris 272 ⟶ 274:
 
=== Gentleman ===
Pada awalnya, ''gentleman'' digunakan untuk merujuk pada laki-laki dari kalangan atas. Di istana, ''gentleman'' digunakan secara resmi sebagai gelar dari pejabat dan petugas istana. Misalnya, ''gentleman of the bedchamber'' adalah seorang pria yang bertugas sebagai asisten pribadi raja, menunggunya saat makan, atau membantunya saat berpakaian. Istilah ''gentlewoman'' juga digunakan untuk wanita yang menjadi asisten pribadi atau datangdayang dari ratu atau permaisuri, meskipun kemudian kata itu diganti dengan ''lady'' di masa-masa selanjutnya.
 
Dalam penggunaan modern, kata ini merujuk kepada mereka yang dipandang sebagai pria terhormat. Penggunaan ''gentleman'' juga digunakan secara umum kepada semua pria, atau sebagai tanda pemisahan fasilitas berdasar jenis kelamin, seperti penanda dalam kamar mandi. Dalam suatu acara atau pengumuman di berbagai tempat umum, pembawa acara atau pewarta biasanya menyapa orang-orang dengan ''ladies and gentlemen'' sebagai bentuk rasa hormat.
Baris 279 ⟶ 281:
''Lady'' adalah kata dalam bahasa Inggris yang awalnya digunakan sebagai gelar atau sapaan resmi wanita bangsawan, kemudian diikuti nama marganya. Dalam konteks ini, ''lady'' menjadi padanan dari kata ''lord''. Pada masa Abad Pertengahan, ''lady'' digunakan untuk merujuk pada anak perempuan raja, diikuti nama pertamanya, misalnya: ''The Lady'' Mary, karena bahasa dan Inggis Pertengahan tidak memiliki padanan wanita bagi gelar-gelar bangsawan. Ungkapan ''my lady'' juga digunakan saat menyapa wanita bangsawan, meski hal ini sudah tidak digunakan dalam penggunaan resmi di masa modern ini. Dalam keberjalanannya, kata ini juga digunakan untuk merujuk pada mereka yang dipandang sebagai wanita terhormat, sebagaimana ''gentleman'' digunakan untuk merujuk pada pria terhormat. ''Lady'' juga digunakan sebagai gelar bagi dayang istana.
 
Dalam penggunaan modern, kata ini digunakan untuk merujuk kepada semua wanita secara umum untuk menunjukkan rasa hormat, utamanya kepada wanita tua atau wanita yang memiliki perangai baik, sehingga kata ini. Dalam konteks ini, ''lady'' sepadan dengan ''gentlemen''. Namun dalam beberapa kasus, kata ini juga digunakan untuk merujuk pada wanita yang pada umumnya dipandang tidak memiliki pekerjaan bergengsi, semisal wanita petugas kebersihan yang disebut ''the cleaning lady'' atau wanita tuna wisma yang disebut ''a bag lady''.
 
=== Madam ===