Sastra Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
Igho (bicara | kontrib)
Baris 625:
Sejak [[dasawarsa]] 1980-an, para sastrawan Indonesia sudah mulai menyelenggarakan temu sastra dalam bentuk gerakan kesusastraan, kemah sastra, kajian sastra, dan peluncuran buku-buku sastra. [[Sastra kontekstual]] merupakan perintis gerakan kesusatraan yang diselenggarakan di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], pada tahun 1984, dipelopori oleh [[Ariel Heryanto]], [[Arief Budiman]], [[Murtidjono]], dan [[Halim HD]], yang menyorot perkembangan sastra modern Indonesia yang memiliki kecenderungan yang kebarat-baratan. Gerakan ini menolak nilai universal dalam ranah sastra dan membebaskan nilai itu tumbuh dan berubah sepanjang sejarah yang berbeda dari suatu tempat dan waktu, dari kelompok ke kelompok lainnya. Selanjutnya, pada dasawarsa 1990-an, muncul pula [[Revitalisasi sastra pedalaman]] yang lebih mengutamakan pemasyarakatan karya secara langsung kepada publik dengan cara pembacaan karya dan penyelenggaraan berbagai macam pertunjukan seni. Gerakan ini dirintis oleh [[Triyanto Triwikromo]], [[Sosiawan Leak]], [[Wijang Wharek]], [[Kusprihyanto Namma]], dan [[Beno Siang Pamungkas]]. Senapas dengan dua gerakan sebelumnya, gerakan kesusastraan Indonesia [[Angkatan Kosong-kosong]] menolak dikotomi pusat-daerah dalam sastra, dan menganggap setiap sastrawan adalah angkatan yang memiliki otonomi khusus dalam melahirkan karya-karya. Gerakan ini dimotori oleh [[Eko Tunas]], [[Nurngudiono]], [[Enthieh Mudakir]], [[Joshua Igho]], pada tahun 2010. Temu sastra lainnya seperti [[Komunitas Sastra Indonesia]], [[Temu Sastrawan Indonesia]], [[Pertemuan Penyair Nusantara]], [[Tiffa Nusantara]], lebih banyak diwarnai dengan perayaan kemerdekaan berkarya yang dituangkan melalui pertunjukan seni sastra dan peluncuran buku-buku sastra. Berbeda dengan [[Dari Negeri Poci|Komunitas Negeri Poci]] yang telah dimulai pada tahun 1993. Komunitas ini bergerak dari tahun ke tahun dengan cara merekam jejak kepenyairan para penyair Indonesia dari lintas genre, lintas jender, dan lintas usia dengan menghimpun karya ribuan para penyair yang diterbitkan berseri dengan judul ''Dari Negeri Poci''. Komunitas ini dipelopori oleh [[Piek Ardijanto Soeprijadi]], [[Adri Darmadji Woko]], [[Kurniawan Junaedhie]], [[Handrawan Nadesul]], [[Prijono Tjiptoherijanto]], [[Widjati]], [[Rahadi Zakaria]], [[Eka Budianta]], dan lain-lain.<ref>Kompas: [http://regional.kompas.com/read/2017/03/26/07171261/sekjen.mpr.apresiasi.sastrawan.negeri.poci Sekjen MPR Apresiasi Sastrawan Negeri Poci], diakses 28 Maret 2017</ref>
 
Sejak tahun 2016, [[Badan Bahasa|Badan Bahasa Kemdikbud]] juga menyelelenggarakanmenyelenggarakan pertemuan sastrawan dengan tajuk [[Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia]] yang diikuti para [[sastrawan]], pegiat sastra, dan pengamat sastra melalui mekanisme pengumpulan karya sastra dan undangan khusus dengan acara diskusi, berbagi informasi, dan silaturahim antarsastrawan.<ref>Badan Bahasa Kemdikbud: [http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/2264 Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia] diakses 15 Juli 2017</ref><ref>Badan Bahasa Kemdikbud: [http://www.badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Hasil%20seleksi.pdf Munsi II] diakses 17 Juli 2017</ref>
 
== Penghargaan di bidang kesusastraan ==