Maulid Nabi Muhammad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (- diantara, + di antara)
Menolak 17 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 12094508 oleh Dikaalnas
Baris 5:
 
== Sejarah ==
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab Tarikh berkata:
Disebutkan para ahli sejarah bahwa kelompok yang pertama kali mengadakan maulid adalah kelompok Bathiniyah, yang mereka menamakan dirinya sebagai [[bani Fatimiyah]] dan mengaku sebagai keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam). Disebutkan bahwa kelompok batiniyah memiliki 6 peringatan maulid, yaitu maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, maulid Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maulid Fatimah, maulid Hasan, maulid Husain dan maulid penguasa mereka. Daulah Bathiniyah ini baru berkuasa pada awal abad ke-4 H. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam baru muncul di zaman belakangan, setelah berakhirnya massa tiga abad yang paling utama dalam umat ini (al quruun al mufadholah). Artinya peringatan maulid ini belum pernah ada di zaman Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat, tabi’in dan para Tabi’ tabi’in. Al Hafid As Sakhawi mengatakan: “Peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam belum pernah dinukil dari seorangpun ulama generasi terdahulu yang termasuk dalam tiga generasi utama dalam Islam. Namun peringatan ini terjadi setelah masa itu.”
{{blockquote|Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan [[Rabi'ul Awal]]. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil{{ndash}}semoga [[Allah]] merahmatinya.}}
 
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama [[Hadits]], ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli [[tasawuf]], dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Pada hakikatnya, tujuan utama daulah ini mengadakan peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dalam rangka menyebarkan aqidah dan kesesatan mereka. Mereka mengambil simpati kaum muslimin dengan kedok cinta ahli bait Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. (Dhahiratul Ihtifal bil Maulid an-Nabawi karya Abdul Karim al-Hamdan)
 
Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari [[Maroko]] menuju Syam dan seterusnya ke [[Irak]]. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi. Oleh karena itu, Al-Hafzih Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”. Karya ini kemudian dia hadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.
=== Sejarah Singkat Bani Fatimiyah ===
 
Para ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadis telah menyatakan demikian. Di antara mereka seperti Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H), Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H), Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H), mantan mufti [[Mesir]] yaitu Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H), mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H), dan terdapat banyak lagi para ulama besar yang lainnya. Bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid Nabi, yang biasa dirayakan pada bulan [[Rabiul Awal]] menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap generasi ke generasi.
Bani Fatimiyah adalah sekelompok orang Syi’ah pengikut Ubaid bin Maimun al-Qoddah. Mereka menyebut dirinya sebagai bani Fatimiyah karena menganggap bahwa pemimpin mereka adalah keturunan Fatimah putri Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Meskipun aslinya ini adalah pengakuan dusta. Nama yang lebih layak untuk mereka adalah Bani Ubaidiyah bukan Bani Fatimiyah. Kelompok ini memiliki paham Syi’ah yang menentang ahlu sunnah, dari sejak didirikan sampai masa keruntuhannya. Berkuasa di benua Afrika bagian utara selama kurang lebih dua abad. Dimulai sejak keberhasilan mereka dalam meruntuhkan daulah Bani Rustum tahun 297 H dan diakhiri dengan keruntuhan mereka di tangan daulah Salahudin al-Ayyubi pada tahun 564 H. (ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
 
Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan [[Salahuddin Al-Ayyubi]] adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa [[Perang Salib]].
Daulah Fatimiyah ini memiliki hubungan erat dengan kelompok Syi’ah al-Qaramithah Bathiniyah. Perlu diketahui bahwa Kelompok al-Qaramithah Bathiniyah ini memiliki keyakinan yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Diantaranya mereka hendak menghilangkan syariat haji dalam agama Islam. Oleh karena itu, pada musim haji tahun 317 H kelompok ini melakukan kekacauan di tanah haram dengan membantai para jamaah haji, merobek-robek kain penutup pintu ka’bah, dan merampas hajar aswad serta menyimpannya di daerahnya selama 22 tahun. (al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibn Katsir, 11:252).
 
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni ''rahimahullah ''mengatakan,
=== Ubaid bin Maimun ===
 
صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ
Nama aslinya Ubaidillah bin Maimun, kunyahnya Abu Muhammad. Digelari dengan al-Qoddah yang artinya mencolok, karena orang ini suka memakai celak sehingga matanya kelihatan mencolok. Pada asalnya dia adalah orang yahudi yang membenci Islam dan hendak menghancurkan kaum muslimin dari dalam. Dia menanamkan aqidah batiniyah. Dimana setiap ayat Alquran itu memiliki makna batin yang hanya diketahui oleh orang-orang khusus di antara kelompok mereka. Maka dia merusak ajaran Islam dengan alasan adanya wahyu batin yang dia terima dan tidak diketahui oleh orang lain. (al-Ghazwu al-Fikr dan ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ
الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ
 
Artinya:
Dia adalah pendiri dan sekaligus orang yang pertama kali memimpin bani Fatimiyah. Pengikutnya menggelarinya dengan al-Mahdi al-Muntadhor (al-Mahdi yang dinantikan kedatangannya). Berasal dari Iraq dan dilahirkan di daerah Kufah pada tahun 206 H. Dirinya mengaku sebagai keturunan salah satu ahli bait Ismail bin Ja’far ash-Shadiq melalui pernikahan rohani (nikah non fisik). Namun kaum muslimin di daerah Maghrib mengingkari pengakuan nasabnya. Yang benar dia adalah keturunan Said bin Ahmad al-Qoddah. Dan terkadang orang ini mengaku sebagai pelayan Muhammad bin Ja’far ash-Shodiq. Semua ini dia lakukan dalam rangka menarik perhatian manusia dan mencari simpati umat. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak di antara orang-orang bodoh daerah afrika yang membenarkan dirinya dan menjadikannya sebagai pemimpin. (al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibn Katsir & ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
 
“''Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.''”<ref>Majmu’ Al Fatawa, 35/138</ref>
Sikap Para Ulama Terhadap Bani Ubaidiyah (Fatimiyah)
 
Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni ''rahimahullah ''mengatakan,
Para ulama ahlus sunnah telah menegaskan status kafirnya bani ini. Karena aqidah mereka yang menyimpang. Para ulama menegaskan tidak boleh bermakmum di belakang mereka, tidak boleh menshalati jenazah mereka, tidak boleh adanya hubungan saling mewarisi di antara mereka, tidak boleh menikah dengan mereka, dan sikap-sikap lainnya sebagaimana yang selayaknya diberikan kepada orang kafir. Di antara ulama Ahlus Sunnah yang sezaman dengan mereka dan secara tegas menyatakan kekafiran mereka adalah Syaikh Abu Ishaq as-Siba’i. Bahkan beliau mengajak untuk memerangi mereka. Syaikh Al Faqih Abu Bakr bin Abdur Rahman al-Khoulani menceritakan:
 
فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة
“Syaikh Abu Ishaq bersama para ulama lainnya pernah ikut memerangi bani Aduwillah (Bani Ubaidiyah) bersama bersama Abu Yazid. Beliau memberikan ceramah di hadapan tentara Abu Yazid: ‘Mereka mengaku ahli kiblat padahal bukan ahli kiblat, maka kita wajib bersama pasukan ini yang merupakan ahli kiblat untuk memerangi orang yang bukan ahli kiblat (yaitu Bani Ubaidiyah)…’”
مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ
الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ
بِهَا وَيَظْهَرُ
 
Artinya:
Di antara ulama yang ikut berperang melawan Bani Ubaidiyah adalah Abul Arab bin Tamim, Abu Abdil Malik Marwan bin Nashruwan, Abu Ishaq As Siba’i, Abul Fadl, dan Abu Sulaiman Rabi’ al-Qotthan. (ad-Daulah al-Fathimiyah karya Ali Muhammad ash-Shalabi).
 
“''Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi ''shallallahu ‘alaihi wa sallam'' semakin terbesar luas.''”<ref>Majmu’ Al Fatawa, 3/281</ref>
Setelah kita memahami hakikat peringatan maulid yang sejatinya digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan aqidah kekafiran bani Ubaidiyah. Itu artinya, peringatan maulid yang dianggap sebagai syiar, sejatinya syiar aliran syiah dan bukan syiar Islam.
 
Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.
Sebagai kaum muslimin yang membenci Syi’ah, apalagi yang beralran ekstrim seperti bathiniyah, tidak selayaknya melestarikan syi’ar yang merupakan bagian dari ajaran pokok mereka.
 
Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, [[Asyura|hari ‘Asyura]], maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid [[Ali bin Abi Thalib]], maulid [[Hasan bin Ali|Hasan]] dan [[Husain bin Ali|Husain]], maulid [[Fatimah az-Zahra]], maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan [[Rajab]], perayaan malam pertengahan bulan [[Rajab]], perayaan malam pertama bulan [[Sya'ban|Sya’ban]], perayaan malam pertengahan bulan [[Rajab]], perayaan malam pertama bulan [[Ramadhan]], perayaan malam penutup [[Ramadhan]], perayaan [[Idul Fitri|‘Idul Fithri]], perayaan [[Idul Adha|‘Idul Adha]], perayaan [[Idul Ghadir|‘Idul Ghadir]], perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”<ref>Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil
Apakah peringatan maulid bukti cinta kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?
dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146</ref>
 
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.<ref>Ahsanul Kalam, hal. 44</ref>
Anda tentu meyakini, orang yang paling mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah keluarga beliau dan para sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Sementara di awal kita telah sepakat, peringatan ini belum pernah ada di zaman sahabat maupun tabi’in, bahkan tabi’ tabi’in. Abu Bakr ash-Shiddiq tidak pernah merayakan maulid, Umar juga tidak pernah, Utsman juga tidak merayakan maulid, demikian pula Ali bin Abi Thalib. Hasan dan Husain, cucu kesayangan beliau juga tidak pernah merayakan maulid. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para ulama pelopor Islam lainnya, tidak tercatat dalam sejarah bahwa mereka merayakan peringatan maulid. Akankah kita katakan mereka tidak mencintai Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
 
Seorang penyair mengatakan:
 
لو كنت صادقا في حبه لأطعته *** إن المــحب لمن يحـب مطيـع
 
Jika cintamu jujur tentu engkau akan mentaatinya…
 
karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai…
 
Cinta yang sejati bukanlah dengan merayakan hari kelahiran seseorang… namun cinta yang sejati adalah dibuktikan dengan ketaatan kepada orang yang dicintai. Dan bagian dari ketaatan kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang tidak beliau ajarkan.
 
 
 
Sumber: https://konsultasisyariah.com/16065-peringatan-maulud-nabi.html
 
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).<ref>Dinukil dari Al Maulid, hal. 20</ref>
== Perayaan di Indonesia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM In een optocht te Yogyakarta wordt een gunungan (ceremoniële rijstberg) gedragen ter gelegenheid van de 'Garebeg TMnr 10003399.jpg|thumb|right|Festival Garebeg merayakan Maulid di [[Yogyakarta]] |225x225px]]
Masyarakat [[Muslim]] di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan [[syair]] [[Barzanji]] dan pengajian. Menurut [[penanggalan Jawa]], bulan ''[[Rabiul Awal]]'' disebut bulan ''Mulud'', dan acara ''Muludan'' juga dirayakan dengan perayaan dan permainan [[gamelan]] [[Sekatenan|Sekaten]].
 
Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan dalam menyambut Maulid Nabi misalnya dengan mengadakan pawai keliling atau melakukan ibadah semalam penuh di masjid masjid seperti yang dilakukan masyarakat muslim pada bulan ramadhan atau "sekedar" memberi bingkisan berupa sebungkus atau sepiring atau sekotak nasi atau kue dengan sebotol atau segelas teh atau air kepada beberapa orang di sekitar tempat tinggal kita.
 
Isi tulisan di atas sebenarnya sudah umum dilakukan masyarakat muslim walaupun pada momen yang berbeda. Tetapi tidak semua daerah melakukan cara yang sama. Tulisan di atas "hanyalah" untuk mendokumenkan peristiwa yang terjadi secara tertulis dan menjadi bahan informasi.
 
== Perayaan di luar negeri ==
Baris 68 ⟶ 58:
<ref>[http://www.buildingsoflondon.co.uk/diary/2007/04/apr.htm Buildings of London]</ref>
<ref>[http://www.jsboard.co.uk/etac/etbb/benchbook/et_03/et_mf09.htm Js Board]</ref>
<ref>[http://www.sunnirazvi.org/society/uk.htm Sunni society UK ]</ref><ref>[http://mrsp.mcgill.ca/reports/html/Salahouddine/index.htm Montreal Religious Sites Project<!-- Bot generated title -->]</ref>
<ref>[http://muslimmedianetwork.com/mmn/?s=Mawlid Muslim Media Network]</ref>
<ref>[http://www.mawlid.ca/events.htm Canadian Mawlid]</ref><ref>[http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/holydays/miladunnabi.shtml BBC - Religion & Ethics - Milad un Nabi<!-- Bot generated title -->]</ref> <br />
Baris 74 ⟶ 64:
 
== Tanggal perayaan ==
<center>
Masyarakat [[Muslim]] di Indonesia merayakan Maulid Nabi tahun 2016 ini pada tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 12 Desember serta tanggal 12 pula untuk penanggalan Jawa, dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan [[syair]] [[Barzanji]] dan pengajian. Menurut [[penanggalan Jawa]], bulan ''[[Rabiul Awal]]'' disebut bulan ''Mulud'', dan acara ''Muludan'' juga dirayakan dengan perayaan dan permainan [[gamelan]] [[Sekatenan|Sekaten]].
{| class="wikitable"
 
|-
Untuk perayaan Maulid Nabi tahun 2017 (berdasarkan tanggalan yang mencantumkan wuku dan pranoto mongso) telah ditetapkan bertepatan dengan tanggal 1 Desember, hari Jum'at Kliwon. Sedangkan untuk perayaan Maulid Nabi tahun 2018 kemungkinan bertepatan dengan tanggal 21 November. Sebuah "keunikan" pernah terjadi pada tahun 2015, masyarakat [[Muslim]] di Indonesia merayakan Maulid Nabi sebanyak dua kali. Maksudnya yaitu, pada tahun 2015 tanggal 12 Rabiul Awal berada pada bulan Januari (tanggal 3) dan bulan Desember (tanggal 24) pada tahun tersebut. <center></center>
|+align=center|'''Perkiraan tanggal Maulid, 2010-2016'''* <ref>[http://moonsighting.com/important.html Islamic Holy Days]. Moonsighting.com</ref>
|-
! Tahun Masehi !! 12 Rabiul Awal (Sunni)
|-
!2010
|26 Februari
|-
!2011
|15 Februari
|-
!2012
|5 Februari
|-
!2013
|24 Januari
|-
!2014
|14 Januari
|-
!2015
|3 Januari
|-
!2015
|24 Desember
|-
!2016
|12 Desember
|-
!2017
|30 November
|-
!2018
|20 November
|-
| colspan="3" | <small>* ''Semua tanggal adalah perkiraan, karena tanggal aktual dapat berbeda sesuai dengan penetapan awal bulan (kalender) [[kalender lunar|berdasarkan pengamatan fisik terhadap rembulan (benda astronomi)]].''</small>
|}
</center>
 
== Perbedaan pendapat ==
{{Utama|Kontroversi peringatan Maulid Nabi}}
Terdapat beberapa kaum [[ulama]] yang berpaham sesuai Al-Quran dan As-Sunnah yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah [[bid'ah]], yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran [[Nabi Muhammad SAW]], karena Maulid Nabi pertama kali muncul jauh setelah Rasulullah dan para sahabat wafat. Juga karena termasuk tasyabbuh (meniru-niru) kebiasaan orang Kristen dalam merayakan Natal. Mereka berpendapat bahwa kaum Muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Belum lagi Maulid merupakan hasil kreasi penganut [[Syiah]] yang merupakan aliran sesat bagi sebagian ulama. Namun, terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.{{citation needed}}
 
Perayaan Maulid Nabi memang merupakan bukan kegiatan yang diajarkan [[Nabi Muhammad SAW]]. Namun, terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal bid'ah (tidak diajarkan [[Nabi Muhammad SAW]]), tetapi karena dinilai merupakan salah satu cara pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, maka perayaan itu dilaksanakan. Akan tetapi pula, masyarakat [[Muslim]] yang tidak melakukan peringatan Maulid Nabi bukanlah berarti tidak memiliki cara pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Misalnya, melaksanakan ibadah umrah pada bulan Rabiul Awwal. Jangankan ummat Islam, ummat yang tidak menyatakan sebagai ummat Islam juga tidak sedikit yang melaksanakan atas ibadah yang dilaksanakan Nabi S.A.W, misalnya berkurban, sebagai bukti kekaguman mereka kepada Nabi S.A.W.
 
== Lihat pula ==